Part 1 kemarin berakhir saat Ma Te mencoba membaca gerak tubuh pria yang juga merupakan pengunjung kafe, dimana dia sedang berada bersama peramal listrik.
Part 2
Ma Te serius sekali memperhatikan bahasa tubuh si pria. Dalam hati dia berkata
“Pria itu..kakinya melintang..sepertinya dia tidak tertarik dengan wanita.”
Ma Te tersenyum menyadari bahwa dia mampu membaca atau meneliti bahasa tubuh si pria, tapi tiba-tiba terdengar suara yang memanggilnya Oppa, dan dia yakin itu suara Kim Bo Tong. Ma Te pun menoleh dengan terkejut melihat Bo Tong dibelakangnya.
Peramal listrik langsung melihat kearah Bo Tong, lebih tepatnya meneliti seperti apa Bo Tong ini.
Peramal sedikit mengerutkan kening heran, karena dari ujung kaki sampai kepala Bo Tong dipenuhi tombol.
Bo Tong pun mendekat kearah Ma Te. Dia kesal dan berkata kalau dia sudah capek berjalan kesana kemari, sampai kakinya terasa melepuh, tapi ternyata Ma Te ada di kafe ini dan bersama perempuan peramal ini. Ma Te menatap kesal pada Bo Tong.
Peramal listrik itu sama sekali ga marah, dan malah menatap Bo Tong dengan senyum.
Ma Te meminta Bo Tong diam, karena sikap Bo Tong ini sangat memalukan. Bo Tong kemudian bilang kalau dia datang untuk menjual kaus kaki. Karena Bo Tong berteriak, dan Ma Te bertambah malu. Ma Te meminta agar Bo Tong mengecilkan suara.
Peramal listrik berkata kalau dia rasa dia harus pergi. Ma Te pun berniat menemani, tapi peramal menjawab kalau dia akan naik taksi saja.
Setelah hanya berdua, Ma Te berkata kesal karena Bo Tong merusak pertemuan mahalnya. Bo Tong menjawab kalau menurutnya ini bukan pertemuan biasa, tapi sebuah kencan.
Ma Te bertanya apa Bo Tong tahu dimana tombol itu? Bo Tong heran dan balik bertanya tombol apa? Dia melihat seluruh tubuhnya, dan dia merasa ga ada tombol.
Ma Te bertanya ada apa sebenarnya? Bo Tong menjelaskan tentang Ketua Home Shopping yang ternyata memiliki tempat yang biasa dikunjung tiap seminggu sekali, dan itu tepat hari ini. Ma Te pun tertarik.
Kali ini Ma Te sudah berada di pusat perawatan kuku. Ma Te walaupun terlihat tetap datang ke perawatan ini, agar bisa bertemu si Ketua Home Shopping itu. Hanya dia satu-satunya pria disana.
Wanita yang bertugas memanicure kuku Ma Te terpesona, karena kuku Ma Te sangat bagus, diapun bertanya apa Ma Te sering melakukan perawatan kuku?
“Ini pertama kali buatku.”
“Omo, itu artinya kukumu masih perawan.” (Gubrak..)
Diapun tertawa terbahak-bahak, membuat pengunjung lainnya menatap pada si wanita, Ma Te jelas merasa malu dibuatnya.
Datanglah si manajer yang ditunggu Ma Te, dia sudah ditemani oleh terapis yang akan memberikan perawatan kuku padanya. Ma Te pun memperhatikan si Manajer. Terlihat si Manajer bergaya sedikit kewanita-wanitaan yang heboh karena kukunya rusak.
Dalam hati Ma Te menarik kesimpulan kalau Manajer Home Shopping itu seorang gay. Sementara itu, terapis Ma Te terpesona dengan kecantikan wajah Ma Te, sehingga dia memberikan krim terlalu banyak di tangan Ma Te.
Ma Te pun menepis tangan si terapis, saat ingin membersihkan krim itu, dan dia berdiri mendekati si Manajer dengan krim yang masih ada di tangannya. Saat sudah berada di dekat Manajer itu, Ma Te berkata kalau dia mendengar percakapan sang Manajer tadi. Lalu tanpa disangka-sangka, Ma Te menautkan jemarinya yang terolesi sdikit krim kedalam jemari sang Manajer, lalu memaju mundurkan jemarinya yang bertautan dengan jemari manajer Home Shopping itu.
