[Episode Sebelumnya]
Kim Mi Reu berada di luar rumah, dan sedang mencari kucing.
“Meong aku datang, aku membawakan banyak makanan enak.”
Mi Reu berhenti di bawah tangga, seolah merasa ada orang yang bersembunyi. Benar saja di bawah tangga, ada Moon Sai yang berusaha menahan suaranya. Dia ga mau ketahuan.
Mi Reu pun beralih pergi, namun Moon Sai mengintip dan terkejut saat melihat akan ada mobil yang menabrak gadis kecil itu. Reflek, Moon Sai langsung menarik Mi Reu dan tabrakan itupun bisa dihindarkan.
Moon Sai batuk lagi, dia berusaha menutupi mulutnya agar batuk yang keluar tak terkena si gadis kecil. Mi Reu bertanya
“Apa kau sakit?”
Masih sambil menutup mulutnya, Moon Sai memberitahu gadis kecil itu agar tak dekat-dekat dengannya karena bisa bahaya. Moon Sai bahkan berjalan menjauh, dan menyuruh gadis kecil itu untuk segera pergi.
Mi Reu ternyata terus membuntuti Moon Sai, dia bahkan memberi Moon Sai roti dan Moon Sai memakannya dengan lahap. Dia memang butuh makanan karena beberapa hari ini perutnya sama sekali ga terisi apapun. Mi Reu duduk sedikit jauh sambil memperhatikan Moon Sai yang sedang makan.
Mi Reu bergerak mendekati Moon Sai, namun Moon Sai langsung melarangnya. Moon Sai bahkan menyuruh Mi Reu untuk segera pulang ke rumah dan jangan mengikutinya terus. Mi Reu yang masih kecil ga peduli dan malah semakin dekat dengan Moon Sai. Mi Reu meminta teman barunya itu memanggil namanya.
“Panggil aku Mi Reu.”
Moon Sai akhirnya menyebutkan namanya, dan mereka sama-sama tersenyum. Mi Reu senang karena memiliki teman baru, sementara Moon Sai merasa terharu karena ada yang memperhatikannya. Gadis kecil ini bahkan tak takut dengannya. Padahal jelas dia membawa penyakit berbahaya yang sangat mematikan.
Moon Sai berkata jika melihat Mi Reu dia jadi ingat dengan adiknya. Tiba-tiba Moon Sai terbatuk lagi, dan Mi Reu jadi cemas. Moon Sai tahu Mi Reu ga boleh tertular karenanya, sehingga dia lagi-lagi menutup mulutnya agar virus itu tak mengenai Mi Reu, si gadis kecil yang baik.
Mi Reu kasihan melihat teman barunya yang sakit, diapun berkata agar Moon Sai menunggu saja disini, karena dia akan mencari bantuan.
“Jangan kemana-mana, mengerti?”
Para dokter terlihat sedang rapat membahas virus mematikan ini. Professor bertanya apa ada pasien lain yang terinfeksi. Dokter menjawab sepertinya belum ada. Saat sedang rapat masuklah seorang suster yang mengabarkan kalau ada beberapa pasien datang dengan kondisi yang sama seperti Byung Woo tadi.
Seorang staf lainnya berkata kalau ada telepon dari kepolisian yang mengatakan bahwa truk container itu sudah ditemukan.
Sepertinya virus menyebar dengan cepat. Di jalanan sudah banyak orang yang bersin dan batuk-batuk lalu menulari orang disekitarnya. seorang nenek menulari cucunya yang masih kecil, seorang pengantin wanita terbatuk dan tentu langsung menulari sang mempelai pria.Polisi lalu lintaspun juga sudah terkena, dan tentu langsung menyebarkan virus pada pengguna jalan yang sedang menyeberang. seorang supir bus juga mulai terkena dampak flu itu. Saat bertugas sang supir mulai bersin-bersin.
