[Episode Sebelumnya]
Soo Hyun akhirnya tahu kalau Seung Hee adalah Jae Hee. Dia sudah melihat CD yang berisi rekaman medis ginjal Seung Hee, dan ternyata benar Seung Hee adalah Jae Hee. Wanita yang dicintai Hoon. Sangat dicintai lebih tepatnya.
Hoon dan Jae Hee yang baru saja datang cukup terkejut melihat adanya Soo Hyun. Soo Hyun bahkan dengan jelas melihat Hoon dan Jae Hee bergenggaman tangan. Jae Hee merasa tak enak, dan mulai menarik tangannya dari genggaman Hoon, tapi Hoon menahannya. Hoon malah semakin kuat menggenggam tangannya, membuat dia tak bisa berkutik.
Hoon seolah menunjukkan pada Soo Hyun, bahwa sudah tak ada ruang lagi untuk Soo Hyun di hatinya. Hoon seolah ingin menegaskan bahwa inilah wanita yang selalu mengisi relung hatinya selama ini.
Soo Hyun mecoba menenangkan diri dan berkata alasannya datang kerumah Hoon. Dia sebenarnya ingin minta maaf pada Hoon atas apa yang dilakukan ayahnya pada ayah Hoon. Hoon menjawab kalau itu bukan salah Soo Hyun kok.
Soo Hyun merasa tak kuat lagi, sehingga dia bergegas akan pergi. Tapi ketika Soo Hyun melewati Hoon, Hoon langsung mencekal tangannya. Hoon berkata kalau mereka perlu bicara. Soo Hyun menjawab nanti saja. Hoon memaksa, dan Soo Hyun sedikit membentak Hoon. Mereka akan bicara tapi ga sekarang. Nanti.
Soo Hyun pun melangkah pergi. Pergi dengan hati terluka.
Ternyata Hoon tetap memaksa, dengan ijin Jae Hee, Hoon mengejar Soo Hyun dan menarik tangan Soo Hyun untuk ikut dengannya. Kini setelah hanya berdua, Soo Hyun bertanya kesal kenapa selama ini Hoon menyembunyikan identitas Seung Hee yang sebenarnya? Hoon hanya bisa meminta maaf. Dia benar-benar minta maaf dengan tulus.
“Tulus? Apa kau tahu artinya tulus?” tanya Soo Hyun.
Hoon tak peduli dengan itu, dia hanya berkata kalau dia punya masalah makanya dia ga bisa menceritakan semua pada Soo Hyun. Soo Hyun bertanya kenapa memangnya ga bisa? Lalu apa yang bisa Hoon ceritakan padanya? Hoon memilih diam, tak menjawab. Sampai akhirnya Soo Hyun bertanya sejak kapan tepatnya Hoon tahu Seung Hee adalah Jae Hee? Hoon menjawab sejak di kantor.
Hoon menjelaskan kalau dia tahu ada alasan yang membuat Jae Hee menyembunyikan identitas Jae Hee selama ini. Soo Hyun marah dan berkata seharusnya ketika Hoon ada kesempatan untuk bicara, maka Hoon harusnya sudah memberitahu dia. Hoon heran dan bertanya kenapa dia harus memberitahu Soo Hyun. Memang Soo Hyun siapanya dia?
Soo Hyun sangat terluka mendengarnya. Dia bahkan menyebut Hoon brengsek.
Kemudian Soo Hyun memilih pergi. Mana bisa dia sanggup berada disini terus, padahal Hoon sudah menyakitinya.
Episode 16
Jae Hee masih menunggu, dan ketika Hoon datang Jae Hee langsung bertanya bagaimana Soo Hyun? Hoon menjawab kalau Soo Hyun sudah pergi. Jae Hee kembali bertanya apa Hoon sudah minta maaf pada Soo Hyun? Hoon menjawab kenapa dia harus minta maaf? Toh ini bukan kesalahan mereka. Jae Hee menjelaskan kalau Soo Hyun psti terluka karena mereka sudah membohongi Soo Hyun selama ini.
Hoon menjawab kalau itu kebohongan yang tak disengaja.
Jae Hee mengajak Hoon pergi untuk menemui Soo Hyun. Menjelaskan pada Soo Hyun dan meminta maaf. Tapi Hoon menolak, dan beralasan kalau ini bukanlah masalah besar, jadi tenang saja. Setelah mengatakan hal tersebut Hoon melangkah masuk meninggalkan Jae Hee.
