[Episode sebelumnya]
Episode 4
Pelaku mulai beraksi, dia kini ada di belakang Soo Hyun, tepat saat Soo Hyun akan memberitahu dimana lokasinya berada pada Dong Chan, pelaku langsung menyergap Soo Hyun dari berlakang dengan memegang pisau. Pelaku bertopeng itu sambil berbisik bertanya pada Soo Hyun
“Siapa kau?”
Sementara Soo Hyun yang sangat kaget, masih mendengar suara Dong Chan yang memanggil-manggilnya. Tapi Soo Hyun mana bisa bersuara. Dia sendiri takut dan berharap tidak mati konyol malam ini. Tujuannya adalah menangkap pelaku agar Saet Byulnya aman.
Pria bertopeng itu mengambil ponsel Soo Hyun dan mendengar suara lelaki di seberang sana yang cemas menanyakan dimana lokasi Soo Hyun. Mengetahui Ahjumma Kim hanya diam, membuat Dong Chan yakin Ahjumma Kim sedang bersama pelaku.
Dong Chan geram sekali dibuatnya, dia pun mengancam si pelaku
“Dengar baik-baik…jika sampai kau membunuhnya, kau juga akan kubunuh.”
Kim Soo Hyun memanfaatkan lengahnya pelaku dengan mengeluarkan pena yang tadi sudah dia siapkan untuk melindungi dirinya. Setelah itu dia langsung menggigit tangan pria bertopeng dan menusuk perut pria tersebut dengan pena yang sudah dipegangnya.
Pria bertopeng jelas kesakitan, dan seketika itu dia mendorong Soo Hyun, membuat Soo Hyun terjengkang ke belakang. Saat itulah, mata Soo Hyun menatap gadis yang di klub malam tadi, sedang diikat tangan dan kakinya, dengan mulut yang tertutup lakban.
Ki Dong Chan tahu dia harus segera menyelamatkan Ahjumma Kim, padahal saat ini dia terjebak di tempat geng motor, milik teman-teman gadis yang ternyata bukan target si pembunuh. Dong Chan tak takut, dia mendekati gerombolan laki-laki itu, sambil memuji kalau motor lelaki itu sangat keren. Dalam otak Dong Chan, dia berfikir kalau dia harus mendapatkan motor itu agar bisa segera sampai di lokasi Ahjumma Kim.
Laki-laki pemilik motor tak siap saat Dong Chan menghajarnya, sementara sang teman-teman geng motor itu segera menolong dengan menghajar Dong Chan. Tapi, Dong Chan tetaplah legenda. Percuma saja jika label legenda yang melekat di dirinya tak bisa dia gunakan kali ini.
Dengan sekali tendang, Dong Chan berhasil menaiki motor itu, dan langsung kabur secepat kilat.
Sementara itu, di tempat Soo Hyun. Pria bertopeng yang tengah kesakitan mengambil kembali pisaunya, dan mendekati Soo Hyun. Sambil menggenggam pisau itu dan mengarahkannya ke Soo Hyun, sang pria bertopeng berkata
“Kau tahu siapa aku kan? Bagaimana kau tahu tempat ini, dan akhirnya menemukanku?”
Soo Hyun yang lemah mencoba melawan dengan menyundul tubuh pria itu menggunakan kepalanya. Sang pria jatuh tersungkur, membuat Soo Hyun leluasa menginjak-injak tubuh si pria. Ditengah kesakitan pria tersebut, Soo Hyun mengambil pisau dan sudah siap untuk menusuk si pria bertopeng. Tapi, pria tersebut mampu menghindarinya, dan kini posisi Soo Hyun ada di bawah si pria bertopeng. Namun pisau masih digenggaman Soo Hyun.
Dengan kekuatan laki-lakinya, Si pria membuat tangan Soo Hyun berbuah arah sehingga pisau itu sebentar lagi akan menusuk Soo Hyun. Sekuat tenaga Soo Hyun menahan tekanan tangan si pria agar dia bisa tetap hidup.