Kim Mi Reu kembali lagi ke tempat dimana dia menyuruh Moon Sai menunggu, Mi Reu tak datang sendiri, dia bersama dengan paman Ji Goo. Tapi ternyata tempat itu kosong. Moon Sai tak ada disana. Mi Reu bergumam heran, kemana Moon Sai pergi, Moon Sai kan lagi sakit.
Mi Reu memanggil-manggil nama Moon Sai dengan cemas, dan Ji Goo berkata kalau dia harus kembali bekerja.
Mi Reu merajuk dan meminta agar Paman Ji Goo bisa menemukan Moon Sai. Ji Goo akhirnya tak tega meninggalkan Mi Reu sendiri, sehingga Ji Goo menemani Mi Reu mencari Moon Sai. Mi Reu menarik tangan paman Ji Goo dan berkeliling sambil memanggil-manggil nama Moon Sai.
Melihat paman Ji Go tek serius menemaninya, membuat Mi Reu bertanya kenapa paman ga serius mencari Moon Sai?
Ji Goo pun menjawab baiklah dia akan serius mencari Moon Sai.
Kim In Hae sudah sampai di lokasi truk container itu ditemukan, disana dia melihat ada jejak kaki, sehingga dia yakin ada satu orang yang selamat dari virus mematikan itu.
Diapun mengambil foto jejak kaki tersebut untuk bukti.
Kini, dibukalah truk container dan terpampang banyak manusia yang sudah menjadi mayat di dalamnya. Semua tewas mengenaskan. Petugas dikerahkan untuk membakar truk container itu agar virus tak menyebar semakin parah.
Pemerintahan juga sibuk saat mendengar kabar tersebut, mereka juga melihat kalau truk kontainer sudah dimusnahkan. Professor RS tetap memberitahu kalau virus ini kemungkinan sudah menyebar.
Walikota pun juga hadir mengikuti rapat tersebut.
Walikota terlihat merupakan sosok yang tidak bersahabat. Dia bahkan seolah menganggap remeh status bahaya yang sedang disampaikan oleh professor. Professor RS dengan tegas berkata jika virus ini sudah mewabah di Bundang, maka Bundang harus dibumi hanguskan.
Semua peserta rapat malah tertawa mengejek atas apa yang dikatakan professor RS tersebut.
Ji Goo akhirnya dengan terpaksa menemani Mi Reu, kali ini dia menemani Mi Reu makan di sebuah restoran cepat saji. Mi Reu makan sambil bernyanyi. Ji Goo yang ditelpon temannya dengan perasaan kesal berkata kalau pekerjaan menjaga anak benar-benar menyenangkan. Kalimat itu tentu hanya kiasan saja.
Setelah telepon usai, Mi Reu meminta pada paman Ji Goo agar merahasiakan makan siang mereka dari ibunya. Ji Goo berjanji akan merahasiakan ini dari ibu Mi Reu, tapi sekarang dia harus kerja. Ji Goo kemudian bertanya berapa nomer telepon ayah Mi Reu?
Mi Reu berubah ekspresi, dia menjawab kalau ayahnya belum kembali, dan ibu selalu menangis. Ji Goo yang penasaran bertanya, kenapa ibu Mi Reu menangis. Mi Reu menjaab kalau ibunya memang sering menangis. Ji Goo bertanya lagi, lalu apa Mi Reu ga tinggal dengan ayah? Mi Reu menggeleng dan berkata kalau ayahnya ada di Amerika. Ayah meninggalkan dia dan ibu.
Mi Reu bahkan berkata karena ga ada ayah dia ga bisa ikut dalam acara pembukaan di sekolahnya.
Mi Reu kecil melepas bandonya dan meminta Ji Goo memakaikan bando itu untuknya. Dia ga bisa melakukannya sendiri. Ji Goo bergumam
“Astaga, aku tidak pernah punya seseorang yang bisa aku urus.”
