[Episode Sebelumnya]
Hoon dan Soo Hyun sudah sampai di RS bersama Dokter Kim—dokter yang masih mahasiswa itu. Tiba-tiba dokter dari departemen penyakit dalam datang, dan berniat membawa dokter Kim bersama mereka. Tentu saja Hoon dan Soo Hyun mencegah hal itu. Hoon sebelumnya sempat berbisik pada Kim kalau ini adalah kesempatan Kim untuk meminta maaf.
Di sebuah ruangan, tampak Sang Jin dan ayah Jae Chul tengah duduk berhadapan. Sang Jin masih membujuk ayah Jae Chul untuk membatalkan gugatan. Dia berkata kalau ayah Jae Chul ga akan mendapatkan apa-apa jika nekat menuntut RS Myung Woo. Ayah Jae Chul menjawab kalau dia ga butuh apa-apa, dia hanya butuh permintaan maaf yang tulus dari para dokter yang telah melakukan kesalahan pada operasi istrinya.
“Yang kuinginkan hanya pengakuan dan permintaan maaf.”
Sang Jin malah menuduh ayah Jae Chul akan merekam pengakuan dan permintaan maaf para dokter lalu mengirim itu sebagai bukti ke pengadilan. Dia sudah paham cara licik seperti itu. Ayah SJae Chul pun kaget mendengar tuduhan Sang Jin itu.
Tapi tak berapa lama masuklah Hoon, Soo Hyun, Jae Chul dan juga para dokter departemen penyakit dalam. Hoon meminta Sang Jin berhenti, dia bahkan dengan santainya mendorong kursi yang diduduki Sang Jin dengan kakinya lalu berkata agar Sang Jin diam dan lihat saja.
Lalu seketika itu juga para dokter departemen bagian dalam membungkuk di depan ayah Jae Chul seraya mengucap kata maaf. Tentu saja si dokter tua menyebalkan tak ikut dalam barisan itu. Dokter baik yang memimpin barisan permintaan maaf itu berkata kalau seharusnya operasi dilakukan oleh professor tapi professor malah menyerahkannya pada dokter yang masih mahasiswa sehingga kesalahan itupun terjadi. Mereka semua minta maaf karena ga memberitahu ayah Jae Chul sedari awal.
“Kami hanya malu, karena telah melakukan kesalahan sebagai dokter. Kami minta maaf”
Mereka membungkuk sekali lagi. Sangat dalam, sebagai tanda bahwa mereka benar-benar menyesal. Ayah Jae Chul melihat itu dengan perasaan sedih, dia kemudian bertanya apa meminta maaf itu sangat sulit? Dia bahkan menangis saking kecewanya dengan sikap pengecut para dokter itu. Ayah Jae Chul berteriak, dia berkata kalau dia tetap akan menuntut semua dokter yang melakukan kesalahan itu.
Tepat ketika itu, Jae Chul mendekati sang ayah. Dia menggenggam tangan ayahnya sambil memohon agar ayahnya ga melakukan hal itu. Jangan tuntut para dokter.
“Jangan ayah, mereka hanya ingin menyembuhkan ibu. Mereka juga akan menyembuhkanku. Nanti..mereka juga akan menyembuhkan ayah, jika ayah sakit.”
Ayah Jae Chul pun tak kuasa menahan tangisnya, dia menatap putranya dan tahu apa yang dikatakan putranya adalah benar.
Hoon dan Soo Hyun lega karena masalah sudah selesai, dan kini ketika mereka sedang berjalan bersama di area RS. Hoon melihat seorang anak membawa boneka beruang besar yang sama seperti miliknya ketika kecil. Saat bonek itu ditaruh di dekat sebuah pohon hiasan, Hoon mengambilnya dan menatap boneka itu dengan penuh senyum Soo Hyun berkata kalau boneka itu sudah kotor. Hoon menjawab ga apa-apa dia suka dengan boneka ini.
Lalu, terdengarlah suara seorang wanita yang berkata
“anakku”
Wanita itu adalah Lee Mi Suk—ibu Hoon.
Hoon terpana melihat wanita itu mendekat. Dia tentu tak tahu jika wanita yang sedang berjalan kearahnya ini adalah sang ibu. Hoon hanya terus menatap pada wanita itu.