Jae Hee pun tahu tak ada gunanya menyusul Hoon, karena dia yakin Hoon lebih ingin sendirian saat ini.
Di apartemennya Soo Hyun hanya terdiam sendiri. Ketika mendengar ada yang datang, Soo Hyun tahu itu Jae Hee sehingga Soo Hyun memilih bergegas pergi. Merekapun berpapasan, dan Soo Hyun yang tampak pura-pura tergesa-gesa berhenti dan memberitahu Jae Hee kalau dia harus ke RS, dia akan bertugas di UGD menggantikan Chi Gyu.
Jae Hee meminta maaf atas kejadian tadi. Soo Hyun menjawab kalau dia hanya terkejut mengetahui fakta bahwa Seung Hee adalah Jae Hee. Itu saja.
Jae Hee lagi-lagi meminta maaf karena sudah menyembunyikan hal ini pada Soo Hyun. Soo Hyun menjawab ga apa-apa,dia saja yang begitu bodoh sehingga ga melihat kalau memang ada sesuatu diantara Hoon dan Jae Hee.
Jae Hee ingin mengajak Soo Hyun bicara berdua, tapi Soo Hyun menolak dengan alasan dia harus segera sampai di RS. Soo Hyun pun melangkah pergi, dan sesampainya di luar kamar, dia benar-benar merasa lega. Akan sangat ga nyaman jika tadi dia harus bersama Jae Hee. Apapun itu, dia hanya ingin berusaha melupakan ini, dan bekerja adalah satu-satunya cara untuk dia bisa melupakan semua yang terjadi tadi.
Park Hoon galau sekali karena Soo Hyun ga menerima teleponnya dan malah mematikan ponsel. Berkali-kali dia mencoba menghubungi Soo Hyun, namun ponsel Soo Hyun tetap tak aktif. Tapi tiba-tiba Jae Hee menelponnya dan Hoon langsung menerima panggilan itu. Hal pertama yang Hoon tanyakan pada Jae Hee adalah tentan Soo Hyun. Apa Itik baik-baik saja? Jae Hee ga menjawab dan malah bertanya kenapa Hoon ga ikut saja dengannya tadi dan menemui Soo Hyun bersama-sama? Hoon bertanya apa Soo Hyun sangat marah? Jae Hee menjawab dia juga ga tahu.
“Dia bilang dia baik-baik saja, tapi kelihatannya ga begitu.” Ujar Jae Hee.
“Apa dia ada di sebelahmu? Berikan telpon padanya.”
Jae Hee menjelaskan kalau Soo Hyun pergi ke RS. Dia rasa Soo Hyun sengaja menghindarinya makanya beralasan mengganti tugas Chi Gyu di UGD hari ini. Hoon sedikit kesal, kenapa Soo Hyun menghindari Jae Hee, toh mereka kan ga melakukan criminal yang serius.
Jae Hee berkata kalau dia takut mereka menyakiti perasaan Soo Hyun. Lebih baik mereka minta maaf pada Soo Hyun. Hoon menjawab terserah Jae Hee saja.
Telepon pun berakhir.
Hoon mencoba melupakan semua, tapi ternyata ga bisa. Dia kembali mengambil ponselnya dan membuka akun LINE nya. Hoon mencoba mengirim pesan LINE untuk Soo Hyun.
Awalnya dia menulis
“Hai Itik”
Tapi dia merasa itu sedikit aneh, sehingga pesan tersebut dihapusnya. Hoon bingung. Bingung kenapa dia terlahir tampan sehingga para wanita menyukainya. (LOL..itu kata-kataku aja lo..hahaha)
Dia pun mencoba merebahkan diri. Tapi Soo Hyun benar-benar menggangu pikirannya saat ini. Lalu Hoon pun mendapat ide.
Soo Hyun yang tengah bertugas tiba-tiba mendengar keributan di UGD, seorang preman tampak kesal karena disuruh mengantri. Preman itu berkata pada dokter yang bertugas kalau lukanya ini parah sehingga dia mau segera diobati, tapi dokter memberitahu preman tersebut untuk menunggu giliran. Terlebih sebenarnya luka preman itu hanya luka gores ringan jadi ga usah khawatir. Preman itu tak peduli dan tetap ingin di dahulukan. Dia sangat marah dan langsung mencengkeram jas si dokter. Soo Hyun melihat semua itu di tempatnya berdiri, diapun memutuskan mendekat dan memarahi si preman. Dia meminta si preman untuk tak bersikap seperti itu. Soo Hyun bahkan melepaskan tangan si preman dari jas dokter itu dan meminta sang dokter untuk pergi. Biar dia yang akan menangani preman ini.
