[Sebelumnya]
In Ha yang sangat sedih berniat pulang. Dia sudah berjalan lalu tiba-tiba ponselnya berdering dan disana tertera nama Ibu. In Ha menerimanya dan langsung berkata “Kenapa kau melakukannya? Kenapa kau tak tak langsung saja mengatakan bahwa aku salah sambung? Kenapa kau menipuku begini. Apa aku terlihat menyedihkan karenamu” In Ha menangis.
Sementara di seberang sana, sang penelpon yaitu Seo Bum Jo hanya bisa terdiam.
In Ha yang sambil terisak melanjutkan kalimatnya “Aku yang telah menunggu...dan menunggu selama 10 tahun. Kenapa kau melakukannya? Kenapa kau harus menipuku, dan membuatku terlihat menyedihkan.?”
Bum Jo hanya bisa berkata maaf yang itu tak di dengar In Ha. Bum Jo berkata dia benar-benar minta maaf.
In Ha keluar dari MSC sambil menangis, Dal Po yang menunggu melihat hal tersebut dan langsung mencoba menelpon In Ha. In Ha menolak panggilan itu dan dia langsung cegukan. Dal Po mencoba berlari mengejar In Ha, tapi tiba-tiba ada pesan Kakao yang masuk dan itu dan In Ha. Pesan itu berbunyi kalau dia sedang bersama ibunya jadi dia ga bisa menerima telepon. Padahal Dal Po tahu In Ha sedang duduk sendiri dan menangis.
Dal Po membalas pesan itu dengan bertanya apa saja yang dikatakan ibu In Ha? In Ha semakin tak berhenti menangis. In Ha membalas kalau ibunya bilang, ibunya ga percaya dia bisa secantik ini. Ibu memeluknya dan meminta maaf karena tak pernah menelponnya. Ibu juga rindu padanya. Dal Po bertanya apa In Ha mau dia jemput? In Ha menjawab tidak, dia bisa pulang sendiri.
Dal Po pun masuk ke taksinya. Disana dia berulang kali menyakinkan dirinya kalau In Ha pasti kuat. Tapi ternyata Dal Po ga bisa begitu saja membiarkan In Ha, diapun kembali dan ternyata In Ha sudah tak ada.
Tiba-tiba Cha Ok menghentikan taksi Dal Po. Dal Po melihat itu. Dal Po pun teringat akan semua kenangan masa silamnya yang begitu menyeramkan karena wanita ini. Akhirnya Dal Po menerima juga Cha Ok sebagai penumpang. Cha Ok ingin diantar ke persimpangan Doyangdong.
Sepanjang perjalanan, Cha Ok sibuk dengan apa yang dibacanya. Dal Po berkata bukankah Anda adalah pembaca berita MSC News dan Anda baru saja membawa berita korespondensi dari Washington. Cha Ok hanya menjawab singkat. Dia hanya berkata Ya, Benar. Dal Po menyebut itu keren sekali. Apa dia bisa memita tanda tangan Cha Ok. Cha Ok menjawab, dia tak bisa melakukanya.
Dal Po akhirnya berkata kalau temannya baru saja melakukan interview, bagaimana hasilnya? Cha Ok bertanya siapa namanya. Dal Po menjawab namanya Choi In Ha. Apakah Cha Ok mengingat In Ha? Mereka saling menatap tajam di kaca spion. Cha Ok menjawab sepertinya teman Dal Po ga berhasil lolos.
Dal Po bertanya apa dia boleh tahu kenapa temannya tak bisa lolos? Cha Ok menjawab itu karena teman Dal Po mengidap sindrom Pinokio. Cha Ok menyuruh Dal Po bertanya sendiri pada teman Dal Po tadi. Dia ingin berkendara dengan tenang. Tapi tiba-tiba Cha Ok bertanya “Siapa kau?”
Dal Po menjawab kalau dia adalah paman Choi In Ha. Cha OK meminta Dal Po menghentikan mobil sekarang juga.
In Ha sudah sampai di rumah. Dia mengambil koper dan menaruh semua buku yang ada di raknya ke dalam koper.
Dal Po dan Cha OK akhirnya berhenti, Cha Ok berkata kalau In Ha sudah ga punya paman, “lalu kau siapa?” Dal Po pun memperkenalkan dirinya. Mantan ayah mertua Cha Ok lah yang telah mengadopsinya. Cha Ok bertanya apa Dal Po mau menyerangnya hanya dengan alasan itu? Sepertinya Dal Po ingin berpura-pura menjadi paman In Ha, tapi akting Dal Po masih buruk. Seorang paman harus menghentikan keponakannya mengejar hal yang tak mungkin.
Dal Po bertanya apakah Pinokio memang tak mungkin menjadi reporter?Cha Ok menjawab, tak ada pasien Pinokio yang bisa menjadi reporter di negara ini.Dal Po mendekati Cha Ok. Dal Po bertanya dia ingin alasan Cha Ok bukan berdasarkan statistik. Cha Ok bertanya pada Dal Po, menurut Dal Po kenapa seorang pinokio ga bisa menjadi reporter?
