Thursday, 27 March 2014

Sinopsis The Flu (KMovie) Part 3

[Episode Sebelumnya]


Byung Ki tiba-tiba menyeruak kerumunan dan membuat suasana menjadi gaduh. In Hae memanfaatkan kesempatan itu untuk bisa menyelundupkan Mi Reu, agar tak melewati pemeriksaan yang sedang berlangsung. Dia membawa Mi Reu terus maju kedepan, dan saat semua sedang sibuk melihat apa yang terjadi, In Hae mendorong Mi Reu melewati tempat pemeriksaan, dan dengan isyarat tangan menyuruh Mi Reu segera pergi, sebelum ketahuan.

Ji Goo tanpa sadar melihat hal itu, dan merasa aneh kenapa In Hae sengaja membuat Mi Reu lolos dari pemeriksaan. Akhirnya Mi Reu pun terbebas dari pemeriksaan, membuat In Hae lega.





Kini, In Hae dan Mi Reu masuk barak karantina, In Hae menggendong Mi Reu, dan Mi Reu bertanya pada ibunya apa 2966 itu? In Hae menjelaskan kalau 2966 itu sebuah nomer pengganti nama. Mi Reu 2966, dan In Hae 2967.

Tiba-tiba Mi Reu batuk, dan In Hae langsung melarang Mi Reu batuk. Mi Reu heran, dan bertanya kenapa? In Hae menjawab dengan pelang, jika Mi Reu batuk, maka Mi Reu akan terpisah darinya. Mereka ga akan ditempatkan bersama-sama seperti ini. Mi Reu yang polos akhirnya mengerti.

Lapangan itu sudah dipenuhi oleh tenda-tenda untuk mereka semua. Orang yang saat diperisaksa tidak memiliki tanda-tanda terinfeksi, ditaruh di barak yang berbeda dengan orang-orang yang sudah positif dinyatakan terinfeksi.


Setelah 10 jam isolasi.
Barak Tan Chuan, area non infeksi


Banyak orang yang protes karena berada di tenda yang sudah penuh, dan Ji Goo terlihat sedang mencari Mi Reu dan In Hae. Begitu dia menemukan Mi Reu, dia langsung memanggil nama gadis kecil itu. Mi Reu jelas senang bertemu dengan paman Ji Goo. Tapi, In Hae segera menarik tubuh Mi Reu, agar Mi Reu menjauhi dan tidak mendekati paman Ji Goo. Ji Goo tentu merasa heran, dan bertanya kenapa tiba-tiba In Hae seperti itu? Apa dia sudah melakukan kesalahan?

In Hae menjawab kalau Ji Goo sama sekali tidak melakukan kesalahan. Ji Goo masih tak mengerti, dan kembali bertanya lalu apa dia membuat In Hae marah? Dia hanya ingin membantu In Hae dan Mi Reu. In Hae menjawab kalau dia ga butuh bantuan Ji Goo.
Ji Goo menjelaskan karena dia khawatir, makanya dia mencari Mi Reu dan In Hae sampai kesini.

In Hae tak peduli, dia berjalan meninggalkan Ji Goo. Sementara Mi Reu yang polos melambaikan tangannya pada paman Ji Goo, sambil berkata sampai jumpa.


Seorang pria yanga da di area non infeksi protes pada petugas karena dia berada di tenda yang sempit, padahal selama ini dia tinggal di apartemen yang besar. Jadi bagaimana bisa dia bisa nyaman dengan kondisi seperti ini? Setidaknya biarkan dia membawa tendanya sendiri, dan tidak bergabung dengan orang lain seperti sekarang.
Air dan toilet pun bahkan tak ada di tempat ini.

Pria itu mencoba memprovokasi pengungsi lainnya, dengan berkata kalau mereka semua dianggap seperti anjing dan kucing di area ini. Tiba-tiba saat sang pria berbalik, moncong senapan sudah berada tepat di wajahnya, membuat pria itu kaget. Petugas menyruuh pria itu untuk kembali ke tenda.

Pria itu yang tadinya berkoar-koar sekarang takut sehingga langsung berkata kalau dia sudah selesai kok protesnya. Lalu seorang kakek juga bertanya kesal, mengapa mereka semua diperlakukan seperti ini. Petugas sudah tak tahan, dan langsung menyodok tulang kering si kakek, membuat kakek kesakitan, dan tentu membuat yang melihat ketakutan karenanya.
Petugaspun memperingatkan yang lainnya agar tak mengeluh, karena ditempat ini dilarang mengeluh. Terima saja apa yang ada.

