[Sebelumnya]
Seul Bi pingsan di dekapannya Sung Yeol. Woo Hyun yang sudah selesai meringkus penjahat bersama Woo Jin terkejut melihat Seul Bi tak sadarkan diri. Dia langsung mendekat dan menepuk-nepuk lembut pipi Seul Bi sambil memanggil nama Seul Bi. Tapi Seul Bi ga sadar juga.
Lee Seul Bi ternyata ga sepenuhnya pingsan. Dia mendengar panggilan cemas Woo Hyun dan berkata kalau dia sangat lelah.
Woo Jin sudah kembali menemui Ji Hye yang menunggu di kursi dekat restoran. Ji Hye langsung memeluk suaminya dan bertanya apa suaminya baik-baik saja? Woo Jin menjawab kalau dia ga kenapa-napa kok. Sung Yeol lalu datang dan mengembalikan tas ibu tirinya. Ji Hye langsung menerima tas itu dengan bersemangat.
Ji Hye membuka tasnya dan melihat apakah ada barang miliknya yang hilang. Ternyata sebuah benda dengan bungkus berwarna ungu masih tersimpan manis di tas Ji Hye, dan Ji Hye lega melihatnya. Inilah benda berharga yang jika hilang maka akan membuatnya sedih. Bukan uang atau benda lainnya. Tapi satu benda ini. Benda berharganya.
Ji Hye lalu mengucapkan terima kasih pada Sung Yeol. Tapi Sung Yeol melengos saja, acuh. Sung Yeol berniat menjawab tapi ayahnya langsung mengahalangi Sung Yeol karena dia tahu Sung Yeol mungkin akan berkata kasar sehingga Woo Jin hanya bilang kalau Sung Yeol pasti tadi meniru dirinya yang pemberani.
Sung Yeol memilih diam. Dia sudah muak dan malas.
Lee Seul Bi akhirnya digendong Woo Hyun di punggungnya. Seul Bi yang lemah hanya bisa terpejam dan mendengar gerutuan Woo Hyun yang mengatakan kalau Seul Bi bisa tertidur dimana saja. Seul Bi juga ternyata punya bakat menakut-nakuti orang. Kenapa Seul Bi ingin terlibat padahal Seul Bi bisa berada dalam bahaya?
“Biasanya orang akan berlari menyelamatkan diri dan memilih lari dari yang namanya ketidak adilan. Tapi kau berbeda. Aku pasti jadi terburuk dari manusia yang kau tahu. Aku selalu memberitahumu untuk pergi dan membuang barang-barangmu.”
Seul Bi senang mendengar pengakuan Woo Hyun, dia kemudian menjawab kalau begitu mulai sekarang jangan suruh dia pergi lagi karena dia ga punya tempat selain Woo Hyun. Woo Hyun lalu menurunkan Seul Bi karena dia mendengar suara Seul Bi sudah lantang, itu tandanya Seul Bi sudah membaik. Tapi Seul Bi mengeluh bahwa dia masih pusing. Dia merengek minta digendong lagi.
Woo Hyun mengalah, dia kembali menggendong Seul Bi, membuat Seul Bi senang. Seul Bi lalu bertanya kenapa Woo Hyun memanggil nenek Woo Hyun dengan sebutan Ny Kong? Apa Nenek Woo Hyun belum menikah? Woo Hyun menjawab apa Seul Bi bodoh, ayahnya adalah anak putra neneknya. Jadi bagaimana mungkin neneknya belum menikah?
Woo Hyun kemudian menjelaskan alasan dia memanggil neneknya nyonya adalah karena dia mau neneknya hidup lebih lama.
“Bukankah kalau dipanggil Nyonya maka dia akan hidup lebih lama?”
Seul Bi terharu mendnegar kalimat Woo Hyun barusan dan berkata tulus kalau nenek Woo Hyun pasti hidup lama, jadi Woo Hyun ga usah khawatir. Woo Hyun mengalihkan pembicaraan dengan berkata kalau dia ga mau Seul Bi sampai meludah di bajunya. Awas saja sampai Seul Bi melakukan itu. Seul Bi menjawab baiklah. Tapi ternyata dia sudah bersiap untuk meludahi pundak Woo Hyun. Woo Hyun tahu itu dan langsung menyuruh Seul Bi memasukkan lidah Seul Bi kembali.
