[Episode Sebelumnya]
Staf pemerintahan berkumpul, dan begitu presiden datang, dia langsung bertanya apa ini tempat mereka semua mengambil keputusan? Presiden pun melihat ke layar dimana terpampang angka bahwa setelah 48 jam jumlah orang yang dinyatakan negative semakin banyak. Presiden berkata kalau sesuai janji, maka mereka yang dinyatakan negative harus dikeluarkan dari barak.
Dokter perwakilan Amerika menentang hal itu, karena ditakutkan penyebaran masih bisa terjadi. Presiden ga peduli, karena bagaimanapun janji adalah janji.
Walikota Choi juga maju menentang keputusan Presiden. Tapi, Prof. Yang setuju dengan yang dilakukan Presiden, karena banyak yang selamat, sehingga mereka tetap harus mendahulukan mereka yang negative, agar tidak terinfeksi dengan terus menempatkan di barak.
PM maju dan berbisik pada presiden kalau mereka ga punya pilihan. Jalan terbaik adalah tetap membiarkan semua di barak. Meskipun ini membuat penduduk Bundang menderita, tapi yang terpenting adalah keamanan Republik Korea.
Presiden mulai kesal, dia bertanya apa masyarakat Bundang bukan bagian dari Republik Korea? Duta besar Amerika yang ada di Korea, berkata kalau ini bukan hanya untuk keamanan Republik Korea, tapi ini menyangkut wilayah internasional. Jika virus ini menyebar, maka dampaknya bisa keseluruh dunia.
“Tolong ingat, mata dunia sedang tertuju pada Korea saat ini.”
Gook Hwan sedang meneropong dan mendengar apa yang dikatakan timnya. Salah satu timnya berkata kalaupun Gook Hwan bisa keluar dari tempat ini, tapi tetap akan susah meninggalkan Bundang. Gook Hwan menjawab dia bisa kok mengurus hal itu. Dia pun memberi segepok uang pada tim nya itu.
Jin Ye menemui Gook Hwan, dan berkata kalau dia ingin Gook Hwan membantunya. Gook Hwan tahu yang diinginkan Jin Ye, sehingga dia langsung memberikan kartu identits Ji Goo, agar Ji Goo bisa dikeluarkan dari area infeksi. Jin Yee tentu senang dan berterima kasih pada Gook Hwan.
Kini, di ruang medis. Moon Sai terbaring di ranjang, ada banyak alat disampingnya. In Hae menatap Moon Sai, dan terus berfikir bagaimana caranya agar Mi Reu bisa mendapatkan darah Moon Sai.
In Hae mendekati temannya yang ada bersamanya, dan menyuruh sang teman untuk beristirahat, karena selama ini pasti temannya selalu sibuk. Teman In Hae tak curiga dan setuju saja, karena mumpung ada kesempatan untuk istirahat.
Area non infeksi mulai melakukan protes, kenapa mereka belum juga dikeluarkan padahal sudah 48 jam. Kakek yang pernah disodok tulang keringnya pun bertanya kenapa sampai sekarang ga ada kabar tentang istrinya dari area infeksi? Kegaduhan pun terjadi.
Gook Hwan yang juga bersiap untuk pergi, menjadi kesal karena adanya kegaduhan itu. Dia menatap ke cermin, dan melihat kalau bercak merah mulai timbul di wajahnya. Tanda bahwa infeksi itu mulai menyebar, dan jika dia tak segera keluar, maka dia bisa ketahuan.
Di ruang medis, In Hae sudah menggendong putrinya dan ingin mengambil darah Moon Sai. Tapi Moon Sai ga mau, dia takut kalau nanti dia malah hanya akan memperburuk keadaan. In Hae memohon dan berkata kalau dia sama sekali ga berniat menyakiti Moon Sai, dia hanya butuh darah Moon Sai. Mi Reu tiba-tiba terbatuk dan mengeluarkan darah. In Hae pun menidurkan Mi Reu di ranjang. Moon Sai yang mendengar nama Mi Reu disebut jadi teringat akan teman kecilnya.Dia pun mendekat untuk memastikan.
Mi Reu senang melihat Moon Sai, dia bergumam kalau Moon Sai akhirnya ditemukan. Tubuh Mi Reu sudah semakin lemah.