Ji Goo yang datang merasa heran dan bertanya kenapa petugas harus bersikap kasar seperti itu? Petugas tentu tak terima, dan langsung mengarahkan pistolnya ke kepala Ji Goo, membuat semua ikut kaget.


Lalu, seorang laki-laki datang dan menyuruh petugas berhenti. Petugas mana terima, dia juga mengarahkna pistolnya ke laki-laki yang baru saja datang, dan bertanya kenapa laki-laki itu datang dan menginterupsinya? Laki-laki tersebut langsung membuka penutup wajahnya, dan petugas langsung memberi hormat. Ternyata laki-laki itu adalah kepala pasukan. Kepala pasukan menyuruh petugas tak bertindak seperti ini karena disini banyak mata yang melihat.


Di dalam tenda, In Hae memeriksa kembali bercak merah di tubuh Mi Reu, dan bercak itu sudah merambat. Kini daerah sekitar dada Mi Reu sudah terkena.
Mi Reu yang berbaring dengan girang berkata pada ibunya, kalau dia sudah ga batuk lagi.
In Hae pun mengelus rambut putrinya dan menjawab bagus sekali kalau Mi Reu sudah ga batuk.


Berita tentang Bundang yang dikarantina sudah menyebar sampai ke Seoul. Warga Seoul melihat berita itu di layar televisi yang disediakan di area public.
Berita tersebut mengatakan kalau warga Seoul setuju jika Bundang di karantina, karena warga Seoul takut mereka terinfeksi.


Para staf pemerintah dna dokter yang sudah ada di Seoul, juga menonton berita itu. Proffesor Yang berkata kalau warga Seoul ga tahu kerugian yang timbul karena penyakit ini dan hanya mempedulikan diri sendiri. PM menjawab kalau itu adalah wajar, manusia memang seperti itu.
Walikota yang memang pada dasarnya sangat angkuh berkata pada Prof. Yang kalaupun Prof. Yang memberikan uang, maka unag itu ga akan berguna saat ini.


Di lain tempat, kepala pasukan sedang bersama timnya, dan Ji Goo berada tak jauh dari lokasi itu. Dia melihat kearah kepala pasukan dan bergumam kalau dia sepertinya kenal dengan kepala pasukan itu. wajahnya tak asing. Jin Ye ada bersama Ji Goo, dan mendengar Ji Goo berkata kalau nama kepala pasukan itu adalah Jun Gook Hwan, komandan di Qingnan tahun 2009.

Ji Goo yang dari tadi rebahan langsung bangun dan berkata kalau saat itu dua anggota mereka meninggal dunia. Tiba-tiba Gook Hwan berkata pada Ji Goo dan Jin Yee, dan mengabarkan kalau semua anggota regu penyelamat Bundang terinfeksi. Tentu saja berita itu membuat Jin Ye dan Ji Goo kaget.

Gook Hwan mendekat dan Ji Goo bertanya apa Gook Hwan sudah melihat sendiri jika semua anggota regu penyelamat Bundang terinfeksi? Gook Hwan duduk disamping Ji Goo, dan berkata dalam situasi seperti ini memang ga ada yang pasti. Jika setelah 48 jam Ji Goo dan Jin Ye tak terinfeksi, maka dia akan menugaskan Ji Goo dan Ji Ye lagi. Apa Ji Goo dan Jin Ye setuju?

Ji Goo terlihat sedikit tak suka dengan kepala pasukan ini, sehingga dia menjawab kalau dia dan Jin Ye masih punya waktu 48 jam untuk memastikan semua secara akurat. Ji Goo bahkan menekankan kata akurat di depan Gook Hwan, agar Gook Hwan tahu dia ga suka dengan kalimat Gook Hwan yang mengatakan seluruh regu penyelamat Bundang terinfeksi, padahal Gook Hwan ga tahu seperti apa kebenarannya.


Gook Hwan keluar dan bertemu timnya, tim Gook Hwan berkata kalau dia akan memindahkan semua tim ke area aman. Sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan Gook Hwan dan tim lainnya.


Jin Ye membawakan makanan untuk Ji Goo yang ada di dalam tenda, dia memberitahu Ji Goo kalau mendapatkan makanan saat ini sangat sulit. Hanya karena mereka pegawai pemerintah, jadi mereka gampang mendapatkannya. Ternyata tenda Ji Goo bersebelahan dengan tenda In Hae. Jin Ye mengabarkan kalau tersiar berita baru bahwa semua yang terinfeksi akan langsung dibunuh. Tidak ada yang namanya disembuhkan. Itu semua bohong.
In Hae mendengar itu dan tentu sangat cemas. Dia takut Mi Reu ketahuan.