Soo Hyun tanpa takut menyuruh preman untuk menunggu, karena masih ada pasien yang lebih mendesak daripada si preman tersebut. Si preman mulai kurang ajar, dia mengelus pundak Soo Hyun dan berkata bagaimana kalau dokter cantik seperti Soo Hyun saja yang memeriksanya. Soo Hyun marah, dia menepis tangan si preman dari pundaknya. Si preman tak terima, dia langsung menampar Soo Hyun. Tamparan itu sangat keras, membuat semua yang ada di UGD ikut menyaksikan.
Soo Hyun tentu saja tak tinggal diam, dia juga bukan wanita cengeng yang akan langsung menangis jika ditampar. Tak perlu memikir dua kali, Soo Hyun langsung membalas tamparan itu dengan tak kalah kerasnya.
“Hei, apa kau pikir ini rumahmu? Kenapa kau buat ribut di UGD?” teriak Soo Hyun geram.
Si Preman sudah siap melayangkan tamparan lagi pada Soo Hyun, namun tiba-tiba ada sebuah tangan yang langsung menghajarnya. Tangan itu tentu milik Park Hoon yang seketika muncul membantu Soo Hyun. Hoon memukul dengan tangannya yang terluka dan langsung bergumam kalau tangannya sakit sekali seperti baru saja memukul batu.
Saat itu muncullah pria yang merupakan pimpinan preman dan sangat mengenal Hoon karena Hoon sudah pernah menyelamatkan bos mereka. Pria itu meminta si preman untuk berhenti. Si pimpinan preman meminta preman berulah tadi untuk meminta maaf pada Hoon. Tentu saja Preman berulah tak bisa menolak. Hoon menerima permintaan maaf itu bahkan dia juga memeluk si preman berulah tadi. Soo Hyun menunggu agak jauh dari tempat Hoon dan lainnya.
Setelah selsai berurusan dengan para preman tersebut, Hoon langsung mendekati Soo Hyun. Dia bertanya apa Soo Hyun baik-baik saja, Soo Hyun pun hanya menjawab apa urusannya dengan Hoon. Dia memilih pergi meninggalkan Hoon. Hoon tentu langsung memegang tangan Soo Hyun, membuat Soo Hyun berhenti melangkah. Tapi Soo Hyun merasa tak ada yang perlu mereka bicarakan sehingga dia mencoba menepis tangan Hoon. Tapi karena tangan yang digunakan Hoon adalah tangannya tang terluka, dan Soo Hyun sedikit membuatnya sakit ketika menepis pegangannya tadi sehingga Hoon pun mengeluh kesakitan.
Soo Hyun panik, dia lalu membawa Hoon ke dalam ruangan dan mengompres tangan Hoon yang sakit. Soo Hyun bertanya kenapa Hoon datang? Hoon menjawab kalau ada yang ingin dia katakan pada Soo Hyun. Soo Hyun pun menyuruh Hoon segera mengatakannya. Tapi Hoon tak segera bicara dia malah mengambil es batu yang sedang ditempelkan Soo Hyun pada tangannya yang terluka dan kini gantian mengompres pipi Soo Hyun. Pipi yang tadi ditampar keras si preman. Soo Hyun tentu terpana dengan perlakuan lembut Hoon. Hatinya mulai kembali berdebar.
Soo Hyun kemudian bertanya
“Jika kau ada di posisiku, apa kau juga akan sakit hati?”
Soo Hyun mencoba menahan tangisnya. Tapi dia tak bisa. Dia tak sanggup menahan luapan hatinya atas semua yang tengah mengguncang dirinya saat ini. Soo Hyun pun menangis seperti anak kecil di hadapan Hoon.
Soo Hyun menatap Hoon dan bertanya kenapa Hoon melakukan ini padanya? Kenapa Hoon membuatnya terlihat seperti orang bodoh? Soo Hyun semakin terisak karena Hoon tak juga menjawab semua pertanyaan tadi. Hoon sendiri bingung harus menjawab apa. Tidak, bukan karena dia menyukai Soo Hyun, tapi dia merasa tak enak hati sudah membuat Soo Hyun terluka, karena setidaknya Soo Hyunlah yang sudah dengan baik menerimanya sebagai teman di RS ini.