Ketika Mi Suk mendekat, dia langsung meminta bonekanya. Mi Suk memeluk boneka beruang besar itu sambil bergumam
“Maafkan ibu sayang, sudah membuatmu menunggu lama”
Tampak Mi Suk sangat menyayangi boneka yang dia kira adalah anaknya. Dia memeluk erat boneka itu. Kemudian datanglah seorang perawat yang berkata pada Mi Suk agar jangan keluar kamar, dan kini menuntun Mi Suk untuk kembali ke kamar perawatan. Mi Suk tak menolak. Sementara Hoon masih terus menatapi kepergian ibu itu. Belum jauh melangkah, entah mengapa Mi Suk menoleh kebelakang dan menatap Hoon, lalu tersenyum manis pada pemuda itu. Pemuda yang sejatinya adalah anak yang selama ini dia tunggu.
Di ruangannya, Presdir Oh Joon Gyu tengah melihat siaran langsung PM Seok Joo yang akan memberitahu RS mana yang akan menangani operasi jantungnya. Joon Gyu sudah yakin bawah RS nya lah yang akan terpilih sehingga dia selalu tersenyum penuh keyakinan saat melihat siaran tersebut.
Tapi ternyata hal yang tak diduga terjadi, PM Seok Joo dengan santai berkata kalau yang terpilih akan mengoperasinya adalah RS Jae Ill. Joon Gyu tentu saja kesal, Sang Jin yang menemaninya hanya bisa menatap heran kenapa bisa malah RS Jae Ill yang terpilih? Saking kesalnya, Joon Gyu sampai melempar remote TV dan membuat remote itu jadi hancur berkeping-keping.
Hoon juga melihat siaran itu dan hanya tersenyum menanggapi. Dia ada di ruangan bersama Chi Gyu dan juga Bong Hyun. Wajah Chi Gyu dan Bong Hyun tampak lemas karena kecewa. Chi Gyu menoleh ke belakang menatap Hoon dan heran karena Hoon malah terlihat senang padahal RS mereka tidak terpilih. Hoon menjawab memang dia merasa senang. Hoon yang asik memakan cokelat dengan santai menawarkan cokelat yang bekas gigitannya pada Chi Gyu. Chi Gyu pun tak berniat menolak. (LOL)
Kini, di ruangan Presdir ada Soo Hyun dan Jae Joon. Joon Gyu menjelaskan kalau dia memaafkan Jae Joon karena Soo Hyun yang minta. Jae Joon pun mengucapkan terima kasih. Joon Gyu kemudian menjelaskan kalau hanya satu orang yang ga bisa dia maafkan, orang itu adalah Park Hoon.
Soo Hyun tentu saja kaget. Dia mencoba menjelaskan pada ayahnya kalau Hoon lah yang sudah melakukan segala cara untuk membuat ayah Jae Chul membatalkan tuntutan. Joon Gyu ga peduli, baginya Hoon harus keluar dai RS ini. Titik.
Hoon yang tahu nasibnya sudah berakhir di RS ini dan dia sama sekali tak sedih datang menemui Hyung Wook. Dia mengucapkan terima kasih pada Hyung Woon atas bantuan Hyung Wook selama ini. Hoon juga berharap agar Hyung Wook bisa mewujudkan mimpi ayah Hyung Wook untuk menjadi Presdir RS ini. Hyung Wook hanya mengangguk lemah. Terpilihnya RS Jae Ill membuat gairahnya seketika lenyap.
Ketika Hoon akan berbalik pergi, Hyung Wook tiba-tiba menagih uang 50 ribu dolarnya yang dulu pernah dia berikan pada Hoon. Hoon ga marah, dia mengeluarkan uang itu dan berkata kalau uangnya tinggal setengah karena sudah dia robek. Hyung Wook ga mempermasalahkan itu. Dia cukup senang uangnya kembali, dan dengan lebaynya Hyung Wook memeluk Hoon.
Setelah Hoon keluar dari ruangannya, Hyung Wook mencium uang 50 ribu dolar itu. Dia cukup senang karena ga jadi merugi, walau uang itu cuma setengah.
