In Jae
yang mendapat lembar itu dari Soo Chul, berubah ekspresi saat sudah melihat isinya. Se Chan yang mengetahui sumber masalah kemurungan In Jae, langsung merebut kertas itu, dan menghampiri Soo Chul.
Se Chan melempar kertas itu ke meja So Chul dan bertanya apa maksudnya ini? Walau kaget Soo Chul menjawab kalau seperti yang se Chan lihat itu adalah lembar evaluasi kelas. Kepala Sekolah secara pribadi mendapatkannya dari Lembaga Penelitian Pendidikan Godeong, jadi Soo Chul menjelaskan kalau menurut kepala sekolah ini adalah cara terbaik untuk evaluasi kelas sastra. Se Chan kesal dan berkata kalau bukankah pendapat siswa sudah jelas saat mereka disuruh mereka disuruh memilih kelas?
Soo Chul menjawab kalau kejadian itu sudah lama lewat.
Se Chan berkata kalau anak-anak mengalami kesulitan menghadapi nilai evaluasi akademik mereka. Se Chan bertanya apa tujuan Soo Chul yang hanya mengevaluasi pelajaran guru Jung saja?
Soo Chul menjawab kalau tentu saja tujuannya baik. In Jae sendiri diam dan tidak menanggapi.
Se Chan membantah itu. "Tidak, tujuanmu terlihat jelas. Sudah jelas kalau sebagian anak-anak keberatan dengan pelajaran guru Jung."
Soo Chul menjawab kalau memang seperti itu, maka tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan. In Jae akhirnya berkata kalau dia akan melakukan evaluasi kelas. Se Chan memandangnya kaget.
Se Chan dan In Jae melanjutkan percakapan mereka didekat tangga. Se Chan menanyakan keseriusan In Jae yang aakn melakukan evaluasi kelas sekarang ini.
“Guru Jung, kau juga tahu reaksi anak-anak seperti apa jika kau melakukan ini sekarang?”
In Jae tersenyum dan menjawab karena itulah sebabnya dia ingin mendengarkan pendapat anak-anak terhadapnya.
In Jae menjelaskan kalau dia tidak bisa memaksakan metode mengajarnya jika ternyata anak-anak memang menginginkan pelajaran dengan system Ujuan Masuk Perguruan Tinggi.
Se Chan masih mencoba membujuk In Jae dengan berkata kalau anak-anak selalu berubah selama periode pertama dan kedua. Setelah satu bulan anak-anak juga akan meyerah dan kembali tidur. In Jae selalu mengatakan bahwa penting agar anak-anak tidak tidur di kelas, lalu apa yang akan In Jae lakukan?
In Jae menjawab kalau menurut Se Chan ujian masuk perguruan tinggi lebih penting? In Jae berjanji akan memikirkan apa yang harus dilakukan saat itu. Se Chan bertanya apa In Jae menggunakan anak-anak sebagai alasan? In Jae sebenarnya hanya ingin menyerah mengajar mereka kan? Apa In Jae benar-benar tidak yakin dengan cara mengajarnya?
In Jae bukannya menjawab, malah mengembalikan pertanyaan terakhir tadi pada Se Chan. Apa Se Chan sendiri yakin akan cara mengajarnya? Tapi kemudian In Jae menjawab kalau dia tidak yakin. Anak-anak berada pada tingkat yang berbeda dan In jae merasa tidak tahu harus menyesuaikan dengan yang mana.
In Jae juga berkata kalau ujian masuk universitas itu bagusnya diajarkan di lembaga bimbingan belajar. Mengajar anak-anak yang tak ingin diajar..In Jae merasa tidak yakin.
“Mengajar siswa yang berusaha keras dan siswa yang ingin menyerah dalam satu kelas, bukankah aneh jika kita merasa yakin dengan cara mengajar kita? ”
In Jaepun melangkah meninggalkan Se Chan.
Anak-anak kelas 2-2, masih di kelas mereka. Kim Joong Hyun bertanya pada Ki Deok kenapa mereka harus dikumpulkan saat jam makan siang yang berharga seperti ini? Ki Deok menyuruh Joong Hyun diam saja. Masuklah In Jae dengan amplop berisi lembar untuk mengevaluasi kelasnya. Dan In Jae memang sedikit ragu untuk membagikan itu pada anak-anak, mungkin tidak siap mengetahui yang sebenarnya. In Jae kemudian memantapkan hatinya dnegan mulai membagi kertas itu. In Jae berkata kalau dia ingin tahu pendapat siswa tentang kelas sastranya, dan meminta mereka menjawabnya dengan jujur. In Jae juga menjelaskan kalau ini diisi tanpa menyertakan nama, jadi mereka tidak perlu merasa tertekan dalam menjawabnya.
Ini adalah cara untuk meningkatkan pelajaran.
In Jae akan menunggu diluar dan meminta anak-anak untuk bisa mengisi dengan jujur. Anak-anak serempak menjawab iya.
In Jae pun meninggalkan kelas, dan berdiri di luar.menunggu siswanya memberi pendapat tentang cara mengajarnya.