Melihat Soo Hyun terisak, Hoon hanya bisa meminta maaf lalu memeluk Soo Hyun. Hoon pun menepuk lembut pundak Soo Hyun. Dia berharap Soo Hyun bisa tenang
Ketika itulah, Jae Hee menelpon Hoon. Hoon langsung keluar untuk menerima panggilan itu. Jae Hee bertanya apa Soo Hyun masih ga mau menerima panggilan Hoon? Hoon terdiam, dia bimbang. Haruskah dia memberitahu Jae Hee kalau kini dia tengah bersama Soo Hyun di RS? Atau dia berbohong saja? Hoon pun memilih tak mengatakan yang sebenarnya, dia hanya menjawab kalau dia ga tahu. Jae Hee bertanya lagi, apa mereka harus menemui Soo Hyun berdua dan meminta maaf? Hoon semakin tak enak dengan perkataan Jae Hee, diapun meminta agar Jae Hee ga khawatir karena Soo Hyun orang yang kuat.
Perbincangan pun berakhir. Hoon kembali menatap kedalam ruangan, dimana masih ada Soo Hyun yang terisak disana.
Dia terpaksa berbohong pada Jae Hee, bukan karena perasaannya mulai berbeda, tapi lebih karena dia tak ingin membenani Jae Hee dengan masalah seperti ini. Dia sendiri cukup yakin bahwa hatinya masih tetap utuh untuk Jae Hee. Hanya Jae Hee.
Hoon hanya merasa tak enak hati dengan Soo Hyun karena semua kebaikan Soo Hyun padanya. Hanya itu, tidak lebih.
Sementara itu tanpa Hoon sadari, Jae Hee melihat semuanya. Dia melihat Hoon yang kembali lagi kedalam dan menemani Soo Hyun. Hoon kembali mencoba menenangkan Soo Hyun yang tengah patah hati. Jae Hee melihat semuanya,
dan hatinya merasa sakit. Lebih sakit dari lamanya dia harus menahan rindu untuk Hoon selama bertahun-tahun mereka berpisah. Lebih sakit, daripada misi yang kini tengah dilaluinya untuk kebahagian Hoon. Rasa ini, lebih sakit dari semua itu.
Jae Hee memutuskan kembali pulang. Di sofa ruang tengah itu dia tengah sendiri. Jae Hee terdiam dan otaknya hanya mengingat kebohongan Hoon tadi. Dia mengira bahwa hati Hoon mulai berpaling. Dia mengira bahwa cinta Hoon padanya mulai berubah, tidak sekuat cintanya pada Hoon. Jae Hee juga ingat kebersamaan Hoon dengan Soo Hyun yang tampak selalu bahagia. Jae Hee seolah merasa bahwa hanya dengan Soo Hyun lah Hoon bisa tersenyum. Sementara dia hanya membawa beban dan derita untuk Hoon. Dengan semua perkiraan itu, hati Jae Hee kembali terluka. Dia membuka tas dan mengambil ponselnya.
Jae Hee melihat foto-foto kebersamaan dia dan Hoon di ponselnya, dan air mata mulai mengambang di pelupuk mata Jae Hee. Dengan berat hati, Jae Hee mengahpus semua foto itu, seolah sebagai tanda kalau dia merelakan Hoon bersama Soo Hyun. Jika memang dengan itu Hoon bisa bahagia.
Tinggal satu foto tersisa, foto Hoon yang tersenyum dan terlihat sangat tampan. Jae Hee yang menangis merasa mulai gamang. Dia tahu kalau dia tak bisa melepaskan Hoon, htinya tak sanggup untuk itu.
Sungguh, cintanya untuk Hoon tak seperti cinta biasa. Dia tulus mencintai Hoon lebih dari mencintai dirinya sendiri. Hoon adalah kebahagiaannya. Sumber kehidupannya. Hoon seolah oksigen untuknya agar terus bisa bernafas, Hoon seolah magnet untuknya agar dia tetap hidup walau penderitaan yang datang padanya bertubi-tubi. Lalu bisakah dia merelakan sumber kehidupannya itu bersama wanita lain? Relakah hatinya?
(Sediihh…sakiit ngeliat Jae Hee kayak gitu.)