Ji Goo pun memasangkan bando itu diatas kepala Mi Reu. Setelah bando terpasang Mi Reu merengek minta dibelikan Ice strawberry smoothie, tapi kemudian Mi Reu bersin. Ji Goo berkata kalau sepertinya Mi Re sedang flu, jadi Mi Reu ga boleh minum yang dingin-dingin dulu. Mi Reu merajuk dengan wajah lucunya, dia berkata kalau dia kepengen minuman itu.
Dalam rapat, Walikota berkata kalau Bundang merupakan kota yang memiliki sekitar 460.000 orang, jadi mana mungkin karena virus ini Bundang harus dibumi hanguskan? Terlebih wilayah Bundang sangat dekat dengan Seoul. Kalau bisa diibaratkan, Bundang juga sama seperti Seoul. Professor RS menjawab bahwa jika benar virus itu menyebar dengan cepat maka mereka akan kehilanga lebih banyak lagi. Walikota lagi-lagi mengejek, dan bertanya apa professor sangat takut dengan virus baru yang ga jelas ini?
Tim dokter kesal karena perkataan mereka hanya dianggap angin lalu oleh Walikota dan stafnya.
Kim In Hae masuk ke ruang rapat dam berkata pada professor kalau ada yang selamat dalam truk container itu. Professor terkejut begitu pula dengan Walikota yang lagaknya menyebalkan itu.
Sementara keadaan kota Bundang semakin parah, tidak perlu menunggu beberapa jam, virus yang mengenai korban langsung bereaksi cepat. Sang pengantin wanita langsung ambruk dengan mulut mengeluarkan darah. Keadaan di jalan pun juga tak jauh beda, sudah banyak orang yang terinfeksi dan langsung terjatuh di jalan dengan darah dimulutnya.
Di dalam Mall, tempat Ji Goo dan Mi Reu berada.
Mi Reu tertidur, dan Ji Goo mengira Mi Reu hanya kelelahan, tanpa sadar kalau Mi Reu sakit. Dia menggendong Mi Reu dan berniat meninggalkan Mall ini. Tapi, ternyata Ji Goo melihat ada seorang wanita yang pingsan saat sedang berjalan di escalator. Alhasil tubuh si wanita terkulai lemah dengan escalator yang terus berjalan.
Ji Goo yang melihat itu langsung berlari mendekat sambil tetap menggendong Mi Reu. Namun karena Ji Goo merasa kesulitan dengan adanya Mi Reu, Ji Goo menidurkan Mi Reu sementara di sebuah bangku lalu berusaha menyelamatkan si wanita tadi.
Ji Goo berlari sangat cepat menyelamatkan si wanita dan setelah berhasil Ji Goo langsung merebahkan wanita itu di bangku. Ji Goo terkejut karena si wanita mengeluarkan darah sangat banyak. Dia jadi panik sekali.
Tim Dokter sudah mengetahui wajah manusia yang selamat dalam truk container itu. In Hae mencoba memberitahu walikota dan staf pemerintah kalau orang yang selamat itu masih ada di Bundang, dan Byung Woo adalah kasus pertama, bukan berarti tak ada kasus lain setelah Byung Woo.
Walikota dengan nada melecehkan berkata apa dokter bisa menjadi penyelidik? Kok beraninya bilang bahwa akan ada kasus lainnya setelah Byung Woo?Professor RS mendekati Walikota yang egois itu dengan berkata bahwa ini adalah penyakit berbahaya, mereka harus segera mengambil tindakan.
Dengan sinis Walikota bertanya
“Kau seorang dokter kan? kelihatannya kau sudah lupa apa yang menjadi tugas seorang dokter? Jika kau diberi pilihan, kau akan menghancurkan atau membangun?”
Tiba-tiba, staf rapat dikejutkan oleh sesuatu diluar sana. Mereka pun bergeak menuju jendela untuk melihat apa yang sedang terjadi di jalan. Terlihatlah kondisi kota Bundang yang parah. Semua kendaraan saling bertabrakan satu sama lain, karena pengemudi sudah terinfeksi virus tersebut. Bahkan karena tabrakan itu, sebuah kebakaran pun terjadi.