Seul Bi pun hanya bisa merebahkan kepalanya di pundak Woo Hyun dengan nyaman. Dalam hati Seul Bi berkata
“Sungguh beruntung karena kaulah orang yang kujumpai pertama kali ketika aku berubah menjadi manusia.”
Hari ini Seul Bi sedang menikmati udara dan sinar matahari yang tidak terlalu menyengat. Dia rebahan diatas sebuah meja kayu lebar dan nampak sangat menikmati hari ini. Tiba-tiba sunbae datang dan Seul Bi langsung duduk lalu bertanya kenapa Sunbae lama sekali datangnya?
Seul Bi kemudian bercerita kalau kekuatannya kembali tapi setelah itu dia menjadi sangat lemah. Dia merasa lelah dan mengantuk dan dia bisa kembali normal setelah beristirahat sebentar. Ini agak aneh menurutnya. Terlebih dia ga bisa menggunakan kekuatannya itu sesuka hatinya.
Sunbae pun merasa heran tapi kemudian dia meminta Seul Bi untuk tidak menggunakan kekuatan Seul Bi, terlebih jika itu adalah urusan manusia. Seul Bi pun mengangguk.
Sunbae kemudian memberikan amplop cokelat pada Seul Bi lalu menjelaskan kalau di dalamnya berisi dokumen-dokumen yang Seul Bi butuhkan untuk hidup sebagai manusia. Dokumen-dokumen itu akan membuat Seul Bi baik-baik saja sementara waktu.
Sunbae tiba-tiba bertanya tentang Woo Hyun. Seul Bi menjelaskan kalau Woo Hyun selalu jahat padanya, dan suka memandang rendah dirinya.Seul Bi juga berkata kalau dia memang menyelamatkan Woo Hyun dan menggunakan kekutannya yang datang tiba-tiba itu, tapi itu semua dia lakukan karena dia merasa bahwa mencari tahu tentang Woo Hyun akan memberi jawaban untuknya.
Sunbae kemudian berdiri dan berniat pergi, Seul Bi bertanya Sunbae mau kemana? Masak baru sebentar sudah pergi? Sunbae yang telah berdiri menatap Seul Bi lalu menjawab
“Aku tidak punya waktu untuk hangout bersama Manusia”
Sunbae bahkan terdengar seperti menekankan kata Manusia itu dihadapan Seul Bi. Seul Bi pun hanya bergumam setelah kepergian Sunbae
“Apa dia tadi menyebutku manusia?”
Nenek Kong sedang meminum obat, tapi ketika Seul Bi datang, nenek bergegas menyembunyikan obat itu dari pandangan Seul Bi. Seul Bi yang ga tahu apa-apa cuek saja. Dia duduk dan nenek ikut mendekati Seul Bi. Disana ada pakaian sekolah Woo Hyun yang sedang nenek setrika. Seul Bi bertanya kenapa pakaian harus disetrika?
Nenek Kong menjawab
“Aku ingin Woo Hyun sekolah dengan baik, seperti layaknya pakaian yang lurus setelah habis disetrika.”
Seul Bi pun bergegas mengambil pakaiannya dan meminta nenek untuk menyetrika pakaiannya sekolahnya ini. Nenek heran melihat seragam Seul Bi lalu bertanya, apa Seul Bi juga ingin bersekolah? Seul Bi menjawab kalau dia ingin sama seperti Woo Hyun.
Nenek kemudian bertanya lagi, apa Seul Bi suka dengan Woo Hyun? Seul Bi sudah menjawab tidak dan bersiap menjelaskan alasannya. Tapi kemudian hatinya mengingatkan kalau nenek ga mungkin percaya jika dia menceritakan yang sebenarnya. Akhirya Seul Bi meralat ucapannya itu dan berkata ya, dia memang menyukai Woo Hyun. Nenek tersenyum mendengar pengakuan Seul Bi.
