[Episode Sebelumnya]
Pagi ini, Jang Yi Kyung terlihat asik lari pagi. Wajahnya terlihat ceria, dan seolah tanpa beban. Kemarahan ataupun dendam kini sudah menguap di dirinya. Dia seolah terlahir menjadi pribadi yang baru. Pribadi yang lebih hangat dan ceria. Tidak seperti dulu.
Lalu Yi Kyung menghentikan larinya, di hadapannya sudah berdiri Doo Rim. Dia menatap Doo Rim dengan wajah penuh senyum. Begitu juga Doo Rim. Dia senang bisa melihat Yi Kyung dalam kondisi sehat seperti sekarang. Yi Kyung sepertinya tahu bahwa Doo Rim sudah kembali.
Yi Kyung mengajak Doo Rim bertemu ibunya yang masih belum sembuh benar, dia kemudian berkata pada sang ibu, kalau orang yang mereka tunggu-tunggu sudah datang. Jae Ran hanya diam, sementara Doo Rim harap-harap cemas menanti respon dari Jae Ran. Doo Rim sedih, karena sepertinya Jae Ran masih belum bisa menerimanya. Tapi akhirnya Doo Rim memberanikan diri mendekati Jae Ran. Dia menggenggam tangan Jae Ran. Tatapan Jae Ran masih kosong.
Doo Rim kemudian berkata kalau ini dia, Na Doo Rim. Jae Ran menunjukkan responnya. Dia menatap Doo Rim, dan Doo Rim bertanya apa Jae Ran masih mengenalinya?
Mata Jae Ran berkaca-kaca begitu matanya mengenali wajah Doo Rim. Dia menitikkan air mata dan bertanya kenapa Doo Rim baru datang sekarang? Dia sudah lama sekali menunggu.
“Maafkan aku, Doo Rim. Benar-benar maafkan Aku. Bisakah kau memaafkanku?” Jae Ran mengucapkannya sungguh-sungguh. Tulus dari lubuk hatinya.
Doo Rim tentu tak kuasa menahan tangisnya. Dia mengangguk, tanda dia sudah memaafkan Jae Ran. Bahkan mungkin jauh, sebelum Jae Ran meminta maaf padanya. Yi Kyung yang melihat itu di tempatnya berdiri, dia ikut merasa bahagia. Inilah hari yang dinantinya.
Jae Ran langsung memeluk Doo Rim. Lega karena waktu masih mengijinkannya untuk meminta maaf pada Doo Rim. Lega karena rasa bersalah yang selalu memenjarakan hatinya, kini sudah tak ada lagi. Penjara yang dibangunnya sendiri, kini sudah rubuh bersamaan dengan pelukannya pada Doo Rim.
Pagi ini di kediaman keluarga Taeyang. Doo Rim sedang memakaikan dasi untuk Aboenim. Dia berkata kalau dia memilih dasi ini bersama Kang Ju. Aboenim bergaya dengan gagah dan bertanya bagaimana dia? Apa dia keren? Doo Rim tertawa geli melihat gaya sang mertua. Doo Rim mengacungkan kedua jempolnya sambil berkata kalau Aboenim sangat keren, bak seorang bangsawan inggris yang tampan.
Lalu masuklah Myung Hee, melihat Myung Hee yang sangat cantik, Doo Rim pun memuji ibu mertuanya, dan berkata kalau ibu dan ayah mertuanya sangat serasi. Pasti di acara makan malam nanti, ayah dan ibu mertuanyalah yang akan menjadi pasangan paling serasi yang pernah ada.
Myung Hee tersenyum mendengar pujian Doo Rim. Dia memberitahu Doo Rim kalau setelah acara makan malam nanti, dia dan Aboenim mau menginap semalam di Villa, setelah itu baru pulang.
Doo Rim meminta Aboenim hati-hati. Aboenim mengedipkan matanya pada Doo Rim, kemudian menyodorkan lengannya pada Myung Hee, agar Myung Hee melingkarkan tangan di lengannya. Myung Hee tersipu malu dan tersenyum senang.