Ji Goo berkata kalau itu ga msuk akal. Jin Ye menjawab ini semua yang dikatakan Gook Hwan, dan sepertinya apa yang dibilang Gook Hwan adalah benar. Ji Goo pun menyuruh Jin Ye untuk tak dekat-dekat dengan Gook Hwan, karena bisa-bisa Jin Ye jadi bawahannya Gook Hwan.

Jin Ye kembali berkata kalau mereka semua bahkan belum disediakan air seharian ini, bukankah itu pertanda bahwa pemerintah menginginkan mereka mati kelaparan sama dengan yang terinfeksi?

Tiba-tiba Ji Goo mendorong mi instan miliknya ke dalam tenda In Hae, dan menyuruh In Hae makan walau sedikit saja.
In Hae menjawab kalau dia lagi ga selera makan, lagipula bagaimana caranya dia makan? Dia kan memakai masker.


Saat itu, Mi Reu sedang tertidur dan tiba-tiba mengeluarkan tangannya dari balik selimut lalu menggaruk tangannya, membuat Ji Goo akhirnya melihat bercak merah yang ada di tangan Mi Reu. Ji Goo jelas kaget, dan In Hae yang mengetahui tatapan Ji Goo berada di tangan putrinya, langsung menutup tangan Mi Reu, membuat Ji Goo semakin curiga.
In Hae langsung memperingatkan Ji Goo, agar Ji Goo ppura-pura tak pernah melihat hal tadi. Ji Goo hanya menatap Mi Reu dalam diam.


Mereka memutuskan bicara di luar tenda, disana Ji Goo membujuk In Hae agar mau mengirim Mi Reu ke area infeksi, karena disana pasti Mi Reu diobati. In Hae menolak dengan alasan dia tak ingin terpisan dari MI Reu. Ji Goo menjelaskan kalau In Hae bersikeras menahan Mi Reu disini, bukankah itu semakin memperburuk kondisi Mi Reu?

In Hae yang kalut menjawab kalau dia dan Mi Reu sama sekali tak melakukan kontak dengan orang lain. Jadi dia pastikan orang-orang ga akan terkena. Dialah yang akan merawat Mi Reu.

“Bagaimana bisa kau begitu egois, In Hae? Kau bahkan bukan dokter disini?”

In Hae menjawab kalau tidak ada obat untuk penyakit ini. Ji Goo menjawab itu ga mungkin, semua orang yang terinfeksi di tempat ini sedang mendapat perawatan. In Hae yakin saja.
In Hae kesal, dia melepas maskernya dan berkata pada Ji Goo, kalau dia ini dokter, dan dia lebih tahu tentang situasi saat ini dibanding siapapun.

“Jadi, maksudmu yang dikatakan pemerintah adalah bohong?” tanya Ji Goo tak percaya

In Hae hanya berkata kalau apa yang dikatakan teman Ji Goo di tenda tadi adalah benar, semua yang terinfeksi bukan akan disembuhkan di tempat ini, tapi akan dibunuh. Ji Goo masih merasa ini ga masuk akal, apa jika mereka berdua atau semua yang di area non infeksi ini terkena, maka semua juga akan dibunuh.

In Hae hampir menangis, dia sendiri sangat kalut. Dia hanya bisa berkata kalau dia ingin bersama Mi Reu. Dia harus disisi Mi Reu.
Ji Goo tak tahan melihat tangis In Hae dan meminta maaf karena ini semua adalah karenanya. In Hae menjawab kalau ini bukan salah Ji Goo. In Hae semakin terisak, dan menjelaskan kalau dialah yang salah. Sebagai ibu, dia tak bisa menjaga putrinya dengan baik.

Air mata In Hae semakin tak terbendung, dia bahkan tak mampu menopang tubuhnya untuk tetap berdiri, dan Ji Goo ikut sedih melihat In Hae menangis. Dia merasa tak bisa membuat In Hae merasa lebih baik dan itu membuat hatinya ikut merasa sakit.


Di lokasi karantina terdengar suara tembakan, dan sebuah pengumuman memberitahu semua pengungsi kalau tembakan itu dilakukan untuk membunuh burung-burung yang ada di Bundang. Ini sebagai upaya pencegahan terhadap penyebaran virus.


Pengungsi harus mengantri agar bisa mendapatkan jatah makanan, dan tentu semua tak sabar untuk mengisi perut mereka. Ji Goo tentu tak perlu mengantri karena Jin Ye langsung memberi jatah makanan untuk Ji Goo, lalu tepat saat itu In Hae melintas dengan membawa kotak makanannya. Jin Ye langsung menyenggol Ji Goo, dan berkata kalau disaat seperti Ji Goo masih saja memikirkan cinta.