Sedangkan anak-anak mulai mengisi sesuai keinginan mereka, ada yang menulis kata-kata juga untuk In Jae sambil menggambar tandan hati yang artinya tentu dia menyukai In Jae sebagai gurunya.
In Jae langsung melihat hasilnya di ruang guru. Semua guru ada disana. Nan Hee bepesan agar In Jae tidak perlu merasa khawatir, karena mana ada guru yang tidak mendapat komentar yang buruk. Uhm Dae Woong juga berkata kalau mungkin anak-anak hanya merasa cemas saja sekarang.
Jo Bong Soo juga ikut menenangkan In Jae dan berkata kalau anak-anak mungkin hanya merasa tertekan dan kasihan pada guru. Tapi disini sebenarnya siswalah yang paling menderita.
Kwon Nam Hee berkata kalau semua guru pasti khawatir dengan cara mengajar mereka sendiri. Kata-kata itu agar In Jae tidak terlalu sedih dengan apa yang dia dapat dari pendapat anak-anak tentang kelasnya.
Guru yang lainpun ikut menenangkan In Jae dan berkata kalau bahkan guru khawatir membangunkan siswa yang tidur di kelas hanya karena takut mereka nanti membuat keributan saat terjaga. Guru yang satunya ikut berkata kalau dia juga bahkan merasa khawatir kalau siswa yang pintar mulai bicara,maka bagaimana reaksi siswa lainnya.
In Jae sendiri mendengarkan itu dalam diam, tidak berkomentar apapun, dan memasang tampang yang sepertinya sedih. Tanpa berkata terima kasih pada rekan guru yang lainnya karena sudah berusaha menghiburnya, In Jae keluar begitu saja dari ruangan itu, dan Se Chan yang melihat In Jae pergi segera menyusulnya.
In Jae sedang sendiri duduk di kursi dengan kepala menunuduk sangat dalam hingga hampir menyentuh meja. Masukklah se Chan yang langsung duduk di depan In Jae. (Lihat deh cara duduk nya,,cewek banget..Haha.)
In Jae langsung mengangkat kepalanya saat tahu Se Chan datang. Se Chan bertanya apa In Jae baik-baik saja?
“Aku sudah mempersiapkan diri untuk ini. Tapi aku merasa tak sanggup. Apa hasilnya akan berbeda jika aku mengajar seperti guru Kang?”
Se Chan dengan bercanda menjawab mungkin..sedikit akan berbeda. In Jaepun tersenyum karenanya.
Se Chan berkata kalau In Jae memang harus terlahir seperti itu.”Bagaiman bisa semua guru di dunia memiliki karismaku?”
(Huuuaaa…pedemu Bang..^^)
Se Chan pun dengan wajahnya yang lucu menghibur hati In Jae.
In Jae tertawa juga dan bertanya apa Se Chan meniru seseorang?
Kemudian Se Chan berubah serius “Lupakan semua itu, kau bisa mengajar dengan baik. Jika kau terus mengajar dengan polos. Bukankah itu yang disebut sekolah?”
Se Chan kembali bergurau “Profesor sepertiku, perlu teknik seperti itu. Ini punya hubungan langsung dengan hidupku”
In Jae kembali tersenyum mendengar gurauan Se Chan yang menghiburnya.
Anak-anak di kelas 2-2 ada yang sudah siap-siap mengubah meja dan kursi mereka untuk kelas In Jae yang memakai system belajar dalam kelompok. Nam kyung Min dan Eun Hye tidak mau melakukannya karena pasti In Jae tidak akan mengugunakan metode itu lagi, karena itu adalah hal yang tidak berguna.
Kang Joo berdiri dan berkata apa ada yang mengatakan kelas In Jae tidak bagus? Apa ini karena cara mengajarnya yang buruk? Itu karena kita saja yang merasa tertekan akhir-akhir ini.
Masukklah In Jae, dan berkata kalau mulai sekarang mereka tidak perlu lagi memindahkan meja. In Jae menjelaskan kalau dia membaca semua pendapat mereka. Dan banyak diantara siswa yang sepertinya merasa bersalah karena jawaban yang mereka tulis. In Jae mengatakan kalau dia mengerti perasaan mereka. Mereka merasa tertekan dengan ujian masuk universitas kan?
Kang Joo berkata kalau sebenarnya dia suka kelas In Jae tapi kalau itu terus dilanjutkan akan membuatnya merasa gugup.
Joong Hyun juga berkata kalau dia merasa malah seperti sudah berada di kelas tiga. Na Ri ikut berkomentar kalau dia bahkan tidak berani memberitahu ibunya hasil ujian akademiknya. Han Young Woo tiba-tiba mengangkat tangannya, dan berkata “aku..suka puisi sekarang”
In Jae tersenyum mendengarnya.
Ki Deok berkata dengan semangat, kalau dia tidak akan tidur di kelas lagi mulai sekarang. Dia akan memaksimalkan tubuhnya untuk masuk ke perguruan tinggi
(Hah..sejak kapan memaksimalkan tubuh berhubungan dengan masuk ke perguruan tinggi ya? Harusnya memaksimalkan otak dong..^^ )
Ha Kyung yang melihat Ki Deok membawa banyak buku,bertanya apa Ki Deok mengambil bukunya juga. Ki Deok meminta maaf dan mengembalikannya.