Na Doo Rim diajak Yi Hyun ke salon kecantikan, untuk mencoba sebuah perawatan terbaru. Setelah sampai di ruang treatmen, Doo Rim muka Doo Rim di steam, lalu diberi beberapa treatment yang sepertinya memakain peralatan canggih.
Sepertinya tak hanya wajah Doo Rim saja, tapi tangannya juga mendapat perawatan di salon ini.
Doo Rim menikmatinya sambil memejamkan mata.
Setelah kegiatan menyenangkan itu usai, Doo Rim takjub menatap tangannya yang menjadi selembut sutra. Dia bertanya pada Yi Hyun, apa perawatan tadi mahal sekali? Yi Hyun menjawab itu tak masalah, karena perusahaannya sedang berjalan bagus saat ini. Doo Rim pun mengucapkan terima kasih.
Yi Hyun dengan santai menjawab kalau seharusnya dia yang berterima kasih, karena Doo Rim sudah kembali. Dia senang sekali.
Malam ini, Jin Joo sudah lelah dan akan menutup restorannya. Tapi datanglah Sek Kim. Sek Kim meminta agar Jin Joo mau bicara berdua dengannya dulu. Sek Kim sedikit gugup dengan apa yang akan dia katakana. Dia bahkan berbicara di balik jendela, sementara Jin Joo masih di dalam. Jin Joo yang heran bertanya memanya apa yang mau Sek Kim katakan?
Sek Kim bingung harus memulai dari mana. Dia mencoba menarik nafas dan menghembuskannya, dan itu menambah kebingungan Jin Joo. Bahkan Sek Kim merasa tubuhnya menggigil. Dia gugup sekali.
Melihat tangan Sek Kim yang terus memegang saku jasnya, membuat Jin Joo penasaran dan dengan paksa mengambil apa yang disembunyikan Sek Kim di balik saku jas itu. Sek Kim tak kuasa untuk menahan Jin Joo. Ternyata di dalam saku itu ada sebuah kotak. Jin Joo menatap heran kotak tersebut. Diapun membukanya, dan isi di dalam kotak itu adalah cincin.
Jin Joo menatap penuh tanya pada Sek Kim, Sek Kim pun malu, dia berkata kalau sebenarnya cincin itu sudah dia bawa-bawa terus selama sebulan ini. Jin Joo bertanya apa cincin ini mau diberikan untuknya? Sek Kim mengangguk tanda iya.
Melihat anggukan Sek Kim, Jin Joo segera menyuruh Sek Kim memasangkan cincin itu di jarinya. Jin Joo memasang gaya anggun saat menyodorkan jemarinya pada Sek Kim. Sek Kim tentu tak menyiakan kesempatan ini. Dia langsung memasang cincin itu di jari manis tangan kiri Jin Joo.
Setelah melihat cincin itu di jarinya, Jin Joo berteriak kegirangan, membuat Sek Kim kaget. Jin Joo kemudian berkata kalau cincin ini indah sekali. Ternyata dalam hidupnya datang juga hari seperti ini. Hari yang sangat dia nantikan. Sek Kim tersenyum senang mendengar kalimat Jin Joo.
Saking senangnya, Jin Joo langsung mencium bibir Sek Kim. Walau Sek Kim kaget tapi tentu dia tak menolaknya. Setelah ciuman sangat kilat itu usai, Sek Kim berkata kalau semalaman dia sebenarnya sudah menyiapkan berbagai cara keren untuk melamar Jin Joo, tapi ternyata ga ada satupun yang terpakai. Jin Joo menjawab ga usah pakai cara keren, seperti ini saja sudah menakjubkan untuknya.
“Sejak keluar dari rahim ibuku, hari ini adalah hari paling bahagia dalam hidupku” terang Jin Joo, masih diliputi rasa bahagia di hatinya. Dia pun memeluk Sek Kim erat.
Hari ini adalah hari istimewa. Keluarga Taeyang akan melakukan upacara sembahyang untuk leluhur. Doo Rim sudah sibuk di dapur, dia berkata pada Ahjumma Ahn kalau di hari special ini dia ingin memasak sendiri makanan yang ingin dia hidangkan ke altar sembahyang.
