[Sebelumnya]
Soo Hyun meminta Hoon datang ke ruangannya, dan Hoon pun tak menolak. Setelah mereka duduk berhadapan, Soo Hyun memberitahu tentang hal aneh yang Jae Hee ceritakan padanya? Hoon bertanya hal aneh apa itu? Soo Hyun pun bercerita kalau Jae Hee pernah memberiahunya tentang transplantasi ginjal. Jae Hee bilang Hoon yang mengambil ginjal ayah Jae Hee untuk di donorkan pada Jae Hee?
Hoon hanya terdiam, membuat Soo Hyun kembali melanjutkan kalimatnya. Dia berkata jika memang apa yang Jae Hee ceritakan benar, itu tandanya Jae Hee sangat mencintai Hoon.
“Jae Hee sudah tahu tentang itu, tapi dia masih mencarimu? Bukankah itu tanda bahwa dia sangat mencintaimu?”
Hoon heran dna bingung, dia langsung bertanya apa maksud Soo Hyun? Apa Jae Hee bilang kalau Jae Hee memang sudah tahu tentang transplantasi ginjal itu dari dulu? Soo Hyun menjawab kalau Jae Hee pernah mengaku padanya kalau awalnya Jae Hee merasa ga percaya diri untuk bertemu dengan Hoon.
Soo Hyun juga bercerita kalau Jae Hee tahu dia menyukai Hoon. Hoon langsung menyela dengan berkata maaf. Dia benar-benar ga ada perasaan apapun pada Soo Hyun. Soo Hyun tak marah. Dia berkata kalau sepertinya Jae Hee sengaja ingin membuat mereka dua dekat satu sama lain. Jae Hee seolah ingin mengirim Hoon ke sisinya.
Hoon pun jadi tahu, bahwa karena alasan itulah Jae Hee bersikap seolah sangat membencinya.
Di apartemennya, Jae Hee tengah sendiri. Dia seolah tahu Hoon akan datang, dan dia tampak mempersiapkan hatinya untuk pertemuan ini. Benar saja, tak lama kemudian Hoon datang dan langsung mendekatinya. Hoon bertanya kenapa Jae Hee bohong padanya? Jae Hee yang masih berdiri membelakangi Hoon hanya menjawab ketus dengan balik bertanya apa maksud Hoon?
Hoon lalu menjelaskan segalanya tentang transplantasi ginjal yang sebenarnya sudah diketahui Jae Hee sejak lama. Jae Hee masih membelakangi Hoon mencoba menjawab sedingin mungkin kalau kapan tepatnya dia tahu itu bukanlah hal yang penting. Hoon lalu kembali berkata kalau Jae Hee sengaja melakukan ini semua untuk membuatnya menjauh.
Jae Hee berbalik dan menatap Hoon lalu membenarkan semuanya. Dia juga menambahkan kalau dia memang sudah ga menginginkan Hoon lagi. Hoon terkejut dan bertanya kenapa? Jae Hee menjawab kalau baginya cinta Hoon itu munafik.
“Yang kau sebut cinta itu, sebenarnya hanya rasa bersalah dan tanggung jawab atas kematian ayahku. Iya kan?”
“Jae Hee…” ucap Hoon ingin menjelaskan
“Sudah kubilang, jangan kau sebut namaku” tegas Jae Hee dingin pada Hoon.
“Apa kau tahu bagaimana rasanya, teringat pada kematian ayahmu sepanjang waktu? Aku sudah berusaha keras untuk melupakannya, tapi bagaimana aku bisa lupa kalau ada dia di dalam tubuhku? Setiap nafas yang kuhirup penuh dengan penderitaan dan rasa bersalah. Tapi, lebih menyakitkan lagi saat aku memikirkan semua ini adalah karena salahmu. Apa kau maish belum juga mengerti? Baik, aku akan mengatakan ini untuk terakhir kalinya. Aku…tidak pernah tulus mencintaimu dari hatiku. Jadi sekarang pergilah”
Hoon tersentak mendengar kalimat Jae Hee barusan, benarkah itu? Benarkan selama ini Jae Hee ga mencintainya dengan tulus? Hoon tak percaya. Dia tahu Jae Hee tengah berbohong. Hoon pun mengeluarkan ponselnya, dan memutar kembali pesan suara Jae Hee di akun Line beberapa waktu lalu.