Akhirnya Moon Sai mau memberikan darahnya untuk Mi Reu. Untuk menyelamatkan teman kecilnya yang sudah dia anggap seperti adiknya sendiri. In Hae jelas senang dan berharap darah ini bisa menjadi antibody dan menyembuhkan Mi Reu.
In Hae melakukan itu secepat yang dia bisa, tapi tanpa sadar Gook Hwan memergoki In Hae, dan tahu apa yang sedang In Hae lakukan, diapun tersenyum licik.
In Hae mulai menyuntikan serum-serum itu ketubuh Mi Reu. Tiba-tiba ada yang menggedor, tanda bahwa dia hampir ketahuan. Tapi In Hae ga peduli, dia tetap menyuntikkan serum-serum itu sampai pada botol terakhir.
Pintu berhasil dibuka, dan para petugas bersenjata sudah mengepung In Hae dan bertanya apa yang sedang In Hae lakukan? In Hae memberontak saat petugas mulai menangkapnya, dia mencoba melawan. Namun apalah daya, tubuhnya tak kuat melawan petugas-petugas itu. Terlebih tembakan obat bius berhasil mengenai tubuhnya membuatnya lemas, dan tak mampu menolong Mi Reu yang mulai dibawa petugas ke area infeksi.
Dia hanya mampu memandangi petugas yang muali menggendong Mi Reu, memisahkan Mi Reu darinya, dan mungkin akan membunuh Mi Reu di area itu. Tubuh In Hae semakin lemah, dan diapun pingsan.
Ji Goo berhasil di bebaskan, dan entah mengapa dia melihat sekelebat bayangan Mi Reu. Dia pun meminta petugas segera membuka kurungannya ini . Setelah berhasil keluar, Ji Goo semakin terkejut melihat bando Mi Reu yang tergeletak di bawah, menandakan bahwa benar Mi Reu lah yang dibawa kesini tadi.
Ji Goo langsung berlari sambil meneriakkan nama Mi Reu, dia berjalan semakin ke dalam agar bisa menemukan Mi Reu. Ji Goo mencoba melihat siapa yang didorong petugas, namun masih belum menemukan Mi Reu. Tapi Ji Goo tak menyerah.
Sampailah Ji Goo di area parkir, di mana disinilah lokasi orang-orang yang terinfeksi ditempatkan. Disana terdapat pemandangan yang dapat membuatnya sedih. Dia melihat banyak manusia bergeletakan seolah menunggu untuk dieksekusi. Ternyata benar, tak ada yang disembuhkan, pemerintah mencoba membunuh mereka semua yang terinfeksi.
Ji Goo mencari dan terus mencari, sampai akhirnya dia bertanya pada petugas, apa petugas melihat gadis kecil yang baru dibawa kemari? Petugas tak menjawab dan malah melarang Ji Goo menyentuh orang-orang itu. Tapi saat Ji Goo memperhatikan lebih dekat, ada seorang yang tubuhnya sudah dibungkus plastic, namun masih terlihat bernafas. Ji Goo memberitahu petugas bahwa orang ini masih hidup. Petugas menjawab kalau biar saja, toh orang itu akan segera meninggal.
(Gimana ga meninggal, wong ditutup sama plastic, kayak kain londrinan aja.)
Ji Goo syok mendengarnya. In artinya pemerintah membunuh orang-orang yang masih bernyawa. Dia jelas-jelas melihat orang itu masih bernafas, lalu bagaimana caranya petugas berkata kalau orang itu akan segera mati. Ji Goo mendekati petugas dan bertanya apa petugas ga bisa lihat kalau orang itu masih hidup. Orang itu masih bernafas.
“Apa kau tidak bisa melihat kalau yang dibawa kesini, adalah orang-orang yang sudah tak memiliki harapan. ”
Petugas memberitahu Ji Goo kalau yang baru datang hari ini, letaknya disebelah sana. Ji Goo pun tahu dia ga boleh berlama-lama, dia harus menemukan Mi Reu.