Tiba-tiba terlihat sebuah motor datang, dan Soo Hyun kaget begitu pula si pria bertopeng. Tentu saja itu adalah Dong Chan. Dong Chan yang melihat Ahjumma Kim sedang berjuang menyelamatkan diri, membuat Dong Chan melajukan motornya dan mengenai tubuh si pelaku.
Begitu pria bertopeng terguling, Dong Chan langsung menghajarnya. Mereka pun adu kekuatan satu sama lain. Si pria bertopeng sudah tak kuasa menahan serangan Dong Chan, tubuhnya mungkin juga lemah, karena luka tusukan pena yang sempat disarangkan Soo Hyun pada perutnya tadi.
Saat Dong Chan akan membuka topeng si pria untuk melihat siapa sebenarnya pelaku, dengan segala kekuatannya pelaku menyundul kepala Dong Chan membuat Dong Chan tersungkur. Saat itulah pelaku kabur melarikan diri, dan Dong Chan tak sanggup mengejarnya.
Dong Chan melepaskan ikatan di kaki dan tangan si gadis yang disekap pelaku tadi, lalu menyuruh gadis tersebut untuk menghubungi polisi, sementara Dong Chan mencoba menolong Ahjumma Kim.
Gadis itupun berlari untuk menghubungi polisi, tanpa tahu bahaya sebenarnya masih mengintai. Baru saja si gadis berjalan, pria bertopeng itu sudah menghadangnya. Gadis tersebut mengira laki-laki yang ditemuinya orang baik, sehingga dia meminta batuan si laki-laki dan menceritakan kalau ada orang terluka di balik gang ini.
Namun begitu mata si gadis menatap bagian perut si laki-laki yang ada bercak darahnya diapun tahu bahwa laki-laki ini adalah laki-laki yang sedang mencoba membunuhnya tadi. Dia pun kaget, namun entah mengapa dia tak bisa berteriak.
Ki Dong Chan berhasil membangunkan Ahjumma Kim, saat tersadar yang pertama kali ditanyakan oleh Soo Hyun adalah sang gadis. Kemana gadis itu pergi? Dong Chan pun berkata kalau si gadis dia suruh untuk memanggil polisi, Soo Hyun panik mendengarnya. Dia pun menyuruh agar Dong Chan segera mengejar si gadis, dan jangan biarkan gadis itu sendiri.
Dong Chan langsung berlari namun tak menemui siapapun di balik gang ini. Lalu langkahnya terhenti saat matanya menatap sesuatu. Soo Hyun yang sudah mengumpulkan tenaganya, ikut menyusul Dong Chan dan langsung bertanya, apa Dong Chan berhasil menemukan si gadis?
Dong Chan hanya diam sambil matanya menatap sesuatu yang membuatnya syok, Soo Hyun mengikuti arah pandang mata Dong Chan, dan dia tahu semua sudah terlambat.
Mereka terkejut melihat darah yang tergenang dan mengalir mengikuti aliran hujan.
Dong Chan memberanikan diri membuka sesuatu yang tertutup itu, untuk memastikan benarkah darah yang mengalir adalah darah manusia. Darah si gadis. Dan ternyata memang benar, mereka terlambat menyelamatkan si gadis.
Korban kedua pun akhirnya meninggal satu menit sebelum jam 11 malam.
[13 Hari sebelum pembunuhan]
Soo Hyun langsung ke kantor Woo Jin untuk melaporkan semuanya. Hyun Woo Jin tahu kalau sidik jari dan semua hilang tersapu derasnya hujan. Di depan mejanya sudah berjejer, semua barang bukti dan Woo Jin tertarik begitu melihat sebuah pena. Diapun bertanya kenapa ada pena?
Soo Hyun menjawab bahwa pena itu miliknya, dan dia gunakan untuk menusuk perut si pelaku. Woo Jin mengeluarkan pena tersebut, dan dia melihat ada bercak darah diujung pena, membuat Woo Jin menyuruh stafnya untuk melakukan tes agar diketahui siapa pemilik pena itu.
Staf Woo Jin langsung mengangguk dan melaksanakan tugas itu.