Jae Myung ingin mengirim SMS pada orang yang menabrak truknya tadi. Dia ingin mengabarkan kalau itu ga perlu diganti karena hanya goresan kecil. Rekan Jae Myung menolak, dan berkata biar dia saja yang meminta ganti rugi. Jae Myung tetap pada keputusannya. Ponsel Dal Po mendapatkan pesan masuk dan Dal Po membacanya ternyata dari si pemilik truk yang berkata tak usah diganti karena hanya goresan kecil.
Jae Myung yang sedang memang minum dengan Ahjussi rekannya ditanya kalau ahjussi rekannya itu melihat foto keluarga Jae Myung di truk. Jae Myung punya ayah, ibu, dan adik. Mengapa Jae Myung ga pernah meceritakan tentang mereka? Jae Myung menjawab kalau semua sudah meninggal. Ahjussi rekan Jae Myung bertanya apa masih tak ada kabar mengenai ayah Jae Myung? Jae Myung menjawab iya. Dia dan bahkan seluruh negeri sedang mencari ayahnya. Tapi ayahnya masih belum bisa ditemukan. Jika ahjussi memintanya menggambar peta negara ini, dia bisa menggambarnya. Ahjussi berkata anggap saja ayah Jae Myung baik-baik saja di suatu tempat.
Jae Myung bertanya bukankah ada proyek pembongkaran pabrik. Ahjussi menjawab ya, bangunan itu besar dan mereka akan merobohkannya. Kenapa? Apa Jae Myung mau ikut? Jae Myung langsung menjawab ya, jika mereka masih butuh pekerja, telepon saja dia.
Tiba-tiba 3 pria yang juga sedang minum disana tampak sedang berdebat. Seorang berkata jika kalian ingin meminjam uang maka harus ada penjamin. Si pria yang lebih tua kesal, dan berkata kalau ternyata kedua temannya ini sudah tak punya sopan santun. Pria yang lebih tua berkata kalau kedua rekannya ini ga pantas bersikap seperti ini padanya.
“Aku berbohong demi kalian berdua yang telah menimbulkan kebakaran pabrik itu.”
Salah satu dari mereka berkata kenapa harus membahas hal itu lagi. Tidak bisakah mereka melupakannya? Itu sudah lebih dari 10 tahun. Jae Myung mendengar semuanya dan curiga jangan-jangan ini terkait dengan kebakaran pabrik dimana ayahnya kini tengah dicari-cari.
Ketiga orang itu melanjutkan pertengkarannya. Salah satu dari mereka berkata kalau memang benar mereka berdua yang menyebabkan kebakaran itu. Tapi semua pemadam kebakaran itu meninggal adalah salah rekannya itu. Rekannya lah yang megatakan bahwa dia dan rekannya masih terjebak di gedung. Dan karena itulah Ketua masuk ke dalam kobaran api. Pertikaian pun semakin sengit. Dan Jae Myung jadi tahu semuanya.
Tiba-tiba karena pertengkaran itu tangan salah satu dari mereka kena panggangan daging dan melepuh. Mereka pun segera keluar untuk ke RS. Jae Myung berlari keluar dengan segera, sementara itu taksi sudah membawa ketiga orang itu pergi. Jae Myung tak bisa berbuat apa-apa lagi.
Dal Po pulang. Kakek langsung mendekat dan berkata kalau In Ha sepertinya aneh. Bukunya tak ada semua, In Ha sepertinya kabur. Dal Po masuk ke dalam dan melihat rak buku In Ha kosong semua. Dal Peng juga sudah mencari selama berjam-jam dan belum ketemu.
Dal Po bergegas mencari In Ha, saat itulah kembang api menghias langit. Dal Po teringat lagi kenangan akan dimana ibunya mengajaknya melihat kembang api. Tapi setelah itu ibunya mengajak dia untuk ikut bertemu ayah. Dal Po teringat itu dan dia merasa sesak. Dal Po mencoba menenangkan diri dan akhirnya dia teringat tujuan sebenarnya. Dal Po terus berlari mencari In Ha. Tiba-tiba dia merasa ada robekan-robekan kertas turun dari atas dan saat Dal Po mengambil salah satunya ternyata itu adalah foto In Ha. Dal Po pun tahu In Ha ada di atas gedung. Dia pun segera naik.
Karena lift masih sangat lama, Dal Po pun memilih menggunakan tangga darurat. Dia terus menapaki satu persatu persatu tangga hingga akhirnya dia sampai di lantai paling atas tempat In Ha berada.
In Ha sudah memasukkan semua bukunya ke dalam sebuah drum. Dia sudah menyalakan api dan berkata selamat tinggal mimpinya. In Ha memasukkan korek yang menyala itu dan ternyata In Ha salah cara. Korek itu sama sekali ga kena kertas dan malah akhirnya mati sendiri. Sehingga buku In Ha masih selamat. Ketika In Ha sedang mau mengambil koreknya dia malah terlalu masuk ke dalam dan membuatnya tak bisa keluar. In Ha bertanya dengan sedih kenapa semua ga berjalan sesuai rencananya sih? Tapi ternyata In Ha bisa mengeluarkan dirinya karena dia mendengar suara Dal Po yang berhasil menemukannya.
