[Episode Sebelumnya]
|
(Ciuman yang cukup panas sepertinya..hufft..-_-)
|
Cha Jin Soo menunggu di depan rumah Hoon. Tentu saja dia tahu kalau Seun Hee ada disana. Seung Hee yang sudah mengaku bahwa dia adalah Jae Hee. Lalu tiba-tiba Kim Tae Sool-ajudannya PM Seok Joo datang dan mendekati mobil Jin Soo yang tengah terparkir di depan rumah Hoon.
Tae Sool menurunkan kaca mobilnya lalu bertanya apa Jin Soo sedang mengawasi Hoon dan Jae Hee? Jin Soo menjawab memangnya untuk apa lagi dia ada disini kalau bukan untuk itu? Tae Sool mengingatkan Jin Soo kalau rencana kedualah yang akan dilakukan? Jin Soo meminta agar Tae Sool ga usah khawatir, negaranya juga sudah mulai bergerak kok.
“Saat pagi datang, Selatan akan meringkuk ketakutan.”
Pagi harinya di gedung pemerintahan Sejong, memang terjadi keributan. PM Seok Joo yang baru saja datang sudah diserbu wartawan yang bertanya mengenai kabar benarkah Utara akan melakukan uji coba nuklir? Seok Joo memilih diam.
Di dalam ruang rapat semua staf pemerintah sudah berkumpul dan sedang melihat berita milik Utara yang menyiarkan tentang uji coba nuklir terdahsyat yang akan dilakukan sebelum tanggal 30 bulan ini. Host news tersebut menyatakan kalau uji coba nuklir ini untuk mempertegas kedudukan Utara yang selalu dipojokkan oleh Selatan.
Lalu tiba-tiba seorang staf masuk dan memberikan telepon pada Seok Joo kemudian menjelaskan kalau panggilan ini dari Presiden. Presiden bertanya pada Seok Joo apa maksud dari berita pagi ini? Kenapa Utara bersikap seperti ini? Seok Joo hanya bisa meminta maaf karena dia juga ga tahu kenapa semua jadi seperti ini.
Presiden menyuruh Seok Joo datang ke Blue House sekarang juga. Seok Joo menjelaskan kalau dia sedang rapat kabinet, nanti setelah rapat selesai dia akan segera kesana. Presiden menolak. Dia memerintahkan sekarang dan jangan bahtah perintahnya. Telepon pun ditutup dengan kasar oleh presiden yang langsung melempar gagang telepon ke meja kerjanya.
Setelah telepon ditutup, Presiden bergumam ancaman Utara ga akan ada gunanya saat ini.
Dalam perjalanan menuju Blue House, Seok Joo ditemani Tae Sool sebagai supirnya. Dia bergumam sepertinya Utara sudah tak sabar. Hal itu terlihat jelas dengan tindakan Utara saat ini. Tae Sool menatap Seok Joo dari kaca mobil, dan Seok Joo bertanya kenapa? Tae Sool menjawab kalau menurut dia ini cuma uji coba rudal saja, bukan uji coba nuklir, jadi ledakannya paling ga seberapa. Seok Joo tersenyum seolah membenarkan lalu menimpali kalau Utara ingin mengancam Selatan seharusnya dengan sesuatu yang lebih besar lagi dan yang lebih hebat tentunya.
Tiba-tiba Tae Sool bertanya
“Pak Menteri..jika kejadian 10 tahun lalu terulang….”
Seok Joo langsung memutus kalimat itu dengan menyuruh Tae Sool ga usah khawatir. Ga akan ada yang terulang, sebentar lagi ini juga akan menjadi angin lalu. Tenang saja.
Hoon bermimpi, dan mimpinya sangat indah. Dia menghabiskan waktu bersama Jae Hee, dan bahkan mereka sarapan bersama. Mimpi itu terasa nyata persis seperti apa yang selalu dia bayangkan selama ini.