Ji Goo mengelak dan menjawab kalau ini bukan seperti yang Jin Ye bayangkan. Jin Ye berkata kalau Ji Goo bisa membohongi orang lain, tapi Ji Goo ga bisa membohonginya.
Dia tahu Ji Goo jatuh cinta pada In Hae.
Ji Goo kesal, dia kemudian berkata pada Jin Ye, kalau dia sedang tak ingin bercanda.


Ini adalah area dimana orang-orang terinfeksi di tempatkan. Di area parkir sebuah pusat kebugaran. Petugas dengan alat pengecek suhu tubuh sedang memeriksa orang-orang yang terinfeksi dan mendapati Moon Sai. Salah satu petugas bertanya heran pada rekannya, kenapa bisa pemuda ini (Moon Sai) ditempatkan di area infeksi, padahal suhu tubuh normal.
Rekannya menjawab agar mereka tak usah memusingkan hal tersebut, karena nyatanya pemuda ini ditarus di area infeksi.


Di luar tenda, petugas yang melihat wajah Moon Sai, berkata sepertinya pemuda ini adalah pemuda yang sedang dicari pemerintah dan juga tim medis. Ketika staf yang di dalam tenda membuka masker Moon Sai, petugas yang diluar membenarkan jika memang Moon Sai lah yang dicari.

Saat wajah Moon Sai disinari dan Moon Sai melihat keluar tenda, dia terkejut begitu melihat Byung Ki yang menatap marah padanya. Moon Sai pun langsung memalingkan wajahnya, karena takut.


Salah satu staf medis mendatangi In Hae, dan mengabarkan In Hae kalau pemuda yang selamat dari truk container sudah ditemukan. In Hae jelas senang karena pemuda itu bisa dijadikan antibody dan tentu bisa menyelamatkan Mi Reu nya.


In Hae langsung menitipkan Mi Reu pada Ji Goo, karena hanya Ji Goo yang bisa dia percaya di tempat ini. In Hae dengan sumringah memberitahu Ji Goo, jika tim medis berhasil membuat antibody maka orang-orang yang terinfeksi bisa diselamatkan. Ji Goo juga senang mendengar kabar gembira ini.

Mi Reu tiba-tiba memegang tangan ibunya erat, tanda dia tak ingin ditinggal In Hae. Kondisi Mi Reu semakin melemah. Bercak merah tak hanya di tubuhnya saja, tapi sudah merambat ke wajahnya. Dia berkata dengan nada lemah kenapa ibunya meninggalkan dia? Padahal ibu bilang, ibu akan terus bersamanya.

In Hae menjawab kalau dia akan segera kembali. Mi Reu ga percaya dan menyebut ibunya bohong. In Hae berkata kalau ini semua dia lakukan untuk Mi Reu. Mi Reu memalingkan wajah, tanda dia tak mau mendengar alasan ibunya.

“Jangan bohong, aku tahu ibu bohong.”

Ji Goo kemudian mengeluarkan Handy Talkynya dan memberitahu Mi Reu cara menggunakan alat ini, jadi dimanapun ibu berada Mi Reu akan bisa memanggil ibu. Mi Reu pun akhirnya mau ditinggal In Hae, dia menggenggam alat itu dengan erat.


(sedih aku…)

Tim medis langsung memeriksa Moon Sai, terlebih sudah dua minggu lebih Moon Sai terinfeksi, namun Moon Sai masih sehat. Ternyata mereka melakukan video call dengan Prof. Yang dan Prof. Yang bertanya apa benar bisa dijadikan antibody? Staf medis menjawab sepertinya begitu, mereka akan mencobanya untuk melihat seperti apa hasil akhir nanti.

In Hae tiba-tiba bertanya jika serumnya dipisah, apa bisa langsung digunakan untuk mengobati pasien yang terinfeksi untuk melihat reaksi antobodi ini?
Bukan Prof. Yang menjawab tapi seorang tim medis dari amerika yang langsung berkata tidak bisa. Mereka harus menunggu hasil tes dulu sampai dinyatakan jika serum bisa digunakan sebagai antibodi.

Salah satu staf bertanya apa In Hae akan nekat melakukannya? Jika serum itu belum bisa dipastikan dan disuntik ke tubuh orang yang terinfeksi malah akan membuat semakin berbahaya. Bisa berakibat fatal. In Hae hanya berkata maaf.