Dal Po sedang berusaha membuka pintu. Sementara In Ha berusaha untuk bisa sembunyi. Saat akkhirnya Dal Po berhasil membuka pintu, tak ada In Ha sama sekali. Ternyata In Ha bersembunyi di balik sebuah tenda, dan dia heran sendiri melihat sikap panik Dal Po. Dal Po pun mendengar suara cegukan In Ha. Dal Po pun tahu dimana In Ha berada, terlebih kaki In Ha sudah terlanjur kelihatan. Dal Po lega karena ternyata In Ha baik-baik saja. Dal Po kemudian berkata kalau dia sudah melihat In Ha. Dal Po sambil berjalan mendekati In Ha berkata kalau dia tahu In Ha gagal, dan tenyata ibu In Ha tak seperti yang In Ha bayangkan. Dari dalam tempatnya sembunyi In Ha berkata jika Dal Po sudah tahu bisakah Dal Po tak terus membahasnya. Dia ingin bertindak seolah semua baik-baik saja. Tapi karena itu tak mungkin aku hanya bisa sembunyi. Dal Po berkata kalau In Ha ga perlu berpura-pura semua baik-baik saja, karena dia tahu In Ha sedang terluka. Dal Po kemudian meminta maaf. Mungkin mimpinya bukan pertanda yang baik.
Bum Jo membaca ulang semua SMS In Ha selama berpuluh-puluh tahun ini. Bum Jo menemui ibunya dan berkata kalau dia akan menemui wanita itu. Ibu Bum Jo malah berkata kalau bahu anaknya memang lebar. Ibu akhirnya sadar kalau anaknya ingin bertemu si Pinokio.
Dal Po mengeluarkan semua buku yang mau In Ha bakar tadi. In Ha berkata kalau semua buku itu di buang saja, atau di bakar. Dal Po bertanya apa In Ha menyerah begitu saja tentang ibu In Ha dan menjadi reporter? In Ha menjawab ya, tapi dia malah cegukan. Lalu dia harus bagaimana? Dia sudah berjanji pada ayah. Dia tak bisa membuang pendidikan 20 tahunnya dan menjadi gelandangan. Dia bahkan malu bertemu dengan Dal Po. Dal Po bertanya kenapa harus dia? In Ha menjawab apa Dal Po pikir dia ga tahu kalau Dal Po mengalah tak melanjutkan kuliah demi dia. Menurut Dal Po, dia nyaman terus menggunakan uang Dal Po. Dia juga masih punya hati nurani. Buang saja semua buku ini, dengan begitu dia merasa nyaman. In Ha cegukan, dan Dal Po tahu In Ha berbohong.
Flashback
Cha OK berkata menurutmu kenapa Pinokio tak bisa jadi reporter? Dal Po menjawab kalau ini sebuah pengecualian. Cha Ok berkata tidak tapi sebuah akal sehat. Dal Po bertanya apa menurut akal sehat Cha Ok seorang Pinokio tak bisa jadi reporter? Cha Ok menjawab ya mereka yang mengidap Pinokio tak bisa menjadi reporter. Dal Po bertanya kenapa Cha Ok begitu yakin? Kenapa Cha Ok yang memutuskan jalan hidup orang lain? Dal Po semakin marah, dan berkata berapa banyak nyawa yang Cha Ok korbankan karena akal sehat Cha Ok itu? Cha Ok bertanya sebagai seorang reporter apa Dal Po sedang mengkritiknya? Lucu sekali. Serigala tak menggonggong pada Harimau. Hanya orang bodoh yang melakukannya. Hanya orang bodoh yang terus mengoceh di tempat yang salah. Apa Dal Po bahkan tahu tugas seorang reporter? Hingga Dal Po terus mengoceh seperti ini. Dal Po meminta maaf karena sudah tak sopan. Cha Ok pun tak menjawab dia melangkah pergi. Saat belum berapa lama. Dal Po berkata “Karena itulah aku akan mencari tahu. Aku akan mengoceh di depanmu, setelah aku tahu apa tugas mereka. Setelah aku menjadi Serigala. Aku akan mengoceh di depanmu.”
Flashback End
In Ha yang terus saja ingin membuang atau membakar bukunya dipegang kedua tangannya oleh Dal Po. Dal Po berkata kalau dia butuh buku-buku itu sekarang. In Ha kaget. Dal Po berkata, benar dia ga tahu tugas reporter seperti apa. In Ha bertanya kenapa Dal Po menginginkannya? Apa akan Dal Po jual?
“Tidak. Tiba-tiba saja dia ingin menjadi reporter. Ayo bersama-sama In Ha.”
Bum Jo berkata kalau dia akan menemui si Pinokio, dan sang ibu tampak tak melarang. Asal anaknya senang, diapun senang. Ibunya bertanya apa perlu bantuannya untuk mencari gadis tersebut. Bum Jo menjawab kalau dia akan mencarinya sendiri.
Mendengar keinginan Dal Po, In Ha tertegun dan cegukannya hilang. In Ha senang dan malam itu kebahagian mereka tampak lengkap dengan tambahan kembang api.