Shin Woo Hyun datang dan mendengar yang dikatakan Seul Bi, nenek bahkan menyebut kalau Woo Hyun adalah pria yang beruntung. Woo Hyun menjawab kalau dia bukanlah pria yang semudah itu. Kemudian Woo Hyun menatap kearah Seul Bi dan bertanya apa tadi merupakan pengakuan? Jika iya, maka dia menjawab tidak untuk pengakuan Seul Bi itu.
Seul Bi memandang kesal pada Woo Hyun, lalu menaruh jarinya yang membentuk angka dua tepat di bawah mata dan memperlihatkannya pada Woo Hyun. Woo Hyun menatap heran dan bertanya apa maksudnya itu?
Dengan konyolnya Seul Bi menjawab kalau itu tanda untuk psiko. Woo Hyun hanya bisa menatap dengan tatapan tak percaya dengan tingkah Seul Bi yang sungguh aneh.
Hwang Sung Yeol sedang asik memainkan drum nya. Dia begitu menikmati hentakan musik yang ditimbulkan dari alat musik ini. Entah kenapa dia tiba-tiba teringat pada Seul bi yang tiba-tiba pingsan saat dia datang.
Keesokan paginya, perkutut di jam dinding kediaman Woo Hyun sudah berbunyi. Woo Hyun bersiap untuk masuk sekolah di sekolah barunya dan ga boleh terlambat. Dia kemudian turun untuk sarapan, dan sudah ada nenek serta Seul Bi di meja makan. Seul Bi membawa-bawa boneka yang akhirnya membuat Woo Hyun bertanya apa itu? Dengan lucunya Seul Bi menjawab kalau boneka ini adalah adiknya.
Nenek kemudian meminta Seul Bi membersihkan restoran setelah sarapan selesai. Potong kubis, bawang dan tempatkan pasta cabai dalam air. Seul Bi menghafal semuanya dengan cepat dan berkata kalau dia akan melakukan semua yang disuruh nenek.
Nenek juga menyuruh Woo Hyun untuk bergegas karena ini hari pertama Woo Hyun, jadi jangan sampai Woo Hyun terlambat. Woo Hyun menatap jam yang masih menunjukkan pukul 7 lewat 10. Dia menjawab kalau masih ada banyak waktu, jadi tenang saja. Woo Hyun ga melihat kalau burung pelatuk yang menjadi pengingat sudah terkulai dan rusak. Dengan santai Seul Bi memberitahu semua kalau dia memukul burung pelatuk yang ada di jam dinding itu karena terus-terusan berkicau. Mengganggu saja.
Semua terkejut dan nenek bertanya kenapa Seul Bi ga ngomong dari tadi? Woo Hyun pun jengkel karena ini tandanya dia terlambat masuk sekolah.
Sesampainya di sekolah, Woo Hyun melihat ada anak yang dihukum karena terlambat, dan Woo Hyun jadi semakin kesal dengan ulah Seul Bi. Dia mengancingkan seragamnya dan bergumam kalau dia harus bersikap wajar saja, siapa tahu guru itu bisa memaklumi keterlamabatannya karena ini adalah hari pertamanya.
Shin Woo Hyun berjalan santai dan sebentar lagi akan melewati guru yang sedang menghukum siswa-siswi terlambat. Tapi ternyata kedatangan Woo Hyun ketahuan juga, dan si guru langsung menghentikan langkah Woo Hyun kemudian bertanya
“Siapa kau?”
Woo Hyun menjawab kalau dia siswa pindahan. Guru itupun memeluk Woo Hyun sebagai ucapan selamat. Woo Hyun lega karena dia pasti aman dan bisa menghindari hukuman ini. Tapi ternyata setelah pelukan itu selesai, Woo Hyun tetap disuruh untuk push up seperti yang lain. Woo Hyun pun melakukannya tanpa bantahan. Dia push up seperti yang lain.