Jae Hee membulatkan tekad, dia tak boleh lemah. Diapun memutuskan menemui PM Seok Joo untuk mengatakan rencanya. Kini saat tengah berdua, Jae Hee berkata pada Seok Joo kalau Hoon sudah tahu rencana mereka sebenarnya, kalau tim operasi itu adalah tim untuk mengoperasi Presiden. PM Seok Joo kaget dan berkata kenapa Seung Hee bisa seceroboh itu? Apa Seung Hee sudah gila memberitahu Hoon semua itu?
Seung Hee menjelaskan kalau sekarang bukan itu masalahnya, tahu atau tidaknya Hoon itu bukan masalah, karena bagi Hoon siapapun yang ada di meja operasi adalah pasein yang harus diselamatkan. Jadi tak peduli sebesar apapun rencana mereka, jika Hoon selalu menganggap pasien adalah pasien maka rencana mereka akan sia-sia saja.
PM Seok Joo yang sudah tahu Seung Hee adalah Jae Hee langsung berkata kalau rencana ini sebenarnya tidak akan kacau, jika Jae Hee menuruti dirinya. Tapi ternyata Jae Hee menculik ibu Hoon, itu karena ibu Hoon adalah ibu dari orang yang sangat Jae Hee cintai.
Jae Hee ga takut, dia malah dengan santai meminta PM Seok Joo untuk ikut rencananya saja, dan mengubur impian PM Seok Joo untuk membunuh ibu Hoon demi lancarnya rencana licik PM Seok Joo.
“Gunakan saja Han Jae Joon sebagai kepala bedah untuk operasi nanti dan jangan gunakan Park Hoon. Dia akan masuk ke tim Han Jae Joon.”
Jae Hee menjelaskan kalau Presiden pasti ga akan menolak dioperasi oleh Jae Joon, dan setelah itu dialah yang akan menyelesaikan semuanya. PM Seok Joo tenang saja.
“Kau hanya ingin presiden tetap dalam keadaan koma kan? Jadi kau bisa menggantikannya?”
PM Seok Joo tampak tertarik, tapi kemudian Jae Hee mengajukan satu syarat. Dia mau PM Seok Joo berjanji agar Hoon dan Ibu Hoon dalam keadaan aman. PM Seok Joo tampak tak suka dengan syarat itu dan bertanya apa ada alasan untuknya menerima syarat Jae Hee tersebut?
Jae Hee yang tanpa takut menjawab kalau PM Seok Joo harus menerima syarat darinya itu karena PM Seok Joo ga akan bisa membuat Presiden koma jika tanpa bantuannya.
PM Seok Joo tertohok mendengarnya. Itu benar. Akan susah baginya menyuruh tim medis lain untuk melaksankan rencana liciknya tersebut.
Bersambung ke part 2
Celotehanku :
Jae Hee, aku pendukungmu. Jangan mundur, dan tetap perjuangkan Hoon.
Hehehe
Aku tahu Hoon ga akan semudah itu berpaling ke lain hati. Pelukannya ke Soo Hyun murni hanya ingin menenangkan Soo Hyun yang terluka karena dirinya. Bohongnya dia pada Jae Hee, bukan karena dia mulai tidak mencintai Jae Hee, tapi karena dia ga ingin membuat Jae Hee tambah terbebani dengan urusan seperti ini.
Hoon toh tahu kalau Soo Hyun sudah punya Jae Joon. Mana mungkin dia akan menerima perasaan Soo Hyun, karena Hoon sama sekali ga suka mengambil apa yang jadi milik orang lain. Bahkan dia tak pernah berfikir untuk itu. Jika Hoon mau melupakan Jae Hee, sudah dari dulu dia melakukannya. Jika Hoon mau mencintai gadis lain, sudah dari dulu dia menemukan gadis untuk dia cintai lagi, dan membuang Jae Hee dari hidupnya. Tapi Hoon tak pernah melakukan itu. Apalagi sekarang, saat Jae Hee sudah kembali. Walau mungkin Jae Hee tampak berbeda karena karang tersenyum, tapi setidaknya Hoon tahu penderitaan Jae Hee yang membuatnya seperti itu. Hoon akan mengerti, dan memang dia mengerti.
Mungkin celotehanku ini karena aku mulai suka sama Jae Hee, tapi sejujurnya, itulah yang aku rasakan ketika melihat drama ini. Aku belum melihat binar-binar cinta dimata Hoon untuk Soo Hyun, jika memang hatinya mulai gamang. Ga ada tatapan seperti itu. Hoon lebih merasa Soo Hyun adalah teman yang baik.^^
Maaf ya untuk pendukung Soo Hyun dan Hoon.