In Hae dan lainnya benar-benar tak percaya melihat kota Bundang yang mereka cintai jadi hancur seperti itu.
RS di seluruh Bundang dipenuhi pasein yang terinfeksi, dokter kewalahan karena tentu jumlah pasien yang banyak dan terus bertambah tak sebanding dengan jumlah dokter yang ada. Jika sebelumnya virus akan mematikan setelah beberapa jam, maka kini lebih cepat.
Akhirnya Evakuasi diberlakukan, In Hae menelpon ibunya dan meminta sang ibu tak pergi kemana-mana dulu, dan menghindari tempat ramai. Professor mendekati In Hae, dan menyuruh In Hae segera naik ke helicopter untuk ikut evakuasi, tapi In Hae menolak. Dia harus menemui putrinya dulu, dan ga mungkin dia menyelamatkan dirinya sendiri lalu meninggalkan putrinya.
Rekan In Hae mengingatkan kondisi di Bundang yang sedang parah. Professor akhirnya mengijinkan In Hae pergi, dan segera menyusulnya. In Hae mengangguk.
Ji Goo kehilangan Mi Reu, dia pun mendatangi petugas untuk melihat rekaman CCTV agar dia bisa menemukan Mi Reu.
Walikota menemui Perdana Menteri dan meminta Perdana Menteri memberi pengumuman kepada public terkait situasi ini. Perdana menteri menolak. Dia beralasan kalau berita ini malah akan membuat situasi tambah kacau. PM malah meminta agar semua keputusan diserahkan padanya.
Jalanan kota Bundang ditutup. Tak ada yang boleh keluar dari kota Bundang.
Perdana Menteripun telah memberikan pengumuman resmi pada masyarakat. Bahkan tulisan-tulisan pun sudah dipasang untuk menjadi peringatan bagi warga Bundang.
Professor RS juga sudah memberikan keterangannya terkait penyakit ini. Dia berkata kalau penyakit ini memang belum ada obatnya.
In Hae sudah berbicara dengan Ji Goo yang mengabarkan kalau Mi Reu hilang. Kini mereka sedang ada di E-mart (Hypermart kali ya…hihihi)
In Hae langsung bertanya dimana putrinya? Ji Goo lagi-lagi terpana saat melihat In Hae, padahal jelas ini bukan yang pertama.
Dia gugup sendiri, membuat In Hae kesal dan mengulangi kembali pertanyaannya, dimana Mi Reu?
Mi Reu sedang ada ditengah kerumunan orang-orang yang mulai serakah. Situasi E-mart kacau balau setelah mendengar situasi yang disiarkan tadi, semua pengunjung menjarah isi supermarket itu dan saling hajar, jika ada orang lain menyerobot.
Mi Reu takut dan akhirnya menangis sambil memanggil-manggil ibunya.
In Hae dan Ji Goo masih sibuk mencari. In Hae menyuruh Ji Goo menggunakan masker. Ji Goo pun langsung menuruti perintah In Hae itu.
Mereka berpencar dan berjanji jika salah satu dari mereka sudah ada yang menemukan Mi Reu maka harus langsung mengabari.
Tanpa sadar, Ji Goo berpapasan dengan Moon Sai, namun Ji Goo tentu tak mengenal Moon Sai, satu-satunya manusia yang masih hidup dan selamat setelah terinfeksi.
(Jadi inget Harry Potter deh.)
Seorang pengunjung E-Mart sudah ada yang terinfeksi dan langsung batuk darah, tanpa sadar sang ahjussi yang batuk darah itu berada di depan Mi Reu yang sendiri, Mi Reu takut lalu reflek berjalan mundur, menghindari si Ahjussi. Dan Ji Goo lah yang berhasil menemukan Mi Reu. In Hae langsung berlari mendekat begitu melihat putrinya. Mi Reu menangis. In Hae pun langsung memeluk putrinya. Dia lega Mi Reu selamat.