Woo Hyun menatap seorang siswa di pojok sana dan tersenyum pada siswa itu. Teman disamping Woo Hyun mengingatkan Woo Hyun untuk ga melakukan kontak mata dengan siswa itu, karena siswa itu adalah yang terkuat di sekolah ini. Woo Hyun menjawab kalau dia sudah melakukan sekali.
Teman disamping Woo Hyun menjauh. Dia berkata kalau muai sekarang dia ga kenal dengan Woo Hyun. Sepertinya orang disamping Woo Hyun takut berhubungan dengan murid baru karena dia pasti akan jadi sasaran empuk si siswa terkuat untuk di Bully. Jadi yang di Bully bukan siswa barunya, melainkan siswa yang berhubungan dengan si siswa baru.
Woo Hyun ga peduli. Dia juga ga takut. Dengan santainya dia mendekati teman disampingnya dan menyenggol tubuh temannya itu membuat barisan push up akhirnya terjatuh karena terdorong tak sengaja satu sama lain. Guru pun marah dan menyuruh semua siswa lari keliling lapangan 100 kali.
Semua pun mulai melaksanakan hukuman, tapi Woo Hyun diam saja ditempatnya. Guru bertanya apa yang Woo Hyun lakuka? Woo Hyun berdiri dan menjawab kalau dia kan siswa pindahan. Sang guru memeluk Woo Hyun lagi begitu mendengar kalimat siswa pindahan. Woo Hyun pun lega karena dia ga mungkin disuruh lari 100 kali keliling lapangan. Tapi ternyata setelah pelukan itu usai, Woo Hyun tetap diminta lari seperti yang lain.
Di dalam kelas, Sung Yeol tampak cuek. Dia memasang earphone besar ditelinganya, dan ketampananya jelas saja menjadi erhatian banyak gadis di kelas itu. Seorang gadis tampak diam-diam memotret Sung Yeol.
Lalu masuklah guru dengan seorang siswa pria disampingnya. Dia adalah Shin Woo Hyun. Guru yang bernama Kim Kwang Shik itu berkata kalau ada siswa baru di kelas ini, diapun mempersilakan Woo Hyun memperkenalkan diri.
Woo Hyun menyapa semua teman sekelasnya yang baru lalu berkata
“Aku akan lebih dingin dari Won Bin, Hyun Bin, Lee Seung Gi, Song Jong Ki, dan Kim Woo Bin. Aku Shin Woo Hyun. Mari kita berteman. ”
Seorang siswa perempuan langsung berdiri dan mengangkat kedua tangannya lalu berkata puji TUHAN. Wajahnya tampak sumringah sekali melihat siswa setampan Woo Hyun.
Choi Jae Suk si siswa yang katanya terkuat mencoba memprovokasi semua untuk menyuruh Woo Hyun agar melakukan perayaan hari pertama. Siswa lain tentu setuju dengan ide itu. Kwang Shik sebagai guru musik langsung menyuruh Woo Hyun untuk bernyanyi. Nyanyikan apa yang Woo Hyun rasakan.
Woo Hyun mematuhi itu, bukan hal sulit baginya untuk bernyanyi. Suara Woo Hyun yang merdu seolah menyihir seisi wanita di kelas itu. Mereka takjub dengan kehebatan Woo Hyun. Sudah tampan, bersuara emas pula.
Sementara itu, Sung Yeol memilih memasang kembali earphone nya dan tak mau mendengar nyanyian Woo Hyun.
Seorang siswi wanita yang aku ga yakin siapa namanya langsung menulis status di akunnya tentang Woo Hyun beserta ciri-ciri pria tampan itu.
“Shin Woo Hyun. 176cm, langsing, perut cokelat, dia suamiku di masa depan, tak ada yang boleh menyentuhnya, atau melihatnya. Kalau itu terjadi, aku akan membunuhmu.”
Bahkan seorang siswi yang disukai Jae Suk tampak terpesona oleh Woo Hyun, dan jelas Jae Suk ga suka itu.