In Jae menyuruh mereka untuk segera duduk. Anak-anakpun mematuhinya, dan In Jae berkata kalau dia benar-benar mengerti. In Jae berjanji akan mencari cara untuk mengajar dengan berdasarkan ujian masuk perguruan tinggi. Jadi dia berharap agar mereka terus bekerja keras seperti ini.
In Jae berkata setelah ujian selesai, mereka akan membahas jawaban ujian. Apa pertanyaan tersulit dalam evaluasi akademik ini? Mari mereka membicarakannya.
Kelas telah selesai, dan In Jae pun keluar dari kelas, lalu berpapasan dengan Ji Hoon.(Oya,,Lee Ji Hoon pake nama aslinya ya? Benarkah?)
Ji Hoon berdiri didepan In Jae lama, seolah ingin mengatakan sesuatu. Dan In Jae yang tahu itu mencoba menanyakannya.
Ji Hoon mencoba berkata mengenai Jung Hoo. Ji Hoon bertanya bisakah In jae memberi Jung Hoo kesempatan sekali lagi. In jae menjawab kalai ini Jung Hoo harus membuat keputusannya sendiri. Tiba-tiba Yi Kyung memunculkan kepalanya dari balik pintu melihat Ji Hoon dan In Jae sedang bicara.
In Jae berkata kalau Jung Hoo harus benar-benar ingin sekolah, sehingga dia tidak akan pergi seperti ini lagi. Bagaimana jika Ji Hoon dan Yi Kyung yang membujuk Jung Hoo?
Ji Hoon menjawab kalau itu tidak akan berhasil.
“Dia tidak bisa kembali bahkan jika dia menginginkannya. Dia butuh alasan untuk kembali ke sekolah.”
Ji Hoon melanjutkan kalimatnya, jika In Jae mau membujuk Jung Hoo untuk kembali, maka dia dan Yi Kyung akan mencegah Jung Hoo untuk membuat masalah.
In Jae bertanya apa Ji Hoon tidak takut pada Jung Hoo? Bukankah Jung Hoo selalu memerintah Ji Hoon?
Ji Hoon tersenyum dan menjawab,kenapa dia harus takut? Mereka adalah teman. Dia dan Yi Kyung adalah teman Jung Hoo satu-satunya.
In Jae menyuruh Ji Hoon mengatakan pada Jung Hoo untuk mengambil ponselnya, karena In Jae sudah memperbaiki ponsel Jung Hoo.
Kemudian Yi Kyung yang dari tadi di balik pintu mendekati In Jae dan berkata kenapa ponselnya tidak dititpkan pada mereka berdua saja? rasanya sangat tak nyaman karena tidak bisa menghubungui Jung Hoo.
In Jae menatap Ji Hoon dan berkata bukankah Ji Hoon bilang Jung Hoo harus punya alasan?maka suruh Jung Hoo datang menemuinya untuk mengambil ponsel, maka saat itu In jae akan bicara dengan Jung Hoo.
Ji Hoon mengangguk tanda mengerti.
In Jae akan segera pergi, tapi Yi Kyung belum mau menyingkir, sehingga Ji Hoon terpaksa mendorong Yi Kyung agar In Jae bisa lewat. Setelah In Jae berjalan meninggalkan mereka, Ji Hoon membungkuk hormat pada In Jae. Ji Hoon melihat Yi Kyung yang tidak membungkuk, memukul kepala Yi Kyung agar segera mengikutinya memberi hormat pada wali kelas mereka. Yi Kyungpun mematuhinya.LOL
Saat In Jae sudah masuk ke ruang guru, diikuti oleh Se Chan, disana sudah ada Soo Chul yang ternyata memang menunggu mereka berdua. Soo Chul berkata kalau ada sesuatu yang pribadi yang harus dia katakan pada mereka, makanya dia menunggu disini. Soo Chul berkata kalau mereka pasti sibuk karena harus bolak balik terus ke kantor kepala sekolah karena banyaknya masalah.
Soo Chul mengingatkan In Jae dan Se Chan tentang lomba esai yang akan dilakukan bulan ini. Saat ini sekolah tentu mencari perwakilan untuk lomba tersebut, jadi Soo Chul meminta In Jae dan Se Chan untuk memilih dua nama yang nilainya bagus dan serahkan padanya. Soo Chul menyuruh mereka melakukan itu secepat mungkin walau dia tahu mereka berdua sedang sangat sibuk akhir-akhir ini.
In Jae dan Se Chan pun tentu menyanggupinya tanpa membantah sedikitpun.
Kang Se Chan menemui Kim Min Ki dan Lee Kang Joo,sepertinya dua siswa yang terpilih mengikuti lomba adalah mereka berdua. Se Chan mengatakan kalau ini bukanlah hal yang serius, dan benar saja kalau maksud Se Chan menemui mereka adalah untuk mengatakan kalau mereka berdua terpilih sebagai dua orang siswa yang akan mewakili sekolah dalam lomba esai tahun ini. Se Chan menanyakan pendapat mereka.