Soo Hyun kemudian berkata apa Woo Jin masih ga percaya padanya? Ga percaya akan ceritanya bahwa dia kembali ke masa lalu. Kembali ke saat dimana anaknya belum ditemukan meninggal.
“Jika saja kau percaya padaku, maka wanita itu tidak akan mati.”
**
Di luar ruangan, Ho Gook menyindir Dong Chan yang memiliki bekas luka akibat dihajar pelaku. Berarti pelaku juga pandai berkelahi. Dong Chan kesal dan bilang kalau Ho Gook berisik sekali. Dia beralasan kalau dia bukan dihajar oleh pelaku, tapi dia terpeleset dan jatuh. Ho Gook hanya tertawa tanda tak percaya dengan alasan Dong Chan.
Dong Chan kemudian bertanya bagaimana perkembangan investigasi? Ho Gook menjelaskan karena kedua korban tidak menunjukkan perlawanan maka dugaan sementara, kedua korban mengenal pelaku.
Kedua korban sepertinya juga tidak memiliki keterkaitan hubungan satu sama lain.
Pekerjaan berbeda, dan tempat tinggal juga berbeda. Jadi jelas sekali ini adalah tindak criminal acak.
Dong Chan kemudian berkata kalau korban kedua, bahkan tidak berteriak. Ho Gook kaget dan bertanya bagaimana Dong Chan bisa tahu? Dong Chan menjawab kalau dia ada 30 meter dari TKP, dan dia tak mendengar teriakan sama sekali.
“Jika pelaku bukan kenalan korban, maka pasti ada hal yang membuat korban merasa nyaman dekat dengan pelaku.” ungkap Dong Chan.
Kini, Dong Chan sedang mengantar Ahjumma Kim kembali pulang. Di perjalanan, Dong Chan berkata kalau Ahjumma Kim sangat beruntung karena ga terbunuh malam itu. Soo Hyun ga peduli dengan semua yang Dong Chan katakan, dia malah bertanya bagaimana Dong Chan tahu dia ada di gang itu?
Dong Chan terdiam, dan akhirnya memberitahu kalau dia sempat menaruh alat pelacak di jaket Ahjumma Kim ketika ada di Klub, sehingga mudah untuknya mencari malam itu.
Soo Hyun kemudian berkata
“Ternyata tak ada yang berubah, korban kedua pun tetap meninggal. Malam ini wanita ketiga akan meninggal.”
Dong Chan menganggap kalau ada kok yang berubah, walau memang kenyataannya mereka tak bisa menyelamatkan si gadis, tapi setidaknya ada yang bisa mereka ubah malam itu. Seharusnya si gadis di temukan meninggal di dalam tempat sampah, tapi semalam si gadis ditemukan meninggal di ujung gang. Bukankah itu berubah?
“Kau berfikir positif saja. Berkatmu kejadian itu akhirnya tak sama persis.” ucap Dong Chan mencoba menghibur Ahjumma Kim.
Begotu sampai, dan Soo Hyun akan turun, tiba-tiba Soo Hyun kaget menyadari dompetnya hilang. Dong Chan pun tahu mungkin pelaku yang mengambil dompet Ahjumma Kim. Soo Hyun panik, karena itu bisa saja pelaku mengincar keluarganya. Identitasnya ada di dompet itu.
Han Ji Hoon sedang menunggu istrinya dan dia bertanya kesal sebenarnya dari mana saja Soo Hyun? Soo Hyun malas menjawab membuat Ji Hoon menarik lengan Soo Hyun yang akan berlalu, dan terkejut mendapati wajah Soo Hyun yang penuh luka. Dia pun khawatir, lalu bertanya apa yang terjadi?
Soo Hyun benar-benar tak ingin menjawab sehingga dia menepis tangan suaminya yang sedang mengkhawatirkan luka di wajahnya. Tanpa berkata apapun, Soo Hyun memilih untuk istirahat.
Kim Soo Hyun menemui putrinya yang sedang terlelap. Dia membelai lembut pipi Saet Byul dengan penuh rasa sayang. Kemudian Soo Hyun merebahkan dirinya di sampng Saet Byul.