Lalu mimpi itu bercampur dengan mimpi ketika dia terpisah oleh Jae Hee. Jae Hee yang jatuh ke sungai tanpa bisa dia selamatkan. Saat itulah, bertahun-tahun dia berusaha menemukan Jae Hee. Saat tergelap dalam hidupnya.
Mimpi menyeramkan itulah yang membuat Hoon akhirnya membuka mata. Dia bangun dan menyadari kalau Jae Hee sudah tak ada di sampingnya. Padahal dia yakin sekali semalam mereka tidur bersama. Hoon panik, dia ga mau kehilangan Jae Hee lagi. Hoon pun memutuskan keluar untuk mencari Jae Hee. Berharap Jae Hee tidak meninggalkannya.
Sesampainya di depan rumah, Hoon tak menemukan siapapun.
Namun tak berapa lama, sebuah mobil kuning mendekat dan Jae Hee keluar dari dalam. Hoon langsung mendekat dan memeluk Jae Hee erat. Jae Hee tersenyum dan bertanya Hoon kenapa? Hoon menjawab ga ada apa-apa kok.
Tak disangka, Hoon menggendong Jae Hee. Jae Hee berkata nanti ada yang lihat. Hoon menjawab biarkan saja. Memang kenapa kalau ada yang lihat? Jae Hee tertawa mendengarnya. Mereka tampak sangat bahagia.
Kini Hoon dan Jae Hee duduk berhadapan dengan tangan saling menggenggam. Jae Hee bertanya sejak kapan Hoon tahu kalau dia adalah Jae Hee? Hoon menjawab sejak pertama dia sudah tahu kok. Lalu kenangan itu meluncur manis diingatan Hoon. Kenangan saat Seung Hee atau Jae Hee datang dan memanggil Soo Hyun. Lalu kenangan saat Hoon mendekap Jae Hee dalam pelukan untuk merasakan irama detak jantung mereka. Saat itu dia tahu bahwa Seung Hee adalah Jae Hee. Jae Hee yang selama ini dia cari.
Jae Hee mengingatkan Hoon agar segera ke RS dan bekerja. Hoon sebenarnya ga mau, karena dia ingin menghabiskan waktunya seharian dengan Jae Hee. Tapi Jae Hee mengingatkan Hoon kalau dia bisa saja ketahuan jika Hoon ga masuk kerja. Hoon langsung dapat ide. Diapun menelpon Hyung Wook.
Hoon meminta ijin untuk datang terlambat hari ini kaena dia sangat capek. Hyung Wook tentu saja tak memarahi Hoon. Dia terlampau senang hari ini, bahkan dengan santainya Hyung Wook duduk di kursi Jae Joon, seolah merasa kalau inilah tempatnya.
Hoon dan Jae Hee pun menghabiskan waktu bersama. Mereka bermain sepeda dan selalu tertawa. Setelah itu mereka berkunjung ke sebuah tempat, dan memainkan alat musik yang seperti piano tapi tutsnya dari sendok makan. Hoon dan Jae Hee tampak senang membunyikan alat musik itu. Mereka tertawa lepas, seolah tak peduli akan apa yang terjadi nanti. Nanti biarlah menjadi nanti, dan nikmati saja yang ada saat ini.
Tidak puas sampai disitu saja, Hoon juga mengajak Jae Hee pergi ke sebuah tempat, dimana dinding di tempat itu sudah dipenuhi tulisan. Hoon dan Jae Hee juga menuliskan nama mereka disana, lalu membingkainya dengan gambar hati.
Lalu, mereka melanjutkan kebahagiaan mereka. Kali ini Hoon dan Jae Hee mendekati sebuah gambar dan meniru gerakan di gambar itu. Lagi-lagi nampak hanya rasa bahagia yang melingkupi Hoon dan Jae Hee hari ini. Sangat bahagia.
Kegiatan selanjutnya adalah bernarsis ria. Hoon dan Jae Hee berfoto bersama dengan Hoon memeluk Jae Hee dari belakang. Mereka tampak sangat mesra. Hoon berada sangat dekat dengan Jae Hee, menampilkan satu pundaknya yang telanjang bebas.