Sampailah Ji Goo di sebuah area, dimana area itu mirip seperti stadion, dan ada satu alat berat yang biasanya digunakan untuk kontruksi, kini digunakan untuk mengangkat tubuh-tubuh manusia yang sudah dibungkus oleh plastic. Mungkin ada yang sudah mati, atau mungkin ada yang masih bernafas, sama seperti orang yang dia lihat tadi. Ji Goo tahu alat berat itu digunakan untuk mengumpulkan para tubuh agar mudah saat dibakar.
Ji Goo sungguh tak percaya pemerintah sebengis ini pada rakyat.
Kim In Hae sudah sadar dari pengaruh obat biusnya. Samar-samar dia mendengar kalau rekan seprofesinya mengatakan bahwa hasil tes darah Moon Sai sudah keluar, dan dinyatakan bisa digunakan untuk antibody. Tim medis pun senang, sementara In Hae dengan tubuhnya yang masih lemah bertanya dimana putrinya.
Tim medis seolah tersadar kalau petugas sudah membawa Mi Reu. In Hae pun mengancam dengan mengambil semua serum antibody dan berkata akan mengancurkan serum jika mereka semua ga mau mengatakan dimana putrinya.
Akhirnya salah satu rekan In Hae, menjawab kalau Mi Reu sudah dibawa petugas ke area infeksi.
(Kesel, sama temennya In Hae. Kok tega biarin anak sekecil itu dibawa ke ruang infeksi.)
Ji Goo berlari ke tengah, dimana para tubuh dilemparkan tanpa ampun oleh alat berat tadi, dia mencoba mencari Mi Reu. Akankah Mi Reu ada diantara tubuh-tubuh yang bergelimpangan itu? Ji Goo syok melihat tubuh-tubuh terbungkus plastic itu mulai dilalap si jago merah. dia berharap Mi Reu bukanlah salah satu dari tubuh-tubuh itu.
Kim In Hae sampai di area infeksi, disana dia mencoba mencari Mi Reu. Dia melihat ke dalam semua kurungan, dan terenyuh saat melihat seorang ibu yang mati bersama sang anak di pangkuannya. In Hae sedih melihatnya, dan berharap Mi Reu masih bisa diselamatkan.
Ji Goo, demi mencari Mi Reu, terpaksa menaiki tubuh-tubuh itu. Dia harus melihat dengan dekat agar bisa menemukan Mi Reu. Sementara In Hae yang sampai di area parkir, semakin syok melihat tubuh-tubuh bergelimpangan dihadapannya. Apakah mereka semua masih hidup atau sudah mati, In Hae tak bisa membedakan hal tersebut.
In Hae menjadi semakin kalut, dan berteriak memanggil nama Mi Reu. Putri kecilnya, akankah Mi Reu nya bernasib sama dengan tubuh-tubuh yang dilihatnya ini?
Ji Goo pun mulai frustasi, di area pembakaran Ji Goo meneriakkan nama Mi Reu. Dia tak ingin sesuatu terjadi pada Mi Reu.
Tiba-tiba Ji Goo mendengar sebuah suara yang dikenalnya. Bukan suara Mi Reu. Tapi suara dari ponsel Mi Reu. Ji Goo pun ke sumber suara, dan berhasil menemukan tubuh Mi Reu diantara tumpukan-tumpukan tubuh lain. Tubuh kecil Mi Reu terlihat tertutup plastic, dan Ji Goo langsung merobek plastic itu. Terlihatlah bahwa Mi Reu masih bernafas. Ji Goo sangat lega, dan memeluk Mi Reu.
(Nangis aku di beberapa menit ini.)
Bersambung ke part 5
KOMENTAR :
Maaf ya sepertinya akan jadi 6 part untuk film ini. Film yang walaupun sudah aku tonton berkali-kali aku masih saja menangis. Sangat mengharukan. Jijik juga sih. Tapi di part 6 nanti, akan lebih menguras air mata.
Menurutku di part ini, presiden masih terpengaruh dengan apa yang PM bilang, dan apa yang dubes Amerika bilang. Sehingga akhirnya banyak rakyat yang terluka dan terbunuh.
Gook Hwan sangat licik, dia membayar petugas agar dia bisa keluar dari barak, dan tak ketahuan jika sudah terjangkiti virus mematikan tersebut.