Setelah selesai bernyanyi, Kwang Sik menyuruh Woo Hyun duduk di sebelah Chun Shik. Guru Kwang Sik pun menunjuk ke meja Chun Shik dan Woo Hyun segera duduk di tempat yang ditunjuk gurunya.
Woo Hyun juga menyapa ramah Chun Shik dengan mengajak Chun Shik tos, tapi ternyata Chun Shik menolak. Dia takut kalau dia memberi sambutan ramah pada Woo Hyun maka di akan di Bully oleh Jae Suk dan gengnya.
Shin Woo Hyun yang ga mendapat sambutan ramah, hanya tersenyum dan membalas tos yang ditawarkannya tadi dengan tangannya sendiri. Woo Hyun ga marah dan memilih duduk tenang sampai guru Kwang Sik keluar kelas.
Siswi yang terpesona oleh Woo Hyun langsung mengambil kesempatan itu dengan mendekati Woo Hyun dan menyapa Woo Hyun genit. Satu siswi lainnya yang disukai Jae Suk ikut menatap kearah Woo Hyun, lalu dengan mengedipkan mata menggoda dia menyapa Woo Hyun. Bahkan dia dengan gerakan tangan memberi ciuman jarak jauh untuk Woo Hyun.
Woo Hyun santai saja menanggapi semua itu, karena dia sudah biasa mendapatkannya.
Jae Suk marah, dia menggebrak meja dan pergi. Teman Jae Suk mendekati Chun Shik dan merangkul pria itu sambil berkaata agar Chun Shik mengikutinya ke kamar mandi. Woo Hyun heran lalu bertanya ada apa, pada teman yang tadi ada di sampingnya saat push up.? Siswa berkacamata itu menjawab kalau hal itu biasa dilakukan saat orientasi siswa baru.
“Disekolah ini, siapapun yang duduk di sebelah siswa baru maka akan diorientasi.”
Woo Hyun menanggapinya dengan santai sambil berkata kalau itu adalah keputusan yang tepat.
Chun Shik dimasukkan ke salah satu bilik kamar mandi, dan terlihat sangat ketakutan. Di luar Jae Suk berkata kalau dia akan mencoba memilih bilik yang tepat dimana Chun Shik berada agar dia ga melupakan kenangan akan hari ini. Mendengar kalimat Jae Suk, semakin ketakutanlah Chun Shik.
Chun Shik yang takut menaikkan kedua kakinya keatas toilet agar Jae Suk ga melihat kakinya dan mengetahui keberadaannya. Chun Shik juga menutup mulutnya agar tak mengeluarkan suara. Dia sungguh ketakutan.
Jae Suk berdiri tepat di depan bilik Chun Shik. Dia lalu berkata jika Chun Shik memilih keluar sendiri maka dia hanya akan mengambil uang Chun Shik saja. Tapi jika sampai dia yang menemukan Chun Shik, maka bukan uang Chun Shik saja yang dia ambil melainkan kehidupan Chun Shik juga akan dia ambil. Jelas itu ancaman untuk Chun Shik yang akan membuat tubuh Chun Shik bergetar karena takut.
Tiba-tiba air mengalir ke dalam bilik kamar mandi Chun Shik. Diluar sebenarnya teman Jae Suk menyiramkan air dengan pelan ke dalam nilik toilet Chun Shik, dan Jae Suk mengakui itu sebagai air kencingnya. Jika Chun Shik mau berjalan di atas kencingnya dan keluar maka dia akan membiarkan Chun Shik untuk pergi.
Chun Shik ragu, apa dia akan keluar atau ga. Diluar Jae Suk mulai kesal dan menendang-nendang pintu kamar mandi tempat Chun Shik berdiam. Chun Shik akhirnya memilih keluar. Dia sudah berdiri dan menapakkan kakinya di lantai toilet. Walau tampak ragu, tapi tangan Chun Shik sudah memutar kunci di dalam toilet agar membuka.