Kini mereka ada di tempat yang indah menurutku. Dimana hamparan laut terlihat sangat bagus dan Hoon menggenggam tangan Jae Hee erat. Jae Hee bertanya apa ga ada yang ingin Hoon tanyakan padanya? Seperti kenapa dia menjadi Han Seung Hee dan berpura-pura ga kenal dengan Hoon?
Hoon tersenyum dan balik bertanya, kalau dia tanya pada Jae Hee apa Jae Hee akan memberitahunya? Jae Hee menjawab mungkin saja, jika Hoon memang bertanya padanya.
“Semua itu ga penting bagiku.”
“Tapi itu penting bagiku Hoon.”
Hoon lalu menjawab
“Bagiku yang terpenting adalah..kau ada disini bersamaku..Itu sudah cukup..”
Han Jae Joon masuk ke ruangannya dan terkejut melihat Hyung Wook ada disana, duduk dikursinya dengan kedua kaki terangkat keatas meja. Seolah meresa memiliki. Hyung Wook ga tahu kedatangan Jae Joon karena dia sedang asik menelpon seseorang.
Jae Joon lalu bertanya kenapa Hyung Wook ada di kantornya? Hyung Wook tertawa dan menjawab kalau hari ini memang masih menjadi kantor Jae Joon, tapi ga tahu deh besok. Hyung Wook bahkan tersenyum mengejek. Dia bangkit berdiri, mengambil jas dokternya lalu mendekati Jae Joon yang menatapnya tajam. Dengan santai Hyung Wook mengajak Jae Joon datang ke pestanya nanti malam. Pesta perayaan kemenangan timnya saat operasi kemarin.
Lalu Hyung Wook memasang wajah sedih, kalau pesta itu juga pesta perpisahan untuk Jae Joon, dan merupakan hadiah darinya karena dia juga sedih kalau Jae Joon harus dipindah ke RS cabang. Jae Joon ga menjawab, dan Hyung Wook memilih keluar sebelum Jae Joon ngamuk di depannya.
Jae Joon kesal—sangat kesal. Dia mencoba mengalihkan pada hal lain, namun tak bisa. Lalu matanya menatap miniatur kastil yang menyimpan makna untuknya. Kastil yang merupakan wujud dari cita-citanya. Kastil yang adalah RS Myung Woo. RS yang bukan akan dia jadikan yang terbaik tapi akan dia hancurkan menjadi berkeping-keping, bahkan kepingan itu akan dia musnahkan sehingga menjadi tak bersisa. Dendam itu terlalu dalam, membuatnya tak mungkin berhenti begitu saja.
Han Jae Joon bergegas menemui Presdir Oh begitu melihat sang Presdir memasuki ruang kerja. Sekretaris Presdir Oh menghalangi Jae Joon tapi Jae Joon ga peduli dan langsung saja menyingkirkan sekretaris itu dengan sedikit kasar.
Setelah di dalam ruang Presdir, Jae Joon menatap Presdir tajam dan Presdir juga tak takut menatap Jae Joon. Dia bertanya dengan marah, siapa yang menyuruh Jae Joon masuk ke ruangannya dengan lancang? Jae Joon berkata kalau dia ga akan berkata banyak. Presdir Oh menjawab ketus kalau dia juga peduli karena dia ga akan mendengarkan perkataan Jae Joon. Apapun itu.
Oh Joon Gyu membalikkan tubuhnya membelakangi Jae Joon, tanda bahwa dia tak peduli. Staf keamanan datang dan bersiap membuka pintu. Jae Joon cukup lega karena pintu sudah dia kunci dari dalam, dan staf keamanan pasti butuh waktu agak lama untuk membuka pintu itu.
Ingatan Jae Joon melayang ke masa itu. Masa dimana dia akhirnya mendendam pada RS Myung Woo, dan semua yang ada di dalamnya termasuk Oh Joon Gyu.