Sang Manajer membelalak kaget. Ma Tae dengan wajah menggoda, terus dengan lembut melakukan gerakan maju mundur itu membuat terapis Manajer syok saat melihatnya. Gerakan itu seperti isyarat untuk hubungan yang lebih intim.
Manajer Home Shopping, sepertinya menikmati gerakan itu, karena dia menutup matanya, meresapi. Sedang Ma Te dalam hati berkata “Bisa mati aku jika seperti ini.”
Tapi, tak lama kemudian, wajah sang manajer berubah geram. Dia seperti marah, dan langsung berdiri, mencondongkan kepalanya kearah Ma Te. Ma Te menutup mata, karena mengira dia akan dicium oleh laki-laki ini. Tapi ternyata manajer itu memarahi Ma Te. “Hey berengsek. Pergilah ke Itewon sekarang juga. Banyak orang sepertimu disana.”
Ma Te malu sekali, karena dia sudah salah mengira. Manajer malah berkata dengan keras kalau dia masih menyukai wanita. Pengunjung lainpun tertarik mendengarkan, membuat Ma Te semakin malu. Ma Te pun mencoba menjelaskan kalau ini semua salah paham.
Si Manajer Home Shopping, berkata biasanya dia akan langsung menendang laki-laki yang seperti itu padanya, tapi karena Ma Te sangat cute dia jadi tidak melakukannya.
Di apartemennya, Ma Te sibuk berfikir, sementara di belakangnya, teman Ma Te asik menikmati makanan. Ma Te bergumam sendiri, kalau ini sangat aneh, rasanya dia yakin kalau Manajer itu seorang gay. Itu bahkan terlihat sangat jelas.
Di tengan asiknya berfikir itu, teman Ma Te bertanya apa Ma Te ga punya kimchi? Ma Te kesal dan berbalik melihat temannya yang ternyata datang dengan sebuah koper. Ma Te bertanya apa yang dilakukan temannya disini?
Teman Ma Te berharap Ma Te mau membantunya, apalagi mereka pernah Wamil bersama.
Ajaib, karena Ma Te membawa temannya itu ke tempat Bo Tong tinggal, yaitu di rumahnya David Choi. Bo Tong kaget Ma Te datang malam-malam begini. Ma Te hanya menjawab kalau dia membawakan teman untuk Bo Tong agar bisa membantu Bo Tong dalam menjual kaus kaki. Ma Te pun mengenalkan temanya itu pada Bo Tong.
Begitu mendengar nama Bo Tong, teman Ma Te langsung tahu kalau ini adik yang sebulan sekali meminta menginap di rumah Ma Te. Benarkan?
David langsung nyeletuk dengan menyebut Ma Te, Oppa yang jahat.
Ma Te menatap tak suka pada David, dan langsung mengejek selera David yang jelek karena berkemah di luar rumah. David membalas dengan berkata kalau Ma Te datang kesini bukan untuk memeriksa selera pribadinya, kan?
Ma Te menjawab kalau dia hanya ingin tahu dimana Bo Tong tinggal. Bo Tong merasa tersanjung, dan mendekati Ma Te, tapi Ma Te langsung mengarahkan telunjukknya ke kening Bo Tong, lalu mendorong kepala Bo Tong dengan telunjuk itu.
Ma Te memperkenalkan temannya yang bernama Jang Duk Saeng, yang merupakan asset untuk bisnis ini, karena Duk Saeng akan membantu dalam penjualan kaus kaki itu.
David kemudian bertanya apa Ma Te sudah berhasil bertemu si Manajer? Dia yakin Mood manajernya sedang buruk sehingga tadi isinya marah-marah saja, apa Bo Tong tahu apa yang Manajernya ceritakan tadi?
David menceritakan kejadian di salon kuku pada Bo Tong. Ma Te diam tak berkutik karena tahu David menyindirnya yang berpura-pura sebagai gay di salon kuku itu. Bo Tong yang diceritakan tentang kejadian lucu tersebut, jadi tertawa, dan itu semakin membuat Ma Te menjadi kikuk tak suka.