Ki Dong Chan kembali ke rumah, dan melihat kakeknya sedang asik makan. Dong Chan mendekati kakek dan melihat makanan yang kakeknya santap. Melihat semua jenis makanan itu, Dong Chan teringat masa dua minggu ke depan, dimana saat itu menu makanan sang kakek juga sama seperti yang sekarang.
Saat itu Dong Chan meminum minuman yang dibawa sang kakek, dan saat kakek memberitahu kalau minuman itu adalah buatan ibunya, Dong Chan langsung menyemburkan minuman itu, seolah tak sudi meminum apa yang ibunya buat.
Setelah kenangan itu berakhir, kini kakek terlihat juga menawarkan minuman itu sambil berkata kalau semua ini buatan ibu Dong Chan. Kakek menyuruh Dong Chan mencicipi minuman ini. Dong Chan menolak, tapi kakek memaksa sehingga Dong Chan kesal dan langsung melempar minuman itu.
Dong Chan terlihat menyesal, dia ingin masuk ke dalam, tapi kakek menyuruhnya duduk.
Dong Chan pun menuruti keinginan kakeknya. Kemudian kakek berkata pada Dong Chan
“Mulai sekarang…jika kau bisa berubah, dan melakukan hal baik, serta bisa hidup normal seperti kebanyakan orang, maka aku akan memberimu 10 Milyar Won.”
Dong Chan menjawab kalau dia sudah melakukan perbuatan baik, dia ga bisa menjelaskannya sekarang, tapi yang jelas hidupnya sudah berubah. Kakek yang mendengar jawaban Dong Chan kemudian menyuruh Dong Chan untuk membawa orang yang berfikir bahwa Dong Chan memang sedang melakukan hal baik. Jika Dong Chang bisa membawa orang itu, maka dia akan memberikan 10 milyar won pada Dong Chan.
Dong Chan berubah penasaran dan bertanya kenapa kakek benar-benar ingin memberinya 10 milyar won itu?
“Aku merasa hidupku tak lama lagi. Jadi sebelum aku mati, aku ingin menyelamatkan jiwa yang tak beruntung. Dengan begitu maka, aku bisa pergi ke surga.”
Dong Chan menjawab bukankah banyak jiwa yang tak beruntung di dunia ini, lalu kenapa harus dia?
“Karena bagiku, kaulah jiwa yang paling tak beruntung di dunia ini.”
“Kenapa bisa aku?”
“Menurutmu apa itu kehidupan yang tak beruntung?Miskin atau kelaparan? Bukan itu semua. Tapi, hidup tak beruntung adalah hidup dengan penuh kebencian, amarah, dan dendam. Kau bertahan dengan semua luka yang menyakiti hatimu. Kau bahkan tak mau mengakui orang tuamu. Kau menyiksa dirimu sendiri. Tapi kau mencoba terlihat kuat dan tenang. Itulah orang yang paling tak beruntung menurutku.”
Jenny sedang memberitahu Soo Hyun cara menggunakan ponsel yang terhubung ke CCTV yang ada di rumah. Akibat dompet Soo Hyun yang hilang, membuat Soo Hyun lebih berhati-hati pada keluarganya dan dia memilih memasang CCTV di setiap sudut rumahnya.
Ji Hoon datang dan bertanya apa yang sedang orang-orang ini lakukan di rumah mereka? Soo Hyun memilih diam, karena dia ga mungkin memberi jawaban di depan Jenny dan Byung Tae.
Soo Hyun masuk ke kamarnya dimana Ji Hoon sedang bersiap untuk kerja. Dia kemudian bertanya pada Soo Hyun kenapa ga sekalian pasang CCTV di kamar mereka?
Soo Hyun dengan santai menjawab, haruskah kamar mereka juga dipasang? Soo Hyun pun menambahkan bahwa semua ini hanya untuk dua minggu saja.
Ji Hoon yang masih tak mengerti dengan sikap aneh istrinya bertanya apa Soo Hyun benar-benar Soo Hyun yang dikenalnya, atau bukan? Kenapa dia merasa Soo Hyun sangat aneh? Bahkan Ji Hoon menyuruh Soo Hyun bercermin untuk melihat bagaimana penampilan Soo Hyun sekarang.