Lalu datanglah Kang In, yang sedang mengejek Kang Ju. Kang In berkata kalau ternyata Kang In bisa juga gendong anak. Kang Ju yang awalnya ingin menemui Doo Rim di dapur bersama Kang Im, jadi terhenti karena datangnya Kang In yang mengganggu.
Doo Rim mendekati kedua laki-laki itu,dan Kang Ju menatap kearah Doo Rim sambil tersenyum lalu berkata kalau akhir-akhir ini Doo Rim selalu menyuruhnya kesana kemari. Doo Rim hanya membalas dengan senyuman pada suaminya tercinta itu.
Kang In berkata kalau Kang Im besar pasti banyak wanita akan mengerubutinya, karena sedari kecil saja Kang Im begitu menggemaskan. Tapi Kang Ju membantah dan menjawab kalau putranya nanti akan setia hanya pada satu wanita sama seperti dirinya.
Kang In kemudian bertanya, memangnya hari ini mereka mau upacra sembahyang untuk siapa? Kang Ju menjawab kesal, masak gitu aja Kang In ga tahu. Kang Ju pun menjelaskan kalau hari ini adalah hari upacara sembahyang kakek buyut mereka.
Doo Rim menambahkan kalau masih ada satu orang lagi selain kakek buyut mereka.
“Seseorang yang telah melindungi garis keturunan keluarga ini, hari ini adalah hari pertama upacara pemakamannya. ”
Ritual pun mulai dilakukan. Semua sudah berada di ruang sembahyang. Beragam makanan sudah tersedia di Altar. Il Doo berada di depan, sementara keluarga lainnya berdiri di belakangnya.
Terlihat Tn Choi di masa 100 tahun lalu bergenggaman tangan dengan Byul. Mereka saling menatap penuh cinta. Byul tampak bahagia, dia merebahkan kepalanya di dada Tn Choi, lelaki yang begitu dia cintai, bahkan sampai dia meregang nyawa. Cinta mereka seolah kekal hingga akhir hayat, terlebih akhirnya Byul diakui sebagai salah satu leluhur keluarga Taeyang, dan merupakan penerus keterunan Taeyang hingga saat ini. Jika tak ada Byul, maka mungkin keluarga Taeyang tak akan ada sampai dimasa kini.
Setelah acara ritual penghormatan leluhur usai, Kang Ju dan Doo Rim menikmati malam dengan duduk berdekatan. Doo Rim berkata, jika bukan karena Byul maka mungkin Kang Ju ga akan ada di dunia ini, dan itu artinya mereka mungkin ga akan pernah bertemu.
“Aku berharap Byul mendapatkan kedamaian.”
Kang Ju tersenyum manis mendengar keinginan Doo Rim yang terdengar tulus. Kemudian Doo Rim berkata, kalau dia masih penasaran. Kang Ju bertanya balik, penasaran tentang apa? Doo Rim bertanya, kapan tepatnya jantung Kang Ju berdegup karena dia?
Kang Ju menjawab kalau jantungnya berdegup kencang saat mereka pertama bertemu dipertemuan keluarga itu. Kang Ju menceritakan insiden ciuman tak sengaja di pintu restoran.
Doo Rim heran dan bertanya, apa Kang Ju serius? Lalu bagaimana dengan ciuman di konser Kang In? Kang Ju menjawab kalau ciuman di konser Kang In bukanlah acting, itu sungguhan. Hanya dia berpura-oura saja seperti Akting. Doo Rim pun menatap Kang Ju lekat sekali, membuat Kang Ju bertanya kenapa Doo Rimmenatapnya seperti itu. Doo Rim menjawab
“Melihatmu seperti ini saja, sudah membuat jantungku berdebar.”
Kang Ju dengan gaya penuh percaya diri menjawab kalau itu sih dia sudah yakin, siapa yang bisa mengelak dari pesonanya? Kang Ju kemudian menatap Doo Rim dan berkata kalau diapun merasa hal yang sama seperti Doo Rim, jantungnya berdebar ketika dia melihat Doo Rim. Doo Rim tersenyum malu, dan langsung merebahkan kepalanya ke bahu Kang Ju. Lega sekali, semua berakhir bahagia, seperti sekarang.