Soo Hyun menunggu Hoon di ruangan Hoon, dan ketika Hoon datang Soo Hyun mengucap kata maaf. Hoon hanya tersenyum. Diapun menuju loker tempatnya menaruh barang dan mengambil barangnya yang ga seberapa itu lalu memasukkannya ke dalam tas. Ketika melihat stetoskop di dalam lokernya, Hoon tersenyum, dia mengambil stetoskop itu dan memberikannya pada Soo Hyun. Soo Hyun walau tampak ragu, tapi tak berniat menolak.
Hoon juga melepas jas dokternya. Dia memberikannya pada Soo Hyun. Hoon dengan santai bertanya apa Soo Hyun bisa membuang jas dokter itu? Soo Hyun kaget, tapi tak bertanya apa-apa. Kemudian Hoon berkata padanya.
“Hei, itik. Jika kau terus berusaha seperti sekarang ini, maka suatu hari kau akan jadi dokter yang hebat.”
Sebelum Hoon melangkah pergi, Soo Hyun bertanya apa Hoon bnar-benar ga ingin di RS ini? Jika Hoon ingin maka dia bisa membujuk ayahnya. Hoon menggeleng, dia berkata kalau ayah Soo Hyun ga pernah suka padanya. Soo Hyun heran dan bertanya kenapa ayahnya ga menyukai Hoon? Bukankah ayahnya yang menyetujui Hoon kerja disini?
Hoon membenarkan, lalu dia menambahkan kalimatnya kalau itu semua dilakukan ayah Soo Hyun, sebelum beliau tahu siapa dirinya. Semakin bingunglah Soo Hyun mendengar kalimat Hoon. Tapi Hoon sama sekali ga berniat menceritakan apapun pada Soo Hyun.
Hoon yang akan turun ke lantai satu tak sengaja satu lift dengan Jae Hee. Mereka tampak canggung satu sama lain. Hoon hanya berkata kalau sekarang Jae Hee bisa menyuruhnya apa saja. Jae Hee hanya menjawab baiklah.
Sesampainya di lobi RS, Soo Hyun mengejar Hoon dan menyerahkan jas dokter milik Hoon tadi. Dia berkata kalau Hoon bisa membawa jas dokter ini. Hoon menerima jas dokter itu sambil menatap namanya yang ada disana.
“Spesialis Jantung-Dada—Park Hoon”
Hoon hanya tersenyum lalu kembali melanjutkan langkahnya. Ketika melewati seorang ahjumma yang sedang bersih-bersih, Hoon dengan santainya membuang jas dokter itu ke tong sampah yang ada di sampingnya. Soo Hyun terkejut, tapi dia tak berniat menyusul Hoon untuk bertanya. Dia hanya memutuskan mengambil jas dokter itu.
Oh Soo Hyun mencoba untuk fokus dan melupakan Hoon. Dia saat ini tengah membaca dokumen dan terus berjalan. Tanpa sadar Soo Hyun berhenti tepat di tempat yang pernah menjadi kenangannya bersama Hoon. Tempat dimana Hoon pernah mengajarinya bagaimana menjadi asisten dokter yang baik. Tempat yang membuat dia dan Hoon berjarak sangat dekat ketika itu.
Soo Hyun menatap tempat itu penuh kerinduan. Dia menempelkan tangannya di kaca dan kenangan itupun kembali berputar di otaknya. Kenangan yang manis antara dia dan Hoon. Soo Hyun ga tahu kenapa dia jadi seperti ini. Kenapa dia terus-menerus teringat Hoon?
Soo Hyun mencoba menguatkan diri, dia menemui suster Min di bagian perawat dan bertanya tentang hasil tes darah seorang pasien dan suster Min akan segera membawa laporannya. Saat sedang menunggu suster Min itulah, telepon berdering dan karena semua tengah sibuk, Soo Hyun yang menerima panggilan itu.
Belum sempat mendengar apa-apa dari si penelpon, tiba-tiba telinga Soo Hyun mendengar ada seseorang yang menyebut kta itik. Soo Hyun reflek menoleh. Dia melihat Dokter Kim—si dokter mahasiswa, tengah dijewer oleh senior departemen bagian dalam dan dipanggil dengan sebutan itik. Melihat itu kenangan Soo Hyun akan Hoon kembali lagi.