Suasana E-Mart semakin kacau. Terjadi baku hantam antara polisi yang sedang memblokade E-Mart dengan para pengunjung. Pintu-pintu E-Mart mulai menutup, sementara Ji Goo dan In Hae berusaha mengeluarkan diri mereka agar tak terjebak di dalam E-Mart. Lampu E-Mart pun sudah dimatikan.
Pengunjung lain pun berusaha menyelamatkan diri mereka masing-masing. Saling tabrak dan pukul pun terjadi. Begitu pintu E-Mart akan menutup, Ji Goo yang menggendong Mi Reu berhasil keluar dengan selamat. Tapi In Hae kalah cepat, dia bahkan terjatuh karena seorang wanita yang menahan dirinya.
Ji Goo cepat bertindak, dia mengambil troli untuk menghalangi gerak pintu agar tak menutup, walau itu hanya sementara. Ji Goo berusaha menarik In Hae, dan melepaskan pegangan erat si wanita pada tubuh In Hae. Akhirnya tepat sebelum pintu menutup, Ji Goo berhasil menarik In Hae keluar.
Wanita yang memegang tubuh In Hae tadi berkata kalau anaknya ada diluar, Ji Goo jadi kasihan dan berniat membantu mengeluarkan wanita itu. In Hae yang sudah ditelepon Professor meminta Ji Goo untuk ikut dengannya. Ini penerbangan terakhir untuk bisa meninggalkan Bundang. Jadi Ji Goo harus ikut. Ji Goo menolak, dia ingin menyelamatkan orang-orang itu dulu. In Hae mengingatkan Ji Goo kalau di dalam sudah ada yang terinfeksi.
Ji Goo hanya menjawab
“Aku tahu, tapi aku adalah seorang regu penyelamat. In Hae kau pergilah dulu. ”
In Hae menjawab ga akan ada yang tahu kalau Ji Goo adalah Anggota regu penyelamat, jadi tinggalkan saja tempat ini. Ji Goo menolak, dia bahkan berpesan pada Mi Reu agar Mi Reu tak melepaskan tangan Ibu, dia juga meminjamkan mobilnya pada In Hae. Dia bilang kalau Mi Reu tahu yang mana mobilnya, jadi In Hae bisa memakai itu.
Ji Goo juga sempat bercanda agar In Hae mengembalikan mobilnya setelah dicuci jangan seperti kejadian jaket tempo hari.
Kini, setelah In Hae dan Mi Reu oergi, Ji Goo mencoba membuka blockade itu dengan menggunakan tabung pemadam kebakaran, yang tentu tak akan kuat melawan kuatnya besi. Tangannya terluka karena itu. Dia frustasi sekali, karena tak bisa menyelamatkan orang-orang padahal dia adalah anggota regu penyelamat.
Tiba-tiba datanglah Jin Ye, dengan membawa peralatan lengkap. Mereka pun akhirnya berhasil menyelamatkan orang-orang yang ada disana.
In Hae sudah sampai di mana dia bisa naik helicopter. Sudah ada staf disana yang akan memeriksa identitas In Hae. In Hae berkata kalau dia adalah salah satu tim medis yang namanya pasti ada dalam daftar. Staf akhirnya mengijinkan In Hae lewat, namun sayang tiba-tiba Mi Reu terbatuk. Staf pun langsung menghentikan In Hae dan melarang anak kecil itu untuk ikut. In Hae menjelaskan kalau itu hanya flu dan batuk biasa saja.
Dia dokter dan dia tahu gelaja-gejala penyakit itu muncul. Tubuh kemerahan adalah salah satunya, dan Mi Reu tidak seperti itu.
Staf tak peduli, mereka menyuruh In Hae kembali karena inilah ketentuannya, dan In Hae tak bisa menolak.