Kang Joo dengan sumringah bertanya "perwakilan sekolah?" Ia seperti tidak percaya terpilih untuk menguikuti lomba itu, tapi kemudian raut wajah Kang Joo berubah dan bertanya bolehkan dia memikirkannya dulu? Sedangkan Min Ki terkesan tidak terlalu suka dengan terpilihnya dia menjadi wakil Seungri.
Se Chan tentu mengijinkan Kang Joo untuk memikirkannya. Kemudian Se Chan beralih ke Min Ki dan bertanya bagaimana pendapat Min Ki? Kenapa min Ki tak mengatakan apa-apa? Apa Min Ki tak mau melakukannya?
Min Ki terlihat ragu-ragu menjawabnya,tapi kemudian dia bertanya apa ibunya tahu tentang ini?
(kasian ya Min Ki, dia terlalu takut dengan ibunya.)
Ha Kyung yang asik dengan buku catatannya tiba-tiba tersenyum saat melihat seseorang dan langsung berkata “Lee Kang Joo”
Kang Joo yang ada diseberang sana juga melihat Ha Kyung dengan tersenyum dan berkata “Song ha Kyung”
(Apakah yang akan terjadi kalau Ha Kyung tahu Kang Joolah yang terpilih menjadi salah satu kandidat siswa yang mewakili Seungri, padahal yang butuh lembar spesifikasi agar bisa masuk perguruan tinggi adalah Ha Kyung, dan bagaimana reaksi Ha Kyung jika dia juga tahu yang memilih Kang Joo adalah Kang Se Chan, guru yang menjanjikan akan mencarikan lomba yang bisa diikutinya untuk menambah lembar spesifikasinya nanti?)
Mereka berdua saling mendekat, dan Ha Kyung langsung menautkan lengannya pada lengan Kang Joo dengan penuh senyum.
Ha Kyung bertanya kenapa guru Kang memanggil Kang Joo?
Kang Joo pun dengan polos menjelaskan kalau dia terpilih menjadi siswa yang mengikuti lomba esai tahun ini, tentunya untuk mewakili sekolah. Raut muka Ha Kyungpun langsung berubah.
Ha Kyung bertanya “Guru Kang?”
Kang Joo pun mengangguk mengiyakan.
Ha Kyung bertanya apa jawaban Kang Joo?
“Kubilang aku akan memikirkannya”
Kang Joo sama sekali tidak sadar perubahan raut wajah Ha Kyung. Ha Kyung sama sekali tidak mengucapkan selamat atau merasa senang dengan berita yang dibawa Kang Joo. Padahal Kang Joo mengharapkan itu dari sahabatnya.
Kang Joo pun berkata kalau Ha Kyung melupakan sesuatu.”Ucapan selamat. Kau bahkan tidak mengucapkan selamat padaku.”
Ha Kyung dengan datar menjawab bukankah Kang Joo akan memikirkannya dulu?
“Tapi aku terpilih.”
“Jadi kenapa? Kau tak bisa menggunakannya untuk lembar spesifikasi?”
Kang Joo tidak percaya dengan tanggapan dingin Ha Kyung padanya.Berbeda tentu saja dari apa yang diharapkannya.
Kang Joo berkata apa maksud Ha Kyung orang yang memiliki nilai buruk sepertinya tidak pantas untuk berpartisipasi?
“anak-anak yang ingin masuk ke universitas S sepertimu yang membutuhkannya, tapi sia-sia karena jatuh padaku, begitu?”
“Jika kau berfikir realistis, Ya.”
Kang Joo menjawab dengan kesal kalau begitu harusnya Ha Kyung mengerjakan esai yang lebih baik daripadanya agar dipilih. “Jika aku tak ikut, apa kau punya kemampuan untuk mengikutinya?”
Kata-kata Kang Joo tadi cukup menghujam hati Ha Kyung,dan membuat Ha Kyung pergi tanpa berkata apapun untuk membalas kalimat kang Joo tadi. Dan Kang Joo yang juga merasa sakit hati karena kata-kata Ha Kyung hanya menatap Ha Kyung tanpa berniat mengejarnya.
Heung Soo dan Nam Soon masih mengerjakan soal ujian mereka yang tertinggal, dan Se Chan sudah mengatakan kalau waktu mereka habis. Se Chan pun mengumpulkan lembar jawaban mereka. Se Chan berkata kalau sekarang mereka berdua harus mengikuti kelas tambahan malam juga.
Kemudian Uhm Dae Woong masuk dan memanggil Se Chan, seperti ada yang ingin dibicarakannya, sehingga Se Chan pun keluar dari ruangan meninggalkan mereka berdua. Sebelum mengikuti guru Uhm, Se Chan berpesan pada Nam Soon dan Heung Soo untuk jangan bolos.
Heung Soo yang akan melangkah keluar dikejutkan dengan pertanyaan Nam Soon apakah dia akan hadir di kelas tambahan malam? Heung Soo pun membalikkan badannya dan akhirnya mereka saling berhadapan. Heung Soo berkata hentikan saja sekarang.