Flashback
Saat itu namanya bukan Jae Joon, namanya adalah Lee Sung Hoon. Dia dan ibunya datang ke RS Myung Woo tapi mendapati ayahnya sudah terbujur kaku dan dinyatakan meninggal. Ibunya menangis tersedu melihat jasad suaminya. Byung Chul meminta maaf karena dia ga bisa menyelamatkan Lee Sun Do. Ibunya bertanya apa ada sesuatu yang salah terjadi ketika operasi?
Ketika itu datanglah Oh Joon Gyu yang nampak kesal pada keluarga Lee. Dia langsung memarahi istri Sun Do dan berkata kalau kondisi Sun Do memang sangat lemah, makanya ga bisa diselamatkan. Ibu Sung Hoon jelas saja tak percaya, dia ingat kalau kondisi suaminya cukup kuat, karena saat itu suaminya sendiri yang datang ke RS dan meminta diperiksa.
Joon Gyu ga peduli dengan kecurigaan ibu Sung Hoon, dia harus mempertahankan nama baik RS Myung Woo, dan tetap menyalahkan kondisi pasien sehingga terpaksa meninggal di meja operasi.
Sung Hoon geram. Dia memegang kaki Joon Gyu yang ketika itu memilih pergi. Sung Hoon meminta ayahnya dikembalikan bukan dalam keadaan mati. Staf keamanan langsung memegang Sung Hoon dan berusaha melepaskan cekalan tangan Sung Hoon di kaki Joon Gyu.
Apa Joon Gyu peduli dengan protes Sung Hoon? Tentu saja tidak. Dia hanya menatap sinis pada Sung Hoon lalu melanjutkan langkahnya. Sementara Byung Chul tampak menyesal.
Sung Hoon menangis, menjerit dan berteriak sekeras-kerasnya kala itu. Dia yakin pasti ada yang salah dalam kematian ayahnya, bukankah saat itu Byung Chul berkata kalau operasi ayahnya berjalan baik-baik saja, lalu kenapa malah jadi seperti ini? Sung Hoon kecewa. Sangat kecewa.
Flashback End
Jae Joon berkata pada Presdir Oh agar Presdir Oh mau memberinya kesempatan lagi. Presdir akhirnya berbalik dan menatap Jae Joon lalu menjawab kalau sudah ga ada kesempatan lagi untuk Jae Joon. Bukankah Jae Joon sudah tahu kalau operasi kemarin adalah satu untuk menentukan semua. Jadi jika Jae Joon kalah, maka tak ada kesempatan lagi. Itu sama saja dengan dia menjilat ludahnya sendiri.
Dengan berani Jae Joon berkata kalau saat ini bukanlah saat yang tepat untuk menjaga harga diri Presdir Oh. Mendengar itu tentu saja Oh Joon Gyu marah, dia merasa Jae Joon sudah sangat keterlaluan. Lancang dihadapannya.
Jae Joon tak peduli, dia dengan mantap berkata jika Presdir Oh mau RS Myung Woo menjadi yang terbaik, maka Presdir Oh harus mau memberinya kesempatan lagi.
Joon Gyu bertanya apa Jae Joon sedang mengancamnya? Jae Joon menjawab apa Presdir Oh mau menjadikan Park Hoon—si pengungsi itu menjadi masa depan Myung Woo?
“Aku juga ga mau kau yang menjadi masa depan Myung Woo.”
Jae Joon tersentak. Ini ga boleh dibiarkan. Dia belum menghancurkan Myung Woo, dan dia bahkan baru setengah jalan. Sebentar lagi dan dia harus tetap ada di Myung Woo.
Joon Gyu bahkan berkata kalau dia akan memerintahkan stafnya untuk menyiapkan ruang bagi Jae Joon di RS cabang. Terserah apa Jae Joon mau atau tidak.
Staf keamanan berhasil masuk dan mencoba memaksa Jae Joon keluar, tapi Jae Joon menyentakkan tangan pengawal-pengawal itu dan dengan penuh percaya diri Jae Joon melangkah keluar. Dia tak perlu diseret.