Di barak non infeksi, terlihat Ji Goo memutarkan acara kartun di ponselnya untuk peneman Mi Reu tidur. Ji Goo terlihat sangat menyayangi Mi Reu, dia membelai lembut rambut Mi Reu. Mi Reu terbatuk lagi.


Tiba-tiba In Hae datang dan menengok Mi Reu. Dia membuka masker Mi Reu, lalu terlihatlah seluruh wajah Mi Reu sudah dipenuhi bercak merah.
In Hae tak menjawab, dia hanya langsung menggendong Mi Reu di punggungnya dan membungkus tubuh Mi Reu dengan selimut.

Tiba-tiba petugas datang dan bertanya, dimana nomer 2966. Langkah In Hae terhenti begitu mendengar panggilan itu, dia tahu 2966 adalah nomer Kim Mi Reu, putrinya. In Hae pun cemas.

Petugas yang melihat In Hae dan Ji Goo, menyuruh In Hae serta Ji Goo berhenti. Petugas berkata kalau 2966 sudah terinfeksi. Ji Goo menjawab kalau 2966 adalah nomer ID nya. Petugas meminta agar kartu ID ditunjukkan untuk mengkonfirmasi apa benar Ji Goo pemilik kartu ID dengan nomer 2966.

Ji Goo bingung, tapi kemudian dia meminta In Hae memberikan karti ID nya. In Hae menatap tak percaya pada Ji Goo, karena Ji Goo mau berkorban untuknya.
Melihat In Hae hanya diam, dia langsung mengambil kartu ID itu di balik tangan In Hae, dan langsung menunjukkannya pada petugas.

Jin Ye mendekat begitu tahu sahabatnya akan dibawa ke area infeksi. Dia berbisik pada Ji Goo, bagaimana bisa Ji Goo nomer 2966? Ji Goo takut petugas mendengar sehingga dia menjawab kalau nomer ID nya memang 2966.
In Hae hanya mampu melihat Ji Goo, dia kemudian terus melangkah pergi. Dia tahu dia salah, tapi dia harus menyelamatkan Mi Reu.


Ji Goo sampai juga di area karantina untuk orang terinfeksi. Dia menatap sedih dengan semua yang terlihat lemah tergeletak. Seolah memang tak ada yang memperhatikan orang-orang ini. Ji Goo langsung di kurung, dan tak bisa menolak.


Sementara di kurungan lainnya, Byung Ki sudah terlihat lemas. Petugs akan membawa Byung Ki ke tempat karantina kedua. Tapi, tiba-tiba Byung Ki mengamuk. Petugas langsung menghalangi Byung Ki yang berniat kabur. Tapi Byung Ki langsung menyentakkan tangan si petugas, membuat petugas itu terjatuh dan mengenai darah bekas para orang yang terinfeksi.

Petugas terkejut, karena saat dia jatuh, pelindung wajahnya terbuka. Tentu saja dia tahu dia akan segera terinfeksi, tapi dia langsung menutup kembali wajahnya dengan pelindung agar tak ada yang tahu. Dia takut sekali.


Bersambung ke part 4

KOMENTAR :

Apa yang terjadi dengan Mi Reu? Apakah Mi Reu bisa selamat? Bagaimana pemerintah bersikap?
Terlepas dari semua, aku heran sama Ji Goo. Dia kuat banget yang. Perasaanku dia ga pake masker tapi dia ga terinfeksi.
Ingat saat Ji Goo menyelamatkan wanita yang pingsan di escalator? Wanita itu kan muntah darah, tepat di depan Ji Goo dan Ji Goo ga memakai masker. Ji Goo tetap sehat wal afiat.
waktu Mi Reu batuk pas makan di foodcourt dan ditemani Ji Goo, Ji Goo juga belum pakai masker, dan Ji Goo tetap sehat. Aneh juga.

Tapi, ya sudahlah. Aku mencoba melupakan tentang itu, dan mencari alasan paling realistis kenapa Ji Goo tetap sehat. Hahaha.

Drama ini akan aku bagi mungkin kalau ga sampai part 5 ya 6. Semoga tetep sabar yaa my beloved readers. Hihihi

1 comment:

  1. Aigoo...seru bikin tegang...#miris campur aduk rasane...tenkyu udh d post lagi...d tggu lanjutanx ya author....


    Q pikir trlupakan,trnyta lnjuuuuttt....heheheeeee

    ReplyDelete

Terimakasih untuk yang mau berkunjung dan memberikan
komentar di blogku ini ya,
walau aku jarang membalas tapi aku membaca semua komentar kok,
dan sangat senang.^^