Lalu tanpa diduga, masuklah seorang yang mengeluh perutnya sakit dan langsung masuk ke dalam toilet tempat Chun Shik berada. Orang itu masuk tepat ketika pintu toilet Chun Shik sudah tidak terkunci. Jae Suk bahkan tak bisa berkutik dengan gerakan tiba-tiba itu. Ternyata orang yang masuk ke toilet Chun Shik adalah Woo Hyun.
Di dalam toilet dengan telunjuknya Woo Hyun mengisyaratkan agar Chun Shik diam, dan kemudian Woo Hyun menciptakan suara seolah-olah perutnya tengah sakit dan dia terdengar seperti sedang buang air besar.
Sung Yeol juga ada di kamar mandi itu, dan melihat serta menyakiskan semuanya.
Jae Suk marah, dia menendang pintu toilet lebih keras dari tadi dan menyuruh Woo Hyun keluar. Sung Yeol yang sedari tadi hanya diam, mulai bertindak. Dia meminta Jae Suk berhenti dan kembali ke kelas. Sung Yeol memberitahu Jae Suk kalau sekarang ini kelas Etika jadi ada baiknya Jae Suk segera kembali ke kelas. Jika Jae Suk melewatkan kelas Etika sekali lagi, maka bisa dipastikan orang tua Jae Suk akan dipanggil ke sekolah. Apa Jae Suk mau?
Jae Suk mengalah, dia mendekati Sung Yeol. Menaruh tangannya di pundak Sung Yeol lalu berkata terima kasih atas info yang Sung Yeol berikan. Terdengar jelas kalau Jae Suk geram dengan apa yang Sung Yeol lakukan. Tapi dia tak bisa berkutik, karena dia ga mau orang tuanya sampai dipanggil ke sekolah.
Setelah situasi aman, Chun Shik dan Woo Hyun keluar toilet. Dia masih sempat melihat Sung Yeol yang akan meninggalkan toilet. Dengan konyolnya Woo Hyun bertanya pada Chun Shik
“Siapa si bodoh itu yang tidak bisa ingat penampilan superiorku?”
Chun Shik menjelaskan kalau tadi adalah anak tercerdas di kelas mereka.
An Ji Hye masuk ke kelasnya mengajar, dia langsung memperingatkan semua murid untuk tak mempelajari pelajaran selain Etika, jika ada yang ketahuan melakukan itu maka dia pastikan nilai murid tersebut akan hancur. Terpaksa semua siswi yang tengah membuka buku pelajaran lain menutup buku mereka dan fokus untuk pelajaran kali ini.
An Ji Hye ternyata seorang guru yang tak pernah menjelaskan dengan mulutnya sendiri saat pelajaran Etika berlangsung. Dia cukup memutar rekaman tentang pelajaran hari ini dengan CD yang sudah dia siapkan dan dia putar di laptopnya.
(Efisien ga sih…yang ada aku mah ngantuk.)
Chun Shik sudah sampai lebih dulu di kelas, dan langsung duduk di bangkunya. Sementara Woo Hyun dan Sung Yeol masih tertinggal. Woo Hyun langsung merangkul pundak Sung Yeol dan mengajak Sung Yeol masuk kelas bersama-sama supaya ga terlalu memalukan karena mereka kan telat.
Sung Yeol menyingkirkan tangan Woo Hyun dan menjawab kalau pergi bersama Woo Hyun ke kelas menurutnya lebih memalukan. Woo Hyun yang penuh percaya diri menjawab kalau tentu saja Sung Yeol akan merasa seperti itu karena wajahnya kan lebih bersinar daripada Sung Yeol.
Woo Hyun pun berlalu dan berjalan lebih dulu ke kelas.
Sung Yeol melangkah pelan. Rasanya malas untuk ikut kelas Etika dimana ibu tirinya lah yang menjadi pengajar. Tiba-tiba Sung Yeol mendapat pesan dan itu ternyata dari ibu kandungnya. Ibu kandung Sung Yeol meminta maaf karena terpaksa membatalkan janji mereka hari ini. Dia akan mengirim uang untuk Sung Yeol dan bisa Sung Yeol gunakan untuk mentraktir teman-teman Sung Yeol nanti.