Berita di TV tentang penyakit flu burung ini mulai tersiar. Bahkan di Cina telah muncul virus H7N9. Di Indonesia dan negara lainnya juga telah terjangkit penyakit ini, yang bisa menyebar dari manusia ke manusia.
Di berita juga dikatakan bahwa penyebaran virus ini hanya bisa dicegah jika kita memakai masker.
Presiden berdiri di depan awak media untuk memberikan pernyataan. Dia berkata kalau sebagai Presiden ini adalah hal menyakitkan baginya saat melihat warganya menderita sedang dia tak bisa berbuat apapun.
“Untuk semua orang yang terkena wabah ini, saya memiliki tanggung jawab penuh atas semua ini.”
Di sela-sela kalimat Presiden yang terdengar melalui siaran televisi, terlihat ada satu keluarga yang masih bersama, dan tak mau di evakuasi. Sang ibu erat memeluk anaknya. Sementara petugas mulai mendatangi rumah warga satu persatu untuk membawa mereka ke barak.
Presiden kembali terdengar suaranya
“Kami selaku pemerintah, akan berupaya semaksimal mungkin. Ini adalah janji saya kepada semua rakyat saya yang ada diluar sana. Semua masyarakat Bundang, saya mohon untuk bertahan.”
Akhirnya semua warga yang ada di rumah berhasil dibawa ke barak untuk dievakuasi, mereka diminta memakai masker agar yang sehat tak terkena virus ini. Mereka dibawa ke wilayah yang sudah di tentukan pemerintah sebagai wilayah aman. In Hae pun ada di salah satu bus yang akan membawanya beserta sang putri ke tempat evakuasi. In Hae berbicara dengan professor di RS untuk menyampaikan bahwa ada orang yang selamat di dalam truk container itu. Jika mereka bisa menemukan orang tersebut, maka mereka bisa membuat antibodi untuk virus ini.
In Hae juga memberitahu bahwa semua akan dibawa ke tempat yang sama untuk dievakuasi, dan bukankah itu sangat berbahaya mengingat virus ini menyebar dengan cepat. Apa jadinya jika yang sehat menjadi terjangkit jika disatukan dalam barak yang sama dengan orang-orang yang terinfeksi?
Suasana Bundang benar-benar tak kondusif kali ini, bus-bus yang diperintahkan oleh pemerintah sudah banyak betebaran untuk mengangkut warga dan membawa ke tempat isolasi. In Hae takut, begitu juga Mi Reu. In Hae hanya bisa memeluk putrinya agar putrinya bisa tenang.
Sampailah In Hae dan putrinya di tempat isolasi, dimana di tempat ini sudah sesak dengan orang-orang yang berjalan mengikuti perintah para polisi yang memang dikerahkan di tempat itu.
Staf pemerintah dan dokter berkumpul di satu tempat dan membahas kelanjutan masalah ini. Seorang pria berkata kalau semua warga memang disatukan dalam satu barak, karena dia menganggap semua warga bundang adalah terinfeksi. Mereka akan memeriksa para warga satu persatu dan memisahkan yang memiliki gejala virus tersebut dengan yang tidak memiliki gejala.
Pemeriksaan pun dimulai, kali ini tidak ada yang namanya malu atau apapun. Para wanita harus membuka pakaian luar mereka, untuk dideteksi apakan ada tanda kemeran di kulit mereka sebagai gejala virus tersebut. Jika ada yang memiliki tanda kemerahan, maka akan segera diasingkan.
Selain pemeriksaan badan, pemeriksaan rongga mulut juga dilakukan. Semua itu untuk membedakan manakah warga yang sehat dan manakah warga yang terjangkit virus H5N1 ini.
Orang laki-laki yang berada di staf pemerintah dan dokter tadi, berkata setelah 48 jam orang-orang yang tidak memiliki gejala virus ini dinyatakan sehat dan boleh meninggalkan barak.
Professor menyela kalimat itu dan bilang kalau cara seperti ini sangat berbahaya. Bagaimana bisa mengumpulkan semua warga di satu barak, sebelum pemeriksaan? Itu akan meningkatkan jumlah warga yang tidak terinfeksi.