Song Jae Hee tahu itu adalah suaranya. Dia tahu itu adalah kata hatinya sebenarnya. Dia hampir menangis begitu mendengar rekaman suaranya itu. Tapi dia tahu, dia ga boleh lemah. Dia ga boleh kalah dengan perasaannya ini, karena ini semua demi kebahagiaannya Hoon.
Jae Hee memilih pergi agar Hoon tak tahu persaan dia sebenarnya, tapi Hoon langsung mencegah dengan memegang kedua pundak Jae Hee. Membuat Jae Hee menatapnya.
“Jae Hee…tatap mataku dan jawab..apa benar kau tidak mencintaiku?”
Jae Hee mencoba sekuat hati menatap mata Hoon dan berkata kalau dia memang ga mencintai Hoon. Dia ga pernah mencintai Hoon.
Hoon hampir menangis dan meminta Jae Hee mengulangi lagi pernyataan Jae Hee tadi.
“Kau sungguh-sungguh tak mencintaiku?”
Jae Hee menahan tangisnya, dia rasa dia ga sanggup lagi untuk terus seperti ini. Bagaimana mungkin dia membohongi hatinya yang sudah dipenuhi oleh nama Hoon. Hoon meneteskan air matanya dan meminta Jae Hee mengulangi lagi pernyataan Jae Hee tadi.
“Ya..aku menyuikaimu. Aku mencintaimu” Akhirnya kalimat itulah yang meluncur dengan mulus dari mulut Jae Hee. Dia tak sanggup lagi berpura-pura. Dia tak mungkin sanggup jika harus hidup tanpa Hoon. Tak akan bisa.
“Aku selalu memikirkanmu setiap hari. Memimpikan kita hidup bahagia selamanya”
Hoon lega sekali mendengar pengakuan Jae Hee. Diapun memeluk Jae Hee yang kini menangis tersedu di pelukannya. Jae Hee pun merasa yang sama. Tersika sekali harus berpura-pura membenci Hoon, padahal hatinya berteriak kata cinta untuk Hoon. Dan sekarang, betapa bahagia bisa memeluk Hoon seperti ini. Bisa sedekat ini dengan laki-laki yang sangat dia cintai, melebihi hidupnya.
Setelah pelukan itu usai, Hoon bertanya lalu kenapa Jae Hee melakukan semua ini padanya? Menjauhinya dan pura-pura membencinya? Jae Hee menjawab kalau dia rasa itu adalah yang terbaik yang bisa dia lakukan.
“Aku pikir..kau akan lebih baik jika tanpa ada aku dan juga kau akan lebih aman.Maaf…aku tidak pernah tahu aku akan menempatkanmu dalam bahaya. Aku memilih pilihan yang salah.”
Hoon bertanya pilihan apa itu?
Flashback
Saat itu, Jae Hee ada di penjara Utara, dan benar-benar dalam keadaan yang menyedihkan. Jin Soo kemudian datang menemuinya, dan mengulurkan tangan padanya sambil bertanya
“Kau ingin bertemu Park Hoon kan?”
Saat itu yang ada di pikiran Jae Hee adalah bagaimana bisa bertemu kembali dengan Hoon. Dengan cintanya. Sehingga, tanpa pikir panjang Jae Hee membalas uluran tangan Hoon dan merekapun berjabat tangan.
Flashback End
Jae Hee berkata kalau dulu dia benar-benar ga bisa berfikir dengan baik. Dia benar-benar ga tahu jika ternyata pilihannya itu akan membahayakan Hoon.