Hyung Wook kegirangan mengetahui Jae Joon dimarahi oleh Joon Gyu. Dia ada bersama Byung Chul. Byung Chul memarahi Hyung Wook karena bertindak seperti tadi. Seharusnya Hyung Wook bisa jadi senior yang baik. Hyung Wook kesal dan menjawab kalau dia ga suka punya junior seperti Jae Joon karena Jae Joon menakutkan untuknya.
Jae Joon kesal, dia masuk ke ruangannya dimana sudah ada Soo Hyun disana mencoba menenangkannya. Soo Hyun meminta Jae Joon ga usah khawatir, karena ayahnya ga akan memindahkan Jae Joon ke kantor cabang.
“Kau tak usah menghiburku.” Jawab Jae Joon dingin.
Soo Hyun masih terus mencoba menenangkan Jae Joon yang galau. Jae Joon menatap tajam pada Soo Hyun lalu berkata kalau masa depannya adalah di Myung Woo, jadi mana mungkin dia akan pergi dari RS ini.
Jae Joon lalu bertanya apa Soo Hyun tahu kenapa dia ga bisa ada di RS lain? Itu karena dia hrus menyelesaikan sesuatu di RS ini.
Soo Hyun ga merasa aneh dengan kalimat Jae Joon tadi, sehingga dia mengira kalau misi Jae Joon adalah menjadikan Myung Woo sebagai RS terbaik. Jae Joon langsung memotong kalimat Soo Hyun, dia bertanya dengan nada dingin
“Terbaik katamu?”
Jae Joon lalu menatap miniatur kastilnya yang ada di meja seberang. Miniatur yang sangat cantik dan terlihat sempurna karena terdapat seorang putri di puncak kastil. Jae Joon pun teringat akan niatnya untuk menghancurkan Myung Woo,bukan untuk menjadikannya yang terbaik. Bukan itu tujuannya. Untuk apa dia menjadikan RS tempat pembunuh ayahnya menjadi terbaik. Itu bukanlah keinginannya. Kehancuran Myung Woo adalah kehancuran Joon Gyu, dan dia sangat menanti saat-saat itu.
Tersiksa dalam penantian yang seharusnya sebentar lagi, tapi kacau karena seorang bernama Park Hoon.
Jae Joon menyudahi lamunannya, dan kembali berkata pada Soo Hyun kalau semua berubah karena kehadiran Park Hoon. Soo Hyun langsung membela Hoon, dia berkata pada Jae Joon kalau ini bukan salah Hoon. Jae Joon marah karena Soo Hyun selalu membela Hoon. Bukankah dulu Soo Hyun berkata kalau Soo Hyun memilih masuk ke managemen saja, kenapa sekarang Soo Hyun berlagak seperti dokter sungguhan?
Soo Hyun geram. Merekapun bertengkar hebat. Jae Joon menuduh Soo Hyun ingin mempermalukannya makanya Soo Hyun menjadi asisten utama Hoon ketika operasi. Dia tahu Soo Hyun bukannya ingin menyelamatkan bayi itu.
Soo Hyun menatap tak percaya pada Jae Joon. Tuduhan yang sangat picik. Diapun hanya bertanya apa salah kalau dia ingin mempermalukan Jae Joon, atau apa salah jika dia ingin memamerkan kemampuannya pada Jae Joon, karena Jae Joon sudah meragukannya?
Jae Joon semakin tak terkontrol. Kini dia berteriak di depan Soo Hyun.
“Apa masuk akal, aku kalah darinya? Aku Han Jae Joon dikalahkan olehnya, bagaimana bisa?”
Soo Hyun semakin tak percaya menatap wajah Jae Joon, mendengar keangkuhan dari setiap kalimat Jae Joon barusan. Kemudian Soo Hyun menganggukan kepalanya lalu berkata
“Sekarang aku baru tahu kenapa kau bisa kalah darinya..Kau terlalu terobsesi dengan kemenangan. Park Hoon murni melakukan itu untuk menyelamatkan sang bayi. Tapi bagimu, itu hanyalah kompetisi yang akan menunjukkan kau sebagai pemenang. Itulah sebabnya kau kalah. Kau tahu, disini…kaulah yang berpura-pura sebagai dokter? Padahal…kau bukanlah dokter…Kau adalah dokter gadungan yang kalah dari dokter Park Hoon!!”