“Tak peduli seberapa kerasnya kau mencoba, kita tak bisa kembali seperti dulu. Kau dan aku..tak bisa berpura-pura itu tak pernah terjadi atau melupakannya. Kau pikir itu mungkin?”
Nam Soon hanya menunduk mendengar kata-kata Nam Soon. Sebelum Heung Soo kembali melangkahkan kakinya keluar, Nam Soon berkata “baiklah”
Heung Soo pun meninggalkan Nam Soon, dan Nam Soon hanya memandangi kepergian Heung Soo.
Se Chan ada bersama dae Woong sedang membahas Nam Soon dan Heung Soo yang masa lalu mereka telah diketahui. Ada peraturan dimana ternyata antara korban dan pelaku kekerasan tidak boleh berada pada sekolah yang sama.
Se Chan mempertanyakan dimana Dae Woong menemukan peraturan itu? Dae Woong menjawab kalau ini memang ada dalam peraturan kekerasan di sekolah. Kalau Se Chan punya waktu Se Chan bisa melihatnya agar percaya.
Ibu Min Ki menelpon Min Ki saat sedang kelas tambahan malam. Min Ki bertanya bisakah dia tidak mengikuti lomba esai? Dengan sedikit berbisik Min Ki berkata kalau tugas esai kemarin bahkan bukan dia yang mengerjakannya. Tapi kemudian Min Ki terlihat menjauhkan ponsel dari telinganya karena Ibu Min Ki sepertinya mulai tidak setuju dengan keinginan Min Ki yang menolak ikut lomba esai. Min Ki bahkan benar-benar tidak mau mendengar omelan atau ceramah ibunya, karena Min Ki menjauhkan ponsel itu. Min Ki sepertinya sudah menduga hasilnya akan seperti ini.
Se Chan masuk ke ruang guru, dan ada In Jae disana. In Jae berkata kalau Se Chan bisa pulang karena dia yang akan mengisi kelas malam.
“tidak apa-apa, aku akan melakukannya. Ini pasti yang melelahkan bagimu. ”
In Jae menolak, dan berkata kalau ada sesuatu yang ingin diselesaikannya dengan anak-anak. Se Chan pun tidak memaksa. In jae kemudian melihat buku panduan kekerasa sekolah yang Se Chan pegang. In Jae bertanya kenapa Se Chan membaca buku itu? Se Chan langsung menyingkirkannya dan menjawab kalau dia hanya ingin mengetahui sesuatu. Se Chan mungkin tidak ingin membuat In Jae khawatir dengan berita ini.
Park Heung Soo akan pulang, dan Go Nam Soon melihatnya dari kejauhan. Nam Soon yang juga akan pulang, tiba-tiba melihat ke gerbang sekolah kalau ada preman-preman itu yang menunggu di depan. Nam Soon panik dan khawatir karena sebentar lagi mereka akan menemukan Heung Soo.
Nam Soon dengan segera mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Heung Soo. Heung Soo pun menjawab ada apa?
Nam Soon berbohong dengan mengatakan kalau guru Uhm mencari mereka, dan dia juga sedang dalam perjalanan saat ini.
Heung Soopun segera berbalik arah, dan Nam Soon melihat Heung Soo untuk memastikan Heung Soo benar-benar berbalik.
Nam Soonpun berjalan keluar menemui mereka. Preman-preman itu memang sudah menunggu kedatangan Nam Soon, dan langsung menarik kerah seragam Nam Soon. Preman-preman itu bertanya apa Nam Soon tidak ikut kelas tambahan malam?
Nam Soon menyarankan pada preman-preman itu untuk pindah, karena ga enak kalau di depan sekolah seperti ini. Banyak anak-anak yang melihat.
Heung Soo seolah mendengar atau menyadari sesuatu, dan dia pun menoleh. Heung Soo pun melangkah ke depan, dan dia melihat Nam Soon masuk ke mobil preman-preman itu. Heung Soo yang tahu Nam Soon dalam bahaya, segera berlari mengejar mobil preman-preman itu yang sedang melaju.
Go Nam Soon tidak menyadari kalau Heung Soo mengejar mobil yang membawanya ini. Heung Soo berteriak memanggil-manggil, tapi tentu deru mobil mengalahkan suara Heung Soo.
Heung Soo berhenti mengejar karena toh percuma mobil sudah berjalan begitu jauh. Heung Soo memgang kakinya yang terasa sakit.
Heung Soo bergumam mengatakan kalau Nam Soon gila.
Di tempat Biliard, Yi Kyung masuk kesana tentu untuk menemui Jung Hoo. Yi Kyung memanggil Jung Hoo, dan Jung Hoo langsung menoleh. Ternyata Jung Hoo sedang asik makan mie dan baca komik. Jung Hoo senang Yi Kyung datang dan menyuruhnya masuk. Namun Yi Kyung tidak sendiri tentu saja, dia membawa Ji Hoon, dan menyuruh Ji Hoon untuk ikut masuk bersamanya. Ji Hoon terlihat enggan. Tapi Yi Kyung memaksa dan mendorongnya sehingga Ji Hoon seolah terlempar masuk ke dalam ruangan itu.