Walikota kesal, dan memotong perkataan Professor RS. Dia berkata jika mereka ga melakukan hal ini, maka seluruh warga KOREA lah yang akan terinfeksi, dan itu akan sama bahayanya. Professor yang akhirnya saya ketahui bernama Yang berkata dia hanya ga ingin virus ini menyebar bahkan walaupun itu di Bundang.
Perdana menteri ga peduli dengan ketidak setujuan si professor Yang, sehingga dia tetap meminta isolasi seperti ini dilanjutkan. Walikota juga menyuruh agar jaringan internet di blokir agar berita tentang wabah ini tak menyebar ke seluruh tempat, dan semakin membuat khawatir negara lain, terlebih pastinya akan banyak komentar negative jika berita ini tersebar.
Professor Yang berdiri dan berkata kalau dia tetap ga setuju akan karantina yang dilakukan di satu tempat seperti ini. Walikota dengan ketus menjawab
“Kami juga tidak membutuhkan ijinmu untuk melakukan rencana ini.”
In Hae kini sudah sampai di ruang wanita untuk diperiksa, banyak wanita disana yang sudah membuka pakaian luar mereka. Lalu tiba-tiba ada seorang wanita yang muntah darah, dan langsung membuat panik wanita-wanita lain disana termasuk In Hae. In Hae segera menarik Mi Reu dan berniat menjauh dari tempat ini, tapi dia malah menabrak pembatas yang dipasang untuk tempat pria.
Mi Reu melihat ada Ji Goo disana, dan langsung menyapa Ji Goo. Ji Goo yang sudah tak memakai pakaian, membalas sapaan Mi Reu, dan Mi Reu langsung berkata “Paman telanjang” ucap Mi Reu sambil menunjuk-nunjuk Ji Goo.
In Hae tentu melihat juga, dan itu membuat Ji Goo malu, Ji Goo pun langsung menutup tubuhnya walau sedikit terlambat.
Kim In Hae mulai membuka pakaiannya, dan jarak mereka dengan tempat pria sangat dekat. Terlebih pembatas di tempat pria sempat jatuh tadi. Jin Ye berniat mengintip In Hae, namun Ji Goo langsung melarangnya. Ji Goo berkata kalau Jin Ye ga boleh melihat In Hae. Selagi Ji Goo menutupi wajah Jin Ye, dia malah yang asik melihat In Hae yang kini sedang membuka pakaian. *LOL
Mi Reu juga sudah melepas pakaiannya. Melihat putrinya kepanasan, In Hae pun berniat menguncir rambut Mi Reu. Saat itulah, mata In Hae menangkap tanda kemerahan di belakang kuping putrinya. In Hae panik,apakah ini berarti Mi Reu terinfeksi?
Jika iya, maka In Hae akan terpisah darinya, karena Mi Reu akan dibawa ke barak dimana disana para terinfeksi berkumpul. In Hae ga mau itu. Membayangkan putrinya sendiri, ditengah-tengah orang-orang yang terjangkit membuatnya takut.
In Hae pun hanya mampu memeluk Mi Reu dalam kekalutan hatinya.
Bagaimana agar Mi Reu bisa lolos dari pemeriksaan dan tetap disampingnya. Dia ga ingin berpisah dengan Mi Reu, sedetikpun tak ingin.
Bersambung ke part 3
KOMENTAR :
Sebel lihat walikota Bundang. Sok banget dan arogan. Perdana Menteri juga sama saja. Keliatannya semua hanya memikirkan kepentingan sendiri, tanpa peduli rakyat mereka.
Presiden kayaknya cuma jadi boneka disini. Dia belum terlalu menujukkan kuasanya.
Lucu juga liat Ji Goo melarang Jin Ye untuk lihat In Hae yang lagi ga pake baju, tapi dianya sendiri memperhatikan dengan seksama. Hihihihi