Soo Hyun langsung pergi. Dia kecewa sekali dengan pemikiran sempit yang dimiliki Jae Joon. Jae Joon benar-benar menganggap operasi menyelamatkan si kembar sebagai kompetisi saja. Jae Joon hanya ingin menang, bukan ingin menyelamatkan nyawa manusia, seperti yang seharusnya dilakukan dokter.
Sepeninggal Soo Hyun, Jae Joon menjadi sangat geram. Dia mengepalkan tangannya erat, sebagai tanda dia berang. Mana bisa Soo Hyun membandingkannya dengan Hoon. Hoon tak akan sebanding dengannya. Dialah yang terhebat disini.
Soo Hyun kesal, dia bahkan ga peduli ketika Sang Jin menelponnya. Soo Hyun menyimpan nomer Sang Jin dengan nama
“Sampah”
Soo Hyun mengingat semua yang Jae Joon katakan, seperti ketika Jae Joon mengganti dia dengan Dr Keum sebagai asisten utama. Lalu yang menyakitkan dia juga mengingat ciuman panas mereka malam itu di depan RS. Soo Hyun kesal, dia berniat pergi tapi Sang Jin datang dan langsung bertanya kenapa Soo Hyun ga menerima panggilannya? Soo Hyun ga peduli, dia tetap melangkah pergi. Sang Jin mencekal tangan Soo Hyun dan berkata kalau ayah ingin bertemu dengan Soo Hyun. Soo Hyun semakin marah, dia menepis cekalan tangan Sang Jin, dan bahkan menendang organ intim Sang Jin membuat Sang Jin kesakitan, dan akhirnya melepaskan Soo Hyun.
Soo Hyun memutuskan pergi, dia ingin bertemu Hoon. Hoon selalu bisa menenangkannya. Dia bahkan ga peduli ketika Sang Jin berniat menghadangnya dengan berdiri di depan mobilnya yang tengah melaju. Soo Hyun bahkan dengan santai terus menjalankan mobilnya, membuat Sang Jin akhirnya menyingkir karena takut tertabrak.
Sesampainya di tempat Hoon, tak ada orang disana. Berkali-kali dia memanggil nama Hoon, tapi Hoon tetap tak muncul. Soo Hyun pun memutuskan duduk menunggu. Dia menunggu dengan sabar tapi entah mengapa luka dihatinya karena perbuatan Jae Joon begitu menyikasa. Soo Hyun pun kembali menangis. Kali ini dia ga menyembunyikan sedikitpun air matanya. Tak ada siapa-siapa disini, dan dia bisa cukup lega menangis sendirian.
Chang Yi tiba-tiba datang dan melihat Soo Hyun. Chang Yi bertanya dimana Hoon? Soo Hyun jelas tak tahu. Chang Yi pun gusar dia bergumam kemana sih Hoon pergi? Soo Hyun lebih penasaran sehingga diapun bertanya memangnya Hoon pergi? Chang Yi ga menjawab pertanyaan itu dan melangkah pergi meninggalkan Soo Hyun yang bingung.
Bersambung ke part 2
KOMENTAR :
Suka sama pakiannya Soo Hyun. Simple, tapi bagian roknya lucu.
Dan Soo Hyun cantik yaa? Hahaha..
Malah ga ngomentarin dramanya, malah ngomentarin style pemainnya.
Tapi aku juga suka sama stylenya Jae Hee. Yah…cewek korea kayaknya memang suka memperlihatkan kaki yang indah yaa..? Hahaha
Si LJS juga suka liatin badannya yang putih. (Fokus Ay..)
Masih banyak yang ragu kalau Seung Hee adalah Jae Hee. Tapi sampai aku liat episode 10 ini aku cukup yakin dia Jae Hee. Cuma ga tahu deh nantinya gimana, mungkin malah berbeda.
Masih berharap Hoon sama Soo Hyun.^^