Sung Yeol pun kecewa. Dia hanya mengharapkan bertemu ibunya. Bukan kiriman uang.
Shin Woo Hyun masuk dan tak lama kemudian Hwang Sung Yeol menyusul. Ji Hye menatap putra tirinya itu dan bertanya dari mana saja. Woo Hyun menjawab kalau tadi kamar mandi sedang penuh, makanya dia telat. Ji Hye ga peduli dan menyuruh Woo Hyun serta Sung Yeol meninggalkan kelasnya. Woo Hyun masih membela diri tapi Ji Hye ga peduli. Sementara Sung Yeol tak membantah, dia malas berdebat dan memilih segera keluar.
Woo Hyun akhirnya ikut keluar tapi ketika dia berjalan keluar dia sempat bergumam kalau dia merasa pernah bertemu dengan guru wanita itu, tapi dimana, dia sendiri tak ingat.
Di luar kelas, Woo Hyun sibuk mengamati Ji Hye melalui kaca pintu dan bergumam kalau Ji Hye terlihat sangat keren. Ji Hye ga perlu berbicara saat mengajar. Di dalam memang tampak Ji Hye lebih asik membaca bukunya daripada menjelaskan pada para murid.
(Haduh…jangan harapkan anak-anak berkembang kalau cara ngajarnya gitu. Wong dengerin penjelasan lewat lisan aja tanpa ada contoh menarik bisa bikin murid ngantuk, lha ini malah cuma disuruh dengerin penjelasan panjang lebar dari sebuah kaset. Omegot. Itukah kurikulum sekarang? Padahal satu pelajaran bisa dua jam waktunya. Bayangin aja…dua jam mati bosen dengrin begituan.)
Entah kerasukan apa, tapi sepertinya Sung Yeo sengaja membuat keributan. Dia memukul Woo Hyun tanpa sebab sebanyak dua kali. Walau memang Sung Yeol melakukannya diiringi dengan permintaan maaf, tapi tetap saja Woo Hyun ga terima dipukul seperti ini.
Ji Hye melihatnya dan langsung keluar. Saat Woo Hyun bersiap membalas, Ji Hye keluar dan langsung menyuruh Woo Hyun berhenti. Ji Hye mendekati Sung Yeol dan bertanya apa Sung Yeol ga tahu apa resiko jika melakukan tindak kekerasan di sekolah?
Sung Yeol tanpa takut menjawab
“Apa aku harus membawa ibuku? Ibuku sibuk, jadi kapan ibuku harus kesini?” tany Sung Yeol seolah menantang Ji Hye.
Ji Hye tak tahan lagi, dia langsung menampar Sung Yeol dan tentu membuat Woo Hyun heran.
Bersambung ke part 3
Celotehanku :
Ibu tiri Sung Yeol adalah ibu kandung Woo Hyun. Itu yang aku baca di forum. Kalung yang dipakai Woo Hyun adalah pasangan dari benda berharga yang dimiliki ibu tiri Sung Yeol. Lalu kenapa Ji Hye meninggalkan anaknya yang setampan itu? Pasti ada sesuatu kan?
Suka sama Sunbae…suka sama wajahnya yang menurutku ganteng ga, tapi jelek juga ga..pokoknya enak aja dipandang, sama kayak wajahnya si Woo Hyun. Hehehe
Sebenarnya pengen aku bagi dua part saja, tapi melewatkan ketampanan mereka yang menyebar di drama ini kok eman-eman banget ya..
Bisa sih dua part tapi harus di skip-skip dan gambarnya sedikit. Sayang banget kan? Hihihi
Oya, ga suka ih sama cara ngajarnya Ji Hye. Model terbaru ya itu, tapi kok monoton gitu. Ya sih aku bukan praktisi pendidikan, tapi setidaknya jika aku jadi murid, aku ogah deh. Mending sekalian tidur di perpustakaan. Tempat dengan banyak buku, tapi ga dapet apa-apa dari banyaknya buku itu.