“Kenapa? Apa penampilanku seperti orang gila? Ya, benar aku sudah gila. Bagaimana aku tak gila, jika tahu anakku akan mati?”
“Siapa yang akan mati? Berapa kali kau harus mengatakannya?” bentak Ji Hoon yang menjadi kesal dengan sikap Soo Hyun.
Ji Hoon memegang pundak istrinya dan menggoncang-goncangkannya, meminta istrinya untuk sadar.
“Demi Tuhan, Kim Soo Hyun, sadarlah. Kumohon” teriak Ji Hoon frustasi menghadapi sikap istrinya.
Tiba-tiba terdengar suara tangisan, dan saat Soo Hyun menoleh ke belakang, terlihat Saet Byul yang menangis, karena takut melihat ayah dan ibunya bertengkar. Soo Hyun pun berjongkok di depan Saet Byul dan menenangkan putrinya dengan berkata kalau dialah yang salah, sehingga ayah memarahinya. Jadi Saet Byul ga usah takut.
Soo Hyun pun memeluk putrinya sambil mengusap-usap punggung Saet Byul. Ji Hoon memilih pergi karena tak tahan dengan situasi di rumahnya ini.
Setelah ayahnya pergi, Saet Byul tiba-tiba bertanya
“Ibu, apa benar aku akan mati?”
Soo Hyun kaget dan melepas pelukannya lalu menjawab tentu saja tidak. Siapa memangnya yang mengatakan itu pada Saet Byul?
Dengan terisak Saet Byul menjawab kalau tadi dia dengar ibunya yang mengatakan hal itu.
Soo Hyun kembali memeluk Saet Byul dan mengatakan kalau itu hanya mimpi buruk saja, jadi Saet Byul ga perlu takut.
Jaksa Agung Lee Myung Hee menatap geram berita di surat kabar tentang adanya kasus pembunuhan.
(Aku ga tahu apakah dia Jaksa Agung, atau dia menteri kehakiman. Ga jelas gitu statusnya ini Ahjussi..hihihi)
Tiba-tiba masuklah Presiden Kim Nam Joon, yang habis berolahraga dan langsung menyalakan TV sambil bersiap untuk membaca koran.
Saat itu acara TV sedang menyiarkan tentang pendapat masyarakat tentang maraknya pembunuhan akhir-akhir ini. Kebanyakan masyarakat mengecam apa yang dilakukan penjahat dan juga mengecam tindakan presiden yang janji-janjinya hanyalah omong kosong.
“Bukankah pajak yang kita bayar digunakan untuk menggantung para criminal itu, tapi mana buktinya? Orang tua mana yang bisa tenang jika banyaknya pembunuhan sekarang ini.”
Nam Jun terlihat kesal, sehingga Myung Hee langsung mematikan TV. Dia juga menyarankan agar presiden segera memberi keterangan agar masyarakat bisa sedikit mereda.
Kim Soo Hyun mulai focus pada ingatannya tentang korban ketiga. Dia kembali menulis di papannya, tentang rincian korban ketiga yang juga seorang wanita.
“Korban bekerja di sebuah bar karaoke. Memakai stocking jaring, rok mini, dan jaket cerpelai sintetik. Atasan bunga-bunga, dengan rompi kerlap-kerlip. Berambut pink.”
Soo Hyun mencoba mengingat lagi detail tentang korban kedua, diapun mencoba menggambar sesuatu yang diingatnya, dan tentu sesuatu itu bisa membantu pencariannya pada korban ketiga ini sehingga bisa dia selamatkan.
Tim Dong Chan masih ada di rumah Soo Hyun, sehingga Soo Hyun memanggil mereka dan meminta mereka untuk membantunya tentang gambar yang dia buat tadi. Byung Tae menjawab itu sangat mudah.
Ketika sedang asik itulah, Saet Byul datang lalu bertanya apa dia boleh ikut? Dong Chan cepat-cepat mengajak Saet Byul keluar untuk main bersamanya saja.