“Saat itu yang kupikirkan adalah betapa aku merindukanmu, Hoon. Maafkan aku. Benar-bena maafkan aku. Aku begini karena aku ingin bertemu denganmu walau itu hanya sekali saja.”
Setelah mengungkapkan semua itu Jae Hee kembali menghambur ke pelukan Hoon. Membenamkan wajahnya pada dada Hoon yang mampu membuatnya nyaman. Mendengar detak jantung Hoon, yang ternyata masih seirama dengan detaknya.
Setelah itu semua berlalu, kini mereka duduk tenang di Sofa dan Hoon memberitahu Jae Hee tentang janji Seok Joo padanya dan ibunya. Hoon juga bilang kalau besok dia akan menemui Tae Seol. Dia rasa Tae Seol bisa diajak kerjasama untuk membantu mereka. Jae Hee bertanya apa cara itu mungkin? Hoon menjawab kalau mereka harus mencoba segala cara.
Keesokan harinya di RS Myung Woo. Hoon benar-benar mengajak Tae Seol berbicara berdua saja. Tae Seol terkejut dengan permintaan Hoon untuk bekerja sama karena itu sama saja dengan mengkhianati PM Seok Joo, atasannya.
Hoon memberi alasan kalau Seok Joo bukanlah orang yang tepat untuk memimpin negeri ini. Tae Seol membuka kacamatanya lalu menjawab kalau selama ini dia memang selalu membantu Hoon, tapi dia hanyalah seorang prajurit.
“Kau tahu prajurit sangat menghargi sesuatu yang ga pernah bisa dibeli orang lain dengan uang. Sesuatu itu adalah kesetiaan.”
Hoon kemudian bertanya lalu kenapa Tae Seol menyelamatkan dia dan menjaga ibunya jika memang Tae Seol setia pada PM Seok Joo? Apa itu juga atas suruhan Seok Joo? Tae Seol menjawab kalau anggap saja itu sebagai pembayaran utangnya pada Hoon. Tae Seol lalu mengeluarkan permen lollipop di saku celananya dan menyodorkan permen itu pada Hoon. Hoon terdiam dan akhirnya ingat akan kenangan saat dia kecil yang tengah memberi permen lollipop ini pada Tae Seol kala Tae Seol menemani Seok Joo menemui ayahnya.
Kejadian itu sudah berpuluh-puluh tahun yang lalu. Tapi ternyata Tae Seol masih mengingat kebaikannya itu dan membalasnya dengan sesuatu yang luar biasa.
Tae Seol kemudian pergi dan berpesan pada Hoon agar Hoon ga melakukan sesuatu yang konyol. Dia akan melupakan apa yang Hoon katakan tadi.
Song Jae Hee datang ke ruang rawat Seok Joo dan melihat koran yang baru saja dibaca Seok Joo. Di koran itu terdapat berita tentang survey yang ternyata mengunggulkan Seok Joo sebagai calon Presiden Korea selanjutnya. Seok Joo menang presentase dari calon-calon lain. Jae Hee kemudian berkomentar jika keinginan Seok Joo sepertinya akan terwujud jika pemilu di lakukan tahun ini.
Seok Joo menjawab hasil survey seperti ini ga penting untuknya, yang terpenting saat pemilu itu adalah punya banyak uang atau ada acara yang mengggemparkan yang membuat para warga bodoh tertarik dan memilihnya.
Jae Hee bertanya apa acara menggemparkan itu adalah pertemuan tingkat tinggi antara Utara dan Selatan? Seok Joo membenarkan sambil tersenyum. Jae Hee kemudian mengatakan tujuan sebenarnya menemuin Seok Joo saat ini. Dia ingin Seok Joo mengembalikan ibu Hoon.
“Jika kau tidak mau, kita tidak bisa mengoperasi presiden sesuai keinginanmu.”