Peramal, terlihat sedang beristirahat meluruskan pinggangnya, tapi tiba-tiba arwah Byul datang, dan peramal langsung bangun lalu menyapa arwah Byul. Dia senang karena arwah Byul datang kembali.
“air mata hamba rasanya mau tumpah, menunggu anda kembali”
Arwah Byul tersenyum manis pada si peramal. Peramal senang melihat arwah Byul tersenyum karena ini pertama kalinya arwah Byul tersenyum. Apa ada sesuatu yang terjadi? Dengan santai Arwah Byul menjawab kalau akhirnya setelah 100 tahun menunggu, kini dia sudah bisa makan makanan persembahan untuknya. Makanan itu dipersembahkan dengan penuh ketulusan.
Peramal pun ikut senang dan mengucapkan selamat pada arwah Byul.
Peramal kemudian bertanya, kenapa dua gadis itu bisa memiliki wajah yang sama, padahal jelas-jelas kedua gadis tersebut tak memiliki hubungan darah?
Dia penasaran sekali dengan hal tersebut.
Flashback
Ketika itu Doo Rim masih kecil, dan berada di gendongan ibunya. Sang ibu jelas senang melihat putri kecilnya yang lucu dan menggemaskan.
Sementara itu, di tempat berbeda Ma Jae Ran juga terlihat bahagia dengan hadirnya Yi Kyung, putri kesayangannya.
Entah kenapa, tiba-tiba mati di kamar Jae Ran mati, dan Jae Ran jadi tak sadarkan diri. Lalu sebuah sinar muncul, dan itu ternyata arwah Byul.
Arwah Byul tersenyum menatap si bocah. Dia kemudian merubah wajah Yi Kyung, sehingga akhirnya sama dengan Doo Rim.
Flashback End
Arwah Byul kemudian berkata pada peramal
“Sekarang ini, kedua anak itu bukanlah matahari dan bayangan lagi. Keduanya telah menjadi matahari yang bersinar cerah.”
Peramal kemudian bertanya apa itu tandanya arwah Byul akan pergi meninggalkan tempat ini selamanya? Arwah Byul menjawab
“Setiap pertemuan pasti ada perpisahan, tapi setelah berpisah mungkin akan bertemu kembali.”
Peramal sepertinya kesulitan mencerna apa yang dikatakan arwah Byul tadi. Tapi arwah Byul tak member keterangan tambahan dan langsung menghilang begitu saja.
Peramal tentu sedih, karena tanpa arwah Byul dia ga mungkin bisa meramal dengan tepat lagi. Dia pun bergumam, kalau sepertinya dia harus belajar, agar bisa mencari uang untuk makan.
Na Doo Rim ternyata sedang main kartu dengan ayah mertuanya, dimana ada Kang Ju dan butler Jang disana. Myung Hee yang mencari Doo Rim, karena tadi Doo Rim minta diajari upacara teh langsung tahu jika Doo Rim sedang bersama suaminya. Myung Hee pun ke ruang suaminya, dan benar saja, dia mendapati Doo Rim serta yang lain sedang berkumpul.
Doo Rim terkejut begitu ibu mertuanya datang, semua pun begitu. Myung Hee bertanya pada Doo Rim, kenapa Doo Rim ada disini, bukannya tadi mau diajari upacara teh? Doo Rim langsung berdiri, dan meminta maaf, dia dengan snatainya mengatakan kalau Kang Ju lah yang tadi menyuruh dia bermain, padahal dia mau belajar menyiapkan upacara teh dengan Eomonim.
Kang Ju yang namanya disebut-sebut langsung mengelak, dan menjawab bukan dia yang menyuruh Doo Rim. Doo Rim memang mau main kartu dengan ayah. Il Doo tersenyum geli melihat tingkah kedua anaknya. Dia kemudian meminta Myung Hee untuk coba ikut bermain bersama mereka.
