Ma Yi Cha
menjelaskan pada ayahnya kalau Tae Baek ingin terlihat seperti tunwisma, makanya dia meninggalkan semua pakaiannya di sini dan menggantinya dnegan pakaian yang terlihat kumal dan lusuh.
Part 3
Dan inilah penampilan Tae Baek yang sudah berada di tempat para tunawisma berkumpul. Tae Baek mendekati perkumpulan salah satu tunawisma.
Salah seorang laki-laki tua bertanya dengan sedikit kasar pada Tae Baek. Apa maksudnya Tae Baek tiba-tiba datang ke tempatnya?
Tae Baek pun menyebutkan namanya. Sang bapak makin bingung. Ditanya apa Tae Baek seorang tunawisma juga? Tae Baek menyangkalnya dan berkata kalau dia harus tinggal