Ingatan itu berputar kembali. Ingatan saat Hoon memeluknya pertama kali. Ingatan saat Hoon mabuk dan tak sadar memeluknya, dan ingatan ketika Hoon mendekapnya untuk mendengar detak jantung mereka. Semua itu hanya hal konyol yang Hoon lakukan padanya namun kini semua terasa begitu membekas dan menyiksanya.
Soo Hyun bahkan sudah ga ingat lagi kalau tadi dia tengah menerima telepon. Membuat suster lain yang akhirnya menanggapi telepon masuk itu. Suster Min yang datang melaporkan hasil tes darah pasien yang tadi ditunggunya pun tak ditanggapi oleh Soo Hyun. Soo Hyun terdiam dan menangis. Suster Min lalu bertanya heran, kenapa Soo Hyun menangis? Soo Hyun sepertinya tak sadar sudah meneteskan air mata.
Dia malah bertanya benarkah dia menangis? Soo Hyun pun langsung mengusap pipinya dan menghapus air matanya yang sempat menetes tadi. Dia beralasan kalau matanya kemasukan debu. Lalu Soo Hyun bergegas pergi.
Soo Hyun tak kuasa menahan tangis. Dia merasa aneh, kenapa hatinya seperti ini? Kenapa Hoon terus muncul di otaknya bahkan saat dia seharusnya serius bekerja? Kenapa harus mengingat Hoon yang sudah pergi? Bukankah seharusnya itu tak boleh?
Lalu Soo Hyun melihat Jae Joon dan Soo Hyun langsung menghambur ke pelukan Jae Joon. Dia berharap menemukan ketenangan di dada prianya ini. Jae Joon jelas saja heran. Tak biasanya Soo Hyun seperti ini. Jae Joon bertanya ada apa? Soo Hyun yang sudah menangis hanya menjawab sebentar saja. Dia hanya butuh sebentar saja. Jae Joon tak menolak, dia membalas pelukan Soo Hyun.
Tapi, bahkan dalam pelukan Jae Joon, Soo Hyun masih bisa dengan jelas mengingat Hoon. Mengingat Hoon yang pergi. Soo Hyun lantas melepaskan pelukannya dan berlalu. Dia merasa pelukan Jae Joon tak bisa mengenyahkan Hoon dari pikirannya. Dia merasa dada Jae Joon yang bidang pun tak bisa mengusir kegundahan yang hatinya tengah rasakan saat ini. Bukankah seharusnya pelukan Jae Joon bisa menjadi obat baginya? Bukankah seharusnya merebahkan kepala di dada Jae Joon bisa membuatnya tenang dan damai? Tapi kenapa dia tak bisa merasakan itu? Apakah hatinya mulai berpaling? Mungkinkah?
Sementara itu Jae Joon tak berniat mengejar Soo Hyun. Dia diam saja menatap kepergian Soo Hyun. Dia tahu hati Soo Hyun tengah berkecamuk, dan dia tahu itu hanya karena satu orang. Karena Park Hoon.
Malam ini Joon Gyu dan Seok Joo bertemu. Seok Joo makan dengan lahap, sementara Joon Gyu terus menatap tajam kearah Seok Joo. Dia kemudian berkata kalau dia ingin mendengar penjelasan Seok Joo. Seok Joo tertawa dan menjawab kalau keputusan memilih RS juga melibatkan pendapat Presiden. Dia yakin jika dia langsung memilih RS Myung Woo, maka Presiden pasti menolak. Makanya dia mencoba memilih RS Min Gook, tapi ternyata Presiden ga setuju dan malah menyarankan memilih RS Jae Ill.
Joon Gyu ga puas, Seok Joo tahu itu. Dia kemudian menyerahkan sebuah berkas berisi dokumen dan kepingan CD yang didalamnya berisi rahasia RS Jae Ill. Seok Joo bahkan meyakinkah Joon Gyu kalau rencana mereka akan berjalan sempurna. Jadi Joon Gyu tenang saja. Ga usah khawatir.