Diluar, Saet Byul dan Dong Chan bermain lempar kertas yang sudah dilipat. Permainan ini adalah dengan cara melempar kertas yang sudah kita lipat ke kertas lawan kita. Jika kertas lawan yang kita lempar terbalik, maka lawan itu kalah.
Dan Saet Byul lah yang sering sekali kalah, sehingga Saet Byul menangis.
Dong Chan berkata kalau ternyata Saet Byul suka sekali nangis seperti bayi. Kemudian Dong Chan berbisik, apa Saet Byul mau tahu rahasia supaya bisa terus menang dalam permainan lempar kertas ini? Saet Byul langsung menghapus air matanya, dan menjawab dengan antusias, kalau dia mau tahu cara itu.
Kini, Saet Byul dan Dong Chan sedang berjongkok dan menunggu sesuatu. Mereka sabar menanti. Ketika sebuah mobil lewat, Dong Chang senang karena mobil itu akhirnya menggilas kertas yang sengaja dia taruh dijalan. Saet Byul sendiri masih ga ngerti akan apa yang dilakukan Dong Chan, sehingga dia hanya diam menunggu.
Dong Chan mengambil kertas lipat itu, dan menunjukkan pada Saet Byul, jika kertas sudah tergilas dan bentuknya seperti ini, maka kertas ini ga akan pernah terbalik dan Saet Byul akan terus menang. Saet Byul tentu senang dan langsung mengambil kertas tersebut
Sementara itu ingatan Dong Chan kembali ke masa lalu.
Flashback
Ketika itu Dong Chan masih kecil, dan mereka sedang main lempar kertas. Ketika itu sepertinya Dong Chan sering kalah, sehingga dia takut menaruh kertasnya. Tapi, karena Dong Chan terus menerus disuruh temannya, sehingga Dong Chan pun mau menaruh kertasnya. Tepat ketika sang teman, akan melempar kertasnya ke kertas Dong Chan, Dong Ho mengambil kertas itu dan membanya pergi.
“Hei…si idiot itu kakakmu kan?” tanya teman Dong Chan seolah mengejek Dong Ho
“Bukan..dia bukan kakakku” jawab Dong Chan saat itu.
Saat itu Dong Ho, sedang menaruh kertas milik Dong Chan dan menunggu mobil lewat agar kertas Dong Chan tergilas ban mobil. Teman-teman Dong Chan tak tahu apa maksud dibalik kegiatan Dong Ho itu.
Setelah kertas itu terinjak mobil,Dong Ho langsung memberikannya pada Dong Chan dengan penuh senyum seraya berkata kalau kertas ini ga akan terbalik, dan Dong Chan bisa menang.
“ayah yang mengajarkan cara ini padaku” ujar Dong Ho dengan senyum lebar.
Flashback End
Saet Byul kini tak terkalahkan, dia senang dan terus tertawa karena kertasnya tak pernah terbalik, dan kertas milik Dong Chan lah yang terus terbalik karena lemparannya.
Ki Young Gyu melihat Saet Byul dari balik pagar, yang sedang bermain dengan gembira, bersama orang lain, dan Young Gyu jadi sedih, karena dia mengira Saet Byul lupa padanya.
Diapun tak berani memanggil Saet Byul sehingga memilih pergi.
Bersambung ke part 2
KOEMNTAR :
Kenapa aku nulis Ahjumma Kim, karena Dong Chan manggil Soo Hyun memang Ahjumma. Hahaha.
Kayaknya Dong Chan cocok nih sama Soo Hyun daripada si Ji Hoon. Hahaha.
Siapa sebenarnya pelaku pembunuhan itu? Dan bagaimana cara Soo Hyun untuk menyelamatkan korban ketiga, berhasilkah dia?
Jujur, lihat drama ini aku sangat tegang. Susah mencari adegan komedi di sela-sela ketegangan God’s Gift ini. Parahnya lagi, setiap episode berakhir, ga ada preview episode selanjutnya, yang membuat kita sebagai penonton semakin penasaran, bahkan sangat penasaran.
Hebat ini PD nya.