Myung Hee kemudian duduk di samping suaminya, dan melihat kalau ternyata suaminya kalah. Il Doo membenarkan dan menjawab dia ga terlalu pintar main beginian, makanya dia kalah terus.
Myung Hee pun meminta Doo Rim segera membagi kartu. Dia menyingsingkan lengan bajunya, dan mulai ikut bermain.
Semua menatap heran. Doo Rim bahkan bertanya apa benar ibu mertuanya bisa main kartu? Myung Hee balik bertanya apa Doo Rim kira dia ga bisa? Kecuali mencuri, dia bisa segalanya. Il Doo masih tak menyangka dengan tingkah istrinya kali ini.
Setelah acara bermain kartu usai, Doo Rim melanjutkan kegiatannya. Dia kali ini belajar tentang upacara teh. Myung Hee mencicipi teh buatan Doo Rim, dan kemudian tersenyum karena rasa teh kali ini enak dan bagus, layak untuk di upacara teh nanti. Doo Rim tentu senang mendengarnya. Lalu dia berkata untuk bisa mendapatkan rasa teh seperti buatan Eomonim dia masih harus banyak belajar.
Doo Rim kemudian bertanya, bagaimana jika mereka memberikan cuti untuk Ahjumma Ahn dan Butler Jang? Ahjumma Ahn sangat rindu pada putri Ahjumma Ahn yang baru saja menikah. Myung Hee bertanya benarkah? Dia sama sekali tak terfikir tentang hal itu. Myung Hee setuju, dan Doo Rim pun mengucap terima kasih.
Lalu Myung Hee memberikan sesuatu pada Doo Rim. Doo Rim walau sedikit heran tetap menerima pemberian itu. Dia sendiri belum tahu itu apa. Myung Hee berkata kalau itu adalah kunci Villa belakang rumah. Ruang yang biasa dipakai untuk ritual penghormatan leluhur. Mulai sekarang, tempat tersebut menjadi tanggung jawab Doo Rim. Itu juga berarti Doo Rim sudah menjadi nyonya rumah di keluarga Taeyang.
Doo Rim menolak, karena dia masih harus banyak belajar. Myung Hee menjawab, kalau dia sudah melihat cara Doo Rim menjaga para staf dan keluarga ini satu persatu membuat dia merasa tenang menyerahkan segalanya pada Doo Rim.
“Karaktermu berbeda dari orang kebanyakan, aku percaya dengan caramu yang berbeda dariku itu, kau bisa menjaga keluarga ini dengan lebih baik.”
Doo Rim menjawab kalau dia akan menerima segala ajaran Myung Hee dengan baik, dan berusaha semampunya untuk tak mengecewakan Myung Hee. Ahjumma Ahn tiba-tiba datang dengan tergopoh-gopoh, dia berkata kalau Kang Im ga ada. Doo Rim hanya tersenyum dan bilang sepertinya Kang Im kabur lagi. Ahjumma Ahn menjawab apa Kang Im main ke Villa belakang rumah lagi?
Ahjumma Ahn berkata kalau Kang Im mirip sekali dengan Kang Ju sewaktu kecil. Dulu Kang Ju juga suka kabur ke Villa belakang rumah, dan sekarang Kang Im juga.
Di Villa belakang rumah, tepatnya di ruang sembahyang. Arwah Byul sedang asik bermain dengan Kang Im. Kang Im sama sekali tak takut.
Musim semi telah tiba, Kang Ju dan Doo Rim berjalan di sekitar halaman rumah, dan Kang Ju bertanya pada istrinya, bagaimana jika mereka menanam beberapa batang pohon di halaman ini? Dia ingin menanam pohon dengan nama Kang Im. Doo Rim menatap lama pada Kang Ju, membuat Kang Ju bertanya kenapa Doo Rim menatapnya seperti itu? Doo Rim tersenyum lalu bertanya apa Kang Ju sudah bisa pegang sekop? Kok mau menanam pohon?
Kang Ju menjawab kalau dia bisa belajar, jadi apa susahnya? Doo Rim dengan santai menjawab, kalau ini bukan menggali lubang untuk kuburan kucing, tapi ini untuk menanam pohon lo. Apa Kang Ju yakin bisa? Doo Rim menyarankan agar menreka menyewa orang saja. Kang Ju dengan cepat menjawab tidak.