Han Jae Joon memutuskan datang ke rumah Hoon, disaat Hoon tengah termenung dengan kacamata bundar yang mirip kacamata Harry Potter. Hoon menoleh menatap kearah Jae Joon yang memuji rumahnya bagus. Hoon bahkan menatap aneh pada kedatangan Jae Joon.
Sebagai tuan rumah yang baik, tentu Hoon membuatkan Jae Joon minuman. Hoon meminta maaf kalau gelasnya tak layak untuk dihidangkan pada tamu, itu karena dia ga punya banyak perlengkapan. Jae Joon menjawab ga masalah.
“Aku ga peduli pada cangkirnya, yang penting rasa minuman ini enak.”
Jae Joon pun meminum kopi buatan Hoon. Ekspresinya biasa saja. Tapi kemudian dengan santai Jae Joon berkata kalau ini kopi terburuk yang pernah dia minum selama dia hidup. Hoon tak percaya, dia memberitahu Jae Joon kalau dia membuat kopi itu sepenuh hati. Hoon pun langsung mencobanya untuk membuktikan kalimat Jae Joon barusan.
Setelah Hoon mencicipi kopi buatannya itu, Hoon langsung menyemburkannya. Rasa kopi ini benar-benar ga enak. Jae Joon tersenyum melihat tingkah konyol Hoon, dan berkata kalau ternyata rasa kopi Hoon ga mencerminkan ketrampilan bedah Hoon yang luar biasa itu. Hoon hanya tersenyum, dia kemudian berkata kalau dia tahu tujuan Jae Joon ke rumahnya pasti ga cuma pengen minum kopi buatannya saja kan?
Jae Joon lalu memberitahu Hoon kalau dia datang kesini karena dia punya dua pertanyaan. Pertanyaan pertama kenapa Hoon mau ikut operasi ibu Jae Chul? Hoon ga menjawab dan malah balik bertanya, dia menanyakan hal yang sama pada Jae Joon. Kenapa Jae Joon mau melakukan operasi itu? Jae Joon jujur menjawab itu karena dia ingin menyelamatkan pasien. Apa itu juga alasan Hoon? Hoon membenarkan.
Dia lalu meminta maaf, karena seharusnya dia tetap melakukan operasi itu agar keadaan tak menjadi buruk. Jae Joon ga mempermasalahkan itu, dia malah mau mengucapkan terima kasih, dia berutang pada Hoon karena Hoon lah dia ga jadi dipecat dan tim nya pun selamat.
Pertanyaan kedua Jae Joon adalah apakah Hoon menghentikan gugatan karena khawatir padanya? Hoon menjawab sedikit. Jae Joon tersenyum dan berkata itu adalah jawaban yang tak terduga. Hoon juga mengaku kalau dia sendiri merasa terkejut karena mengkhawatirkan Jae Joon.
“Kenapa kau khawatir padaku? Hubungan kita ga baik, jadi kenapa kau harus khawatir?”
“Apa kau sungguh mau mendengarnya langsung?”
Jae Joon menjawab iya, dan itu membuat Hoon sedikit kikuk. Tapi akhirnya Hoon berkata kalau Jae Joon adalah dokter yang hebat. Jae Joon tersenyum mendengarnya. Senyum yang tulus. Dia merasa dia bisa bersahabat dengan Hoon. Jae Joon pun mengajak Hoon untuk pergi minum bersama menghabiskan malam. Dia yang akan traktir. Hoon jelas tak menolak.
Bersambung ke part 3
KOMENTAR :
Entahlah, sekarang aku malah berharap Soo Hyun sama Jae Joon saja. Akan sangat ga adil, orang yang baru datang menggoyahkan cinta yang sudah lama terjalin. Walau mungkin awalnya bukan cinta, tapi aku rasanya Jae Joon memang tulus mencintai Soo Hyun, tanpa embel-embel putri Presdir RS Myung Woo.
Suka kalau seandainya Jae Joon benar-benar bersahabat dengan Hoon. Dua dokter muda berbakat yang tampan. Terus keduanya bikin RS baru yang lebih hebat dari Myung Woo. Hoon sama Jae Hee, dan Soo Hyun sama Jae Joon. Mereka berbahagia deh.. Hahahaha
Ending yang simple menurutku, tanpa harus ada salah satu yang mati.