Ma Te hanya diam saat David bertanya apa tadi Ma Te ga ketemu dengan Manajernya itu? Bo Tong kemudian melihat Duk Saeng membawa koper sehingga bertanya apa yang akan Duk Saeng lakukan dengan koper itu? Ma Te lah yang menjawab kalau Duk Saeng akan ikut berkemah disini. Bo Tong terkejut mendengarnya. Begitu pula David.
Ma Te ada di depan tempat peramal listrik. Dia masih di dalam mobilnya. Dia memutuskan menelpon si peramal listrik. Beberapa saat Ma Te terdiam, saat peramal itu sudah menjawab teleponnya. Tapi kemudian Ma Te berkata kalau menemukan tombol itu sulit, walau sudah ditemukan tetap saja sulit. Dia kira semua berjalan lancar, tapi ternyata dia hanya menciptakan kekacauan.
Peramal bertanya keberadaan Ma Te sekarang. Ma Te berbohong dengan berkata kalau dia ada di rumah. Tapi si peramal tahu dan menyuruh Ma Te untuk masuk saja, daripada di luar seperti sekarang. Ma Te jelas takjub dan heran karena peramal tahu dia ada disini.
Setelah ada di dalam, peramal bertanya apa Ma Te sudah menemukan tombolnya? Ma Te jujur menjawab kalau dia belum menemukannya, tapi apa peramal listrik sudah bisa melihat tombolnya? Peramal menjawab kalau dia sudah melihatnya.
Ma Te kaget dan berkata kalau peramal menekan tombol miliknya, apa dia benar-benar akan bisa dipengaruhi oleh peramal listrik?
“Kalau aku menekan tombol itu. Kau akan..menciumku.”
Ma Te sedikit terkejut, tapi peramal itu terus menatapnya. Kemudian peramal memgeluarkan ponselnya dan menekan tombol dial pda sebuah nomer yang diberi nama Kim In Joong.
Peramal tersenyum geli menejelaskan kalau tombol yang setelah dia tekan akan menciumnya, adalah tombol telepon. Ma Te jadi salah tingkah sendiri.
Diseberang sana, Kim In Joong (Cha Hyun Jung) senang mendapat telepon dari peramal listrik. Setelah berbasa-basi sedikit, peramal berkata kalau dia melihat In Joong akhir-akhir, dan sedang menjual kaus kaki, apa dia benar? In Joong menjawab tidak, memangnya kenapa? Ma Te jadi tertarik begitu mendengar kalimat kaus kaki itu.
Peramal menjawab kalau ada kaus kaki yang mengetuk hati In Joong. In Joong jadi bingung dengan kalimat peramal listrik itu.
“sebuah bayangan selalu muncul, aku jadi khawatir. Itu sebabnya dia menelpon dan memberitahu.”
In Joong sepertinya sudah terpengaruh dan berjanji akan memikirkannya. Dia bahkan mengucapkan terima kasih karena peramal listrik sudah mau memikirkannya.
Setelah percakapan di telepon usai, Ma Te bertanya siapa yang di telepon peramal itu? peramal listrik menjawab kalau In Joong adalah teman baik MG Home Shopping.
Ma Te paham dan bertanya apa itu mungkin walau ada hubungan dekat?
Peramal listrik menjelaskan tentang siapa Kim In Joong.
In Joong seorang konsultan keuangan nomer 1 di negara ini. Semua diatur dengan koneksi In Joong.
Disela-sela penjelasan peramal listrik, terlihat Kim In Joong ada bersama orang-orang penting, dan peramal berkata, In Joong lah yang mengatur posisi ketua MG Home Shopping sekarang ini. Tidak ada yang bisa menolak permintaan In Joong. Bahkan jika In Joong meminta pada Ketua MG Home Shopping, maka pasti diterima.
Saat sedang menjelaskan itu, Ma Te tiba-tiba mencondongkan tubuhnya pada peramal, seolah akan mencium. Peramal listrik jelas kaget.
“Kau sudah menekan tombolnya, tepat pada tombolnya. Tombol yang membuatku akan melakukan ciuman.”
Ma Te kemudian memandang bibir si peramal sambil berkata jika dia mencium seorang peramal, apakah dewa tidak akan cemburu?
“Kau menyukainya, membuat dewa cemburu.”