“Ini kan pohon untuk Kang Im, harus aku sendiri yang mengerjakan.”
Doo Rim tersenyum dan berkata nanti dia akan ceritakan pada Kang Im, kalau Kang Ju ayah yang baik, yang menanam pohon dengan tangan sendiri untuk Kang Im.
Kang Ju pun tersenyum. Kini mereka sedang melihat beberapa bunga yang sudah mekar. Doo Rim melingkarkan tangannya di lengan Kang Ju. Menatap bunga-bunga yang tengah mekar.
Setelah itu mereka berjalan mencari lahan yang tepat untuk menanam pohon Kang Im.
THE END
KOMENTAR :
Melegakan, dengan ending yang cukup sempurna.
Aku suka semua karakter di episode akhir ini, bahkan Jae Ran yang jahatnya amit-amit bisa sadar juga. Yi Kyung pun sudah bukan bayangan Doo Rim lagi, seperti yang terakhir arwah Byul bilang ketika menemui Yi Kyung melalui kaca cermin.
Aku suka akan sadarnya Il Doo, bahwa ternyata kehilangan Myung Hee membuatnya merasa satu hari bagaikan setahun. Mungkin harus seperti itu dulu. Kadang kita baru merasakan cinta mendalam, setelah kita kehilangan orang yang selalu ada di sisi kita. Cinta Myung Hee tulus, dia bahkan tak peduli akan sentuhan fisik atau kata-kata mesra dari suaminya, selama dia bisa berada di sisi Il Doo, menurutnya itu sudah lebih dari cukup.
Aku juga suka akan perjuangan cinta Doo Rim dan Kang Ju. Bagaimanapun cinta tak bisa mulus berjalan sesuai dengan keinginan kita. Kang Ju dan Doo Rim membuktikan bahwa kekuatan hati mereka satu sama lain, bisa menyatukan cinta mereka lagi. Seperti yang Doo Rim bilang, bahwa jarak yang memisahkan mereka nantinya akan berubah menjadi rasa cinta yang mendalam setelah mereka bertemu. Dan itu benar. Rindu yang membuncah, melebur menjadi cinta yang super dasyat ketika mereka akhirnya bersatu.
Ru Mi dan Kang In? Benarkah mereka bersatu? Sepertinya iya. Setidaknya Myung Hee tetap bisa memiliki menantu Ru Mi, jika memang Ru Mi bersama Kang In.
Tokoh penting kita lainnya tentu saja Byul. 100 tahun menunggu. Tidak hanya sekedar menunggu makanan persembahan untuknya. Tapi lebih dari sekedar makanan. Dia menunggu pengakuan bahwa dialah penerus keluarga Taeyang. Dialah salah satu leluhur yang menyelamatkan garis keturunan keluarga tersebut, tapi baru 100 tahun kemudian dia bisa mendapatkan pengakuan dan baru bisa disembahyangi secara adat.
Nenek Doo Rim, Park Sun Bok. Jika dia jadi sama Tn Choi di 50 tahun lalu, maka Doo Rim dan Kang Ju ga mungkin bersama. Hihihi.
Terima kasih untuk yang bersabar. Sinop drama ini awalnya aku buat duet bareng Mba Lori. Tapi karena satu dan lain hal duet itu tak dilanjutkan. Semoga kedepannya, aku masih bisa berduet dengan Mba Lori. Sekarang dia lagi hamil, dan masih merasa hawa-hawa malas. Karena duet terhenti, Akupun memilih merekap saja. Tapi di dua episode terakhir, aku tergoda untuk tidak sekedar merekapnya saja.
Semoga kalian tetap menikmati.
Setelah ini selain docter Strangernya Lee Jong Suk yang aku bikin trio, aku juga akan menulis sinop Gap Dong, Lee Joon dan Kim Jin Woo nya membuatku ga tahan. Apalagi ada Yoon Sang Hyun. Drama berat lagi. Tapi akan aku jalani dengan ringan. Hahaha