Yi Kyung berkata pada Jung Hoo kalau ada yang ingin disampaikan Ji Hoon pada Jung Hoo, jadi dia akan membiarkan mereka berdua bicara. Ji Hoon kaget dan masih dengan posisi duduk di lantai Ji Hoon terlihat akan protes pada Yi Kyung yang akan meninggalkannya berdua saja dengan Jung Hoo.
Yi Kyung langsung menutup pintu entah menguncinya juga dari luar, dan Ji Hoon berlari dengan cepat ke pintu tapi pintu sudah tertutup. Ji Hoon meminta Yi Kyung membukanya.
Jung Hoo sendiri juga merasa canggung ada Ji Hoon bersamanya. Hanya berdua pula. Jung Hoo kembali asik dengan komiknya. Sedangkan Ji Hoon yang merasa percuma karena toh pintu tidak akan terbuka, mendekati Jung Hoo dan berkata kalau guru menyuruh Jung Hoo mengambil ponselnya di sekolah. Ji Hoon berkata kalau Jung Hoo bahkan harus mengganti biaya service ponselnya itu. Jung Hoo tidak peduli dan terus membaca komiknya.
Ji Hoon menoleh memandang Jung Hoo dan bertanya bisakah mereka bertiga lulus bersama-sama?”Yi Kyung selalu mengeluh karena kau tidak ada, dan..”
“Aku tak peduli”
Ji Hoon lagi-lagi memejamkan matanya mencoba sabar menghadapi Jung Hoo.
Ji Hoon mengatakan kalau anak-anak di kelas tidak membicarakan siapa yang jadi nomer satu atau nomer dua lagi. Jung Hoo akhirnya berdiri dan mendekati Ji Hoon. Jung Hoo bertanya kenapa Ji Hoon peduli akan urusannya?
“Apa maksudmu kenapa? Aku temanmu”
Jung Hoo seperti tersentuh mendengarnya dan tidak mampu menjawab atau membantah kata-kata Ji Hoon tadi.
Lalu tiba-tiba pintu terbuka, dan masuklah Nam Soon ke dalam ruangan itu.Tentu bersama dengan preman-preman. Jung Hoo senang melihatnya, Nam Soon sendiri yang melihat Jung Hoo jadi tahu kalau ini ulah Jung Hoo. Jung Hoo lah yang memberi tahu dimana Nam Soon dan Heung Soo bersekolah.
Ketua preman bertanya dimana teman Nam Soon dan menyuruh Nam Soon memanggilnya(Heung Soo maksudnya).
Nam Soon tidak menjawab, dan melepas tasnya. Walaupun kedua tangannya mengepal, menahan marah. Dia tetap tidak melakukan perlawanan apapun.
Nam Soon malah berlutut dihadapan mereka semua. Ketua preman berkata kalau Nam Soon malah membuatnya kehilangan selera berkelahi. Nam Soon menengadahkan kepalanya dan berkata “Pukul saja aku. Ayo selesaikan hari ini.”
Ketua preman itu marah dan menganggap Nam Soon tidak sopan padanya, lalu menendang dada Nam Soon, membuat Nam Soon terjengkang ke belakang. Para preman lainnya tentu tidak melewatkan kesempatan ini, mereka langsung saja menyarangkan kaki mereka ke tubuh Nam Soon sekeras-kerasnya. Jung hoo tersenyum melihat Nam Soon kesakitan seperti itu.
In Jae masuk ke kelas 2-2 untuk mengisi kelas tambahan malam. Min Ki terlihat sedang menerangkn sesuatu pada Ki Deok, dan Ki Deok serius mendengarkannya(kayak ngerti aja si Ki Deok ini..^^)
Hae Seon mencoba membangunkan Na Ri yang tertidur di mejanya. Kim Joong Hyun yang masih terpejam, mencoba meregangkan tubuhnya karena kayaknya dia sudah tidur dari tadi deh. Jong Hyun kemudian menyadari adanya In Jae. Joong Hyun akan berseru tapi kemudian In Jae menyuruh Jong Hyun untuk tenang, dan pertanda kalau In Jae tidak ingin kehadirannya diketahui kelas.
Jong Hyun yang baru tersadar dari tidurnya hanya mengikuti gerakan In Jae dengan menaruh telunjuk di bibirnya.
Kembali ke Go Nam Soon lagi..
Nam Soon sudah tidak berdaya dipukuli dan dihajar habis-habisan oleh para preman itu. Jung Hoo malah tetap asik dengan komiknya. Tanpa berniat membantu sedikitpun. Ji Hoon melihat itu dengan tatapan tidak suka. Ini kesalahan Jung Hoo, kok malah Nam Soon yang menanggung akibatnya. Ji Hoon bertanya apa Jung Hoo hanya akan membiarkan hal ini terjadi?
Jung Hoo tidak peduli dan terus membaca.