Ma Te pun mendekatkan wajahnya semakin mendekati wajah peramal listrik, dan mereka sama-smaa memejamkan mata. Ma Te menggesekkan hidungnya pada hidung si peramal. Tapi hanya sebatas itu, dia tidak mencium si peramal.
Saat mereka sama-sama membuka mata, peramal sama sekali ga kecewa, dia malah tersenyum dan Ma Te ikut membalas senyum itu.
Di sebuah rumah yang terlihat sangat bagus dan mewah, Hong Yoo Ra sedang bersama peramal listrik. Yoo Ra mengucapkan terima kasih karena peramal listrik sudah membuat keputusan besar, dan dia yakin Ma Te saat ini sedang menjalani sesuatu yang besar pula. Ma Te memang harus belajar banyak dari Kim In Joong.
“Tapi, itu mungkin berbahaya. Apa tidak masalah mengirim Ma Te kearah itu? Bukankah Dokgo Ma Te adalah prajurit rekrutanmu?”
“Kalau itu berbahaya bagi Ma Te, maka itu akan jadi karma yang harus aku hadapi.”
Peramal kemudian berkata kalau dia akan memberi tahu tentang keberuntungan Yoo Ra.
Setelah menyesap minumannya, peramal berkata ada sesuatu yang lebih besar dari apa yang dewa katakan padaku, sesuatu itu adalah rasa sayang.
Rasa sayang Yoo Ra untuk melindungi Seol Lee. Yoo Ra tersenyum mendengarnya seolah tahu, bahwa usahanya tetap akan berhasil karena rasa sayang yang dia miliki untuk melindungi puterinya.
Beralih ke kafe dimana Yoo Ra ada disana, kafe yang diberikan mantan suami Yoo Ra. Disana ada Ma Te dan kini mereka sedang bicara berdua.
Ma Te bertanya apa Yoo Ra tahu siapa Kim In Joong itu? Yoo Ra menjawab kalau Ma Te mendengar lebih cepat dari yang dia kira.
Ma Te tersenyum dan berkata dia rasa itu adalah wanita ketiga yang harus dia taklukkan.
Yoo Ra bertanya lalu apa Ma Te tahu apa yang harus Ma Te pelajari dari In Joong? Ma Te menjawab singkat. "koneksi.”
Setelah itu terlihat In Joong dengan label “Wanita no tiga. Ratu dalam Koneksi, Kim In Joong.
Kim In Joong sedang menyapa semua pelanggan, dan para pegawai membungkuk hormat saat In Joong lewat.
Lalu tergambar jelas semua orang dengan pangkat penting berdiri di belakang In Joong. Tanda dia benar-benar seorang ratu dalam hal koneksi.
Ma Te bertanya apa misi itu adalah memindahkan koneksi In Joong padanya?
Yoo Ra pun bertanya apa Ma Te sedikit nervous? Kim In Joong bukan wanita yang mudah ditaklukkan.
Ma Te bertemu Bo Tong, dan menyuruh Bo Tong mempersiapkan diri saat bertemu dengan In Joong. Bo Tong harus bisa bertemu In Joong di tempat yang In Joong kunjungi. Bo Tong pu mematuhinya.
Saat ini Bo Tong sudah mempersiapkan diri. Dia masuk ke kantor dimana ada In Joong disana, lalu menyapa semua staf, membuat In Joong menoleh menatap Bo Tong.
Bo Tong menjadi sales yang akan memperkenalkan barang pada staf yang ada disana. Barang itu adalah kaus kaki.
Ketua Kim langsung mendekati Bo Tong dan menjelaskan kalau Bo Tong ga boleh berjualan atau menawarkan produk disini.
In Joong yang tahu itu kaus kaki, langsung teringat percakapannya di telepon dengan peramal listrk, sehingga dia meminta agar Ketua Kim menyuruh Bo Tong ke ruang konferensi. Ketua Kim ingin menolak, tapi In Joong memaksa.
**
Setelah sampai di ruang konferensi. Bo Tong menceritakan semua keluh kesahnya dalam menjual kaus kaki yang banyak ini. In Joong mendengarkan dengan seksama. Lalu Bo Tong berkata kalau kaus kaki ini punya manfaat yang menakjubkan. In Joong tertarik, dan Bo Tong langsung mempraktekkan kaus kaki kebersihannya ini.