Seok Joo bertanya memang apa hubungannya? Jae Hee lalu menjawab
“Kau perlu wortel dan cambuk untuk membuat kuda bisa berlari. Hidupnya sudah dipertaruhkan selama ini, jadi Hoon…dia ga akan mendengar ancamanmu lagi”
“Jadi sekarang maksudmu, cambuk sudah tak berguna lagi? Berarti beri dia wortel?”
Jae Hee mencoba memberitahu Seok Joo, bahwa jika Seok Joo membiarkan Hoon bersama ibunya, maka Seok Joo bisa terus mengawasi Hoon selama yang Seok Joo mau. Lagipula Seok Joo harus ingat kalau saat ini Seok Joo ga punya siapapun selain Park Hoon.
Jae Hee menelpon Hoon yang ada di RS dan tengah bersama Hyung Wook. Hyung Wook tengah sibuk memilih dasi yang akan dia kenakan besok saat Presiden datang mengunjungi RS ini. Jae Hee meminta Hoon untuk segera datang ke apartemennya. Hoon bertanya ada apa? Jae Hee sambil tersenyum menjawab kalau sekarang ada ibu Hoon ditempatnya.
Hoon jelas bergegas ke rumah Jae Hee. Disana, begitu melihat ibunya, mta Hoon langsung berkaca-kaca, diapun mendekati ibunya dan langsung memeluk sang ibu. Jae Hee yang berdiri tak jauh dari mereka, ikut tersenyum melihat kebahagiaan Hoon.
Kini, Hoon, Jae Hee dan Ibu Hoon duduk bersama di meja makan. Mi Suk menatap lembut kearah Hoon. Mungkin dia memang tak ingat apapun karena pikirannya terganggu tapi dia masih bisa merasakan hangat hatinya ketika bersama Hoon. Hoon yang ternyata adalah putra yang selama ini ditunggunya.
Seperti makan bersama mereka dulu. Kali ini Ibu Hoon mengambil lauk yang ingin dia berikan pada Hoon. Hoon langsung tahu dan mengambil sendoknya yang telah berisi nasi, lalu menyodorkan sendok itu kearah ibunya. Mi Suk tentu langsung menaruh lauk yang sudah dia siapkan untuk Hoon. Hoon menyuap makanan itu dengan lahap.
Mi Suk bahkan memberikan juga lauk untuk Jae Hee. Ya, untuk Jae Hee. Jika saat makan bersama Chang Yi dia tak melakukan hal seperti, tapi sekarang Mi Suk melakukannya. Dia seolah tahu kalau wanita disamping Hoon ini adalah belahan jiwa putranya. Jae Hee tentu saja senang, diapun menerima lauk itu dengan tersenyum lebar.
“Ibu, Ini Jae Hee. Dia pacarku.” Ucap Hoon tiba-tiba
Mi Suk tersenyum menatap kearah Jae Hee, dan Hoon berkata, pacarnya cantik kan? Mi Suk tersenyum lalu memuji Jae Hee yang cantik. Dia bahkan menatap Jae Hee lembut. Lalu mengusap pipi Jae Hee. Dia tahu anaknya ga salah pilih, dan Jae Hee memang tepat mendampingi Hoon.
(Tuh…bener kan? Ibu Hoon aja tahu calon mantunya siapaa..hahahaha)
Jae Hee kemudian berkata kalau ibu Hoon juga cantik. Hoon menjawab tentu saja ibunya cantik. Merekapun tampak bahagian bertiga..
Bersambung ke part 3
Celotehanku :
Sukaaaaa…sama part ini. Suka lihat kebahagiaan Jae Hee, Hoon dan Ibu Hoon. Menyenangkan melihat mereka bersama. Waktu aku lihat episode ini, aku semakin yakin jika nantinya Hoon memang untuk Jae Hee.
seperti lagunya ungu ft Rossa “Kau Tercipta Untukku”