Ji Hoon memutuskan untuk membantu, tapi Jung Hoo mencegahnya dengan memegang tangan Ji Hoon.
Ji Hoon memanggil preman-preman itu “Hyungnim. Bukan dia pelakunya.”
Preman-preman itu menoleh, dan kemudian melepaskan Nam Soon begitu saja. Nam Soon yang sudah tidak berdaya, mencoba berpegangan pada tepi meja billiard.
Jung Hoo yang merasa terancam, berbisik pada Ji Hoon “Apa kau gila?”
Ji Hoon tidak peduli dan berkata “Kami yang melakukannya.”
Ketua preman bertanya untuk menegaskan “Kalian?”
Ji Hoon membenarkan itu dan menjelaskan kalau saat itu mereka dalam keadaan marah.
“Karena aku menjual motor temanmu?”
Ji Hoon pun tanpa ragu membenarkan. Ketua preman menyebut kalau mereka ternyata punya nyali dan bukan pecundang. Ketua preman meminta agar mereka pergi saja dan jangan datang lagi kesini.
Jung Hoo pun langsung pergi, disusul Ji Hoon. Kondisi Nam Soon semakin lemah. (Itu Ji Hoon kelamaan amat jujurnya.)
Jung Hoo yang sudah turun disusul Ji Hoon dan menarik lengan Jung Hoo untuk menghentikannya. Jung Hoo terlihat marah. Dan berkata kalau dia hampir saja tertipu.”teman? jangan bercanda. Aku tak punya teman.”
Jung Hoo langsung meninggalkan Ji Hoon.
Heung Soo terlihat tergesa-gesa menaiki tangga agar bisa segera sampai di ruang billiard. (Ini juga telat banget datangnya. Apa ikut kelas malam dulu? Apa tempatnya terlalu jauh.? Temennya udah sekarat gitu, baru datang.)
Akhirnya sampailah Heung Soo diatas, dan baru saja dia mau membuka pintu, Nam Soon sudah terjatuh di depannya, dan Heung Soo menahan Nam Soon dengan tangannya. Heung Soo memandang Nam Soon tidak percaya. Melihat kondisi Nam Soon yang seperti itu hanya untuk melindungi dirinya. Nam Soon yang melihat Heung Soo hanya berkata “aku ketahuan”
Nam Soon mencoba bangkit, tidak mau membuat Heung Soo khawatir. Tapi tubuh Nam Soon tidak kuat lagi, sehingga akhirnya Heung Soo yang membantunya. Tapi kemudian Heung Soo melepaskan pegangannya pada Nam Soon. Dia sendiri masih bingung dengan perasaannya.
Heung Soo kemudian turun meninggalkan Nam soon, dan Nam Soon hanya melihat kepergian Heung Soo.
Nam Soon menguatkan dirinya menyusul Heung Soo. Mereka saling diam. Heung Soo kemudian menghentikan langkahnya, dan berbalik menghadap Nam Soon. Nam Soon menyenderkan tubuhnya di tembok.
“Kau bahkan mau dipukul untukku?”
“aku tak dipukuli sebanyak itu.”
“bukankah kita setuju untuk tidak melakukan ini lagi?”
Nam Soon menjawab, kalau dia tidak bisa membuat dirinya berhenti. Dia tidak bisa untuk tidak peduli pada Heung Soo, walaupun dia sudah berjanji untuk tidak melakukannya. Tapi dia tetap tidak bisa.
Heung Soo berkata harusnya mereka pergi bersama menemui preman-preman itu.
“Apa kakiku jadi normal jika kau terus seperti ini? Apa aku bisa bermain sepak bola lagi? ”
Nam Soon memandang Heung Soo. Kemudian berdiri tegak.
“Lalu apa yang harus kulakukan? Aku tak bisa berpura-pura tidak tahu dan pura-pura tidak pernah terjadi.”
“Jadi kau akan terus seperti ini?”
Nam Soon menjawab kalau dia juga tidak tahu. ”aku akan melakukan apapun yang aku bisa”
“Aku tahu, aku tidak bisa menebus kesalahanku. Jadi setidaknya biarkan aku berpura-pura menebus kesalahanku. Aku, orang yang menghancurkan kaki dan masa depanmu”
Heung Soo mencengekram kerah seragam Nam Soon. Marah dengan kata-kata Nam Soon tadi. Heung Soo menyebut Nam Soon bajingan bodoh. “Itu sebabnya kau harusnya ada disana.”
Heung Soo dengan menangis berkata “Tak peduli apapun, kau harusnya tetap berada disana”
“Selain sepak bola aku hanya punya dirimu. Saat aku ingin mati setelah kehilangan sepak bola. Kau harusnya ada disana.”
Heung Soo berteriak “Jadi maksudku adalah..”
Kemudian terdiam dan melanjutkan “apa kau tak merindukanku,brengsek?”
Nam Soon ikut menangis mendengarnya.
Kembali ke kelas 2-2. Ternyata kelas malam belum berakhir.
In Jae melihat kursi Jung Hoo cs yang kosong. In Jae kemudian duduk disalah satu kursi bagian depan dan memandang murid-muridnya saat itu.