Bo Tong juga membawa nama MG Home Shopping, dia bilang karena kesalahan teknis, MG Home Shopping ga bisa menjualnya, jadi dia sebagai pegawai berinisiatif menjual sendiri.
In Joong tertarik mendengar nama MG Home Shopping, dan Bo Tong pun bilang kalau MD yang ada di Home Shopping itu juga setuju akan bagusnya kaus kaki ini.
In Joong bertanya apa Bo Tong kenal dengan peramal listrik? Bo Tong jadi heran dan bertanya listrik apa? Melihat Bo Tong bingung, In Joong tidak jadi curiga.
Dia pun akhirnya memutuskan untuk membantu Bo Tong, bahkan menawari Bo Tong menjadi sepupu jauhnya.
David Choi menelpon Bo Tong, dengan perasaan senang, David memberitahu sebuah keajaiban karena sudah ada sub kontraktor untuk bisnis Bo Tong. Bo Tong pun melongo saking kagetnya. David menjelaskan kalau mereka bisa menyiarkan barang itu sekarang.
Bo Tong tertawa senang dan melonjak-lonjak kegirangan dengan keajaiban ini.
Ma Te kini ada di gudang tempat kaus kaki tersimpan. Dia menatap kardus-kardus kaus kaki itu dengan penuh senyum sekarang. Dia yakin ini akan habis terjual.
Setelah itu, Ma Te dan Bo Tong pergi ke MG Home Shopping, dan Bo Tong lah yang mengangkat kardus kaus kaki keluar dari mobil. David yang melihat langsung membawakan dorongan untuk memudahkan Bo Tong. Bo Tong senang karenanya.
Saat melihat Ma Te, David Choi jadi kesal dan berkata pada Bo Tong kalau disini ada dua pria, jadi kenapa harus Bo Tong yang mengangkat. Dia sengaja menyindir Ma Te yang mau enaknya saja.
Bo Tong membela Ma Te dengan berkata kalau Oppanya lelah menyetir makanya dia yang melakukan ini.
“Kalau dia sudah lelah karena menyetir, harusnya dia dipanti jompo.” (setuju deh sama kamu..)
Ma Te salah tingkah dan malu karena sindiran David, sehingga dia pun mengalihkan pembicaraan dengan bertanya kenapa dari tadi Bo Tong membawa alat penyiram kemana-mana? Ternyata Bo Tong sudah menyulap alat penyiram itu menjadi sebuah tas.
David lah yang menyadarinya dan memarahi Ma Te dengan bertanya apa Ma Te ga tahu kalau itu sebuah tas dan bukan alat penyiram. Bo Tong senang karena akhirnya ada yang sadar juga kalau benda ini adalah tas. David berkata kalau matanya tajam, dan mungkin mata orang lain tidak tajam seperti matanya. Lagi-lagi sindiran untuk Ma Te.
Ma Te kesal dan berkata kalau David dan Bo Tong benar-benar pasangan yang fantastis.
Ma Te berlalu pergi, dan masih tidak membantu Bo Tong. David memandang sebal pada tingkah Ma Te itu, dan langsung turun tangan menolong Bo Tong.
Di studio 2, tempat untuk On Air. Semua staf sibuk mempersiapkan iklan tentang kaus kaki ini. Ma Te, Bo Tong dan David masuk ke dalamnya.
Bo Tong takjub melihat semua, dan saat dia melihat seorang staf yang salah dalam cara memasukkan kaus kaki ke kaki manekin, Bo Tong pun berlari mendekat untuk memberitahu cara yang benar.
Kini tinggallah Ma Te dan David, dengan posisi agak berjauhan. David berkata kalau presidenlah yang langsung menyuruh menyiarkan bisnis ini. Itu artinya Ma Te melakukan sesuatu dengan mudah.
Ma Te yang sedikit sombong menjawab kalau itu adalah talenta. Tapi kemudian David kembali mengejek Ma Te yang mempekerjakan seorang gadis muda seperti pembantu. Setelah itu David pura-pura terbatuk. Ma Te kesal dan bertanya apa maksudnya?
David memilih sengaja tidak menjawab dan hanya berkata kalau ternyata di studio ini banyak debu,diapun berlalu meninggalkan Ma Te.
Satu menit menjelang On air, Bo Tong melihat Ma Te yang sepertinya sedikit nervous. Awalnya Ma Te menjawab tidak, tapi Bo Tong menatapnya tak percaya membuat Ma Te akhirnya mengakui kalau dia sedikit gugup. Bo Tong menenangkan Ma Te dengan berkata semua akan baik-baik saja.
Datanglah David, dengan membawa kaus kaki dan meminta Bo Tong meniup diatas kaus kaki ini. Bo Tong heran tentu saja, dan David menjelaskan kalau dulu, ada barang yang juga akan disiarkan, lalu pemilik meniup barang itu, sehingga barang tersebut jadi laku keras di pasaran.
Bo Tong jelas mau tapi saat dia akan meniup keatas barang itu, Ma Te langsung menutup mulut Bo Tong dengan tangannya. Secara mengejutkan Ma Te lah yang melakukannya. Dia meniup keseluruhan kaus kaki itu. Davidpun menatap tak percaya, karena sebenarnya itu kaus kaki pribadinya, dan dia akan menyimpan tiupan Bo Tong untuk dirinya sendiri. Tapi kenapa malah seperti ini. (Hahahaha)
On air pun mulai, host langsung mengenalkan kaus kaki kebersihan itu. Staf yang lain tegang dan cemas terutama Ma Te, Bo Tong dan David Choi.
Sementara itu, Hong Yoo Ra melihat iklan tersebut di tempatnya. Iklan tentang kaus kaki kebersihan.
Kembali lagi ke studio, dimana telepon untuk pemesanan langsung meroket. Bo Tong memberitahu Ma Te, dan Ma Te benar-benar tak percaya melihatnya. Di layar jelas terlihat bahwa yang ingin memesan kaus kaki itu sangat banyak. Ma Te tersenyum senang, sangat senang.
Tapi saat menoleh kearah Bo Tong, Bo Tong malah menangis. Ma Te heran, lalu Bo Tong menjelaskan kalau dia mengira tidak akan bisa menjual ini, dan ini semua pasti membuat Ma Te mengalami waktu yang sulit. Ma Te tersentuh dan langsung memegang pundak Bo Tong sambil berkata agar Bo Tong jangan menangis.
“Kalau kita berhasil menjual 10 juta won, aku akan biarkan kau mengambil 10 fotoku”
(Ampunn..tak jedotin tembok lama-lama Ma Te, narsis nya over.)
“Sungguh?”
Ma Te mengangguk dan Bo Tong pun tersenyum kembali.
Ma Te keluar dari studio on air, dan melihat iklan itu di luar ruang studio. Dalam hati Ma Te berkata “Sampai sekarang, aku selalu menghasilkan uang dengan tenagaku sendiri”
Hong Yoo Ra masih melihat iklan itu, dimana host berkata kalau kaus kaki kebersihan ini sudah sold out. Yoo Ra tersenyum tipis sambil berkata "Kau harus melangkah setapak demi setapak”
Ma Te memejamkan matanya dengan perasaan puas. Dia berkata dalam hati “Menghasilkan uang, aku tidak tahu rasanya seperti ini. Itu sebabnya orang rajin dalam menjalani hidup. Kim Bo Tong, terima kasih untuk membuatku menikmati ini. Sebagai hadiahnya, aku akan berikan 10 fotoku”
Ma Te memutuskan masuk kembali ke studio, dan dia sedikit terkejut melihat Bo Tong memeluk David. Bahkan tangan David dan Bo Tong saling menggenggam dan tersenyum senang.
Terdengar Bo Tong berterima kasih karena semua ini adalah berkat David.
Lalu Ma Te berhasil melihat tombol dalam tubuh David. Tombol yang selama ini dia cari. Dia terkejut tak percaya, karena mengetahui David menyukai Bo Tong. Apakah Ma Te cemburu dan tak rela? Atau hanya tak ingin pemuja terbesarnya akan jatuh ke tangan laki-laki lain?
KOMENTAR :
Narsisnya Ma Te bener-bener perlu diacungi panci deh..hehehe
Salut aku..
Sedikit lama memposting, karena Downloadnya memang ga sempet. Maaf yaa..
Ga mau komentar banyak nih, soalnya biar cepet diposting. Otakku juga lagi males mikir, ngantuk banget hari ini..
Hahaha..