Terlihat Eun Hye sudah mulai menjatuhkan kepalanya ke meja karena mengantuk. Nam Kyung Min di belakangnya berniat membangunkan Eun Hye, tapi dia mengurungkan niatnya, dan fokus pada pelajarannya. Berusaha untuk tidak mengantuk.
Kang Joo melihat Ha Kyung dan teringat akan pertengkarannya siang tadi dengan sahabatnya itu.
Min Ki sendiri sepertinya tidak fokus pada pelajarannya dan seolah memikirkan bagaimana agar ibunya mau mengabulkan permintaannya untuk tidak ikut lomba esai.
Kim Joong Hyun tidur seperti biasa, dan Ki Deok juga melakukan hal sama. Bedanya Ki Deok tidur sambil duduk, dan menaruh kertas di kedua telinganya. Menyumbat telinganya agar tidak mendengar suara-suara yang mengganggu.
Kalau Han Young Woo sih pasti seriuuuusss..^^
In Jae melihat semua itu, dan kemudian berdiri lalu memanggil “Anak-anak”
In Jae merubah posisinya dan duduk di meja(Contoh buruk tuh Bu..kan ga boleh duduk diatas meja..^^)
In Jae bertanya “Ini sulit kan? Ada sesuatu yang ingin kulakukan sebelum aku mengakhiri pelajaran hari ini. Bisakah kita melakukannya sebentar.”
Anak-anak terlihat menyetujuinya.
In Jae berkata “Tak ada bunga yang akan mekar tanpa mendapat goncangan. Semua bunga indah di dunia ini. Mekar karena mendapat goncangan. Saat sedang tergoncang, batangnya akan menjadi lurus.”
Terlihatlah Se Chan sedang membuka buku tentang kekerasan sekolah sepertinya.
Dan suara In Jae kembali mengiringi “Tak ada cinta yang tak mendapat goncangan”
Lalu beralih ke Ji Hoon yang masih mengikuti Jung Hoo.
Suara In Jae seolah mengiri setiap scene itu “Dimanakah adanya bunga yang akan mekar tanpa terkena hujan”
Secen selanjutnya Nam Soon yang masih menangis karena pengakuan Heung Soo tadi.
Dan suara In Jae kembali terdengar
“Semua bunga terindah di dunia ini..”
Heung Soo sendiri juga masih dengan air mata yang menetes dipipinya.
“Mekar setelah terkena hujan”
Scene kembali ke In Jae.
“Saat tertiup angin dan terkena hujan, kelopak bunga mekar dengan hangat.”
Anak-anak mendengarkan dnegan serius, dan mulai menangkap maksudnya
“Dimanakah adanya kehidupan yang berjalan tanpa masalah?”
Se chan menemui Uhm Dae Woong dan berkata berarti salah satu dari mereka harus pindah? Tiba-tiba masuklah In Jae yang sudah mendengar semuanya dan bertanya siapa yang akan pindah?
Se Chan kaget dan memandang In Jae. Uhm Dae Woong menjelaskan kalau Go Nam Soon dan Park Heung Soo, salah satu dari mereka harus pindah.
Heung Soo berjalan memasuki rumahnya.Nam Soon hanya memandanginya. Heung Soo kemudian berbalik menoleh pada Nam Soon.
KOMENTAR :
Huufftt..akhirnya episode 10 kelar juga.
Perkembangan Nam Soon dan Heung Soo semakin baik. Aku jadi berfikir, kalau saja waktu itu Nam Soon tidak melarikan diri karena rasa takutnya, mungkin tidak akan ada cerita SCHOOL 2013 ini yah..
Haha..
Tapi Heung Soo berkata yang sebenranya, kalau dia hanya punya Nam Soon dan sepak bola, kalau salah satu hilang dari hidupnya, minimal dia masih punya yang satunya. Tapi ini keduanya menghilang, dan disitu Heung Soo merasa kecewa dan menganggap Nam Soon meninggalkannya.
Sedangkan Se Chan, aku suka sekali. Di episode ini Se Chan terlihat mulai peduli pada anak-anak didknya. Peduli pada perasaan In Jae. Dan hati Se Chan yang dingin berubah menjadi hangat.
Aku suka dengan kata-kata In Jae. Yang namanya hidup pasti penuh dengan Ujian. Dan ujian itulah yang membuat kita menjadi lebih kuat. Seperti bunga yang akan mekar harus mendapat goncangan terlebih dulu, entah itu hujan atau angin yang bertiup kencang.
Oya, maaf karena mungkin terlalu banyak capture gambarnya. Aku sendiri kadang kalau baca sinop, yang sedikit capturenya, agak ga suka. Kenapa? Yah, karena aku terpaksa harus bisa mengimajinasi otakku untuk bisa tahu gimana sih ekspresi ini kalau dia ngomong kayak gitu..dan buatku jujur itu mengganggu. Jadi aku memang sengaja untuk memberi capture gambar yang lebih..Semoga tidak mengganggu ya..^^
Episode 11, harus sabar menunggu ..
Tae Baek ku sudah menanti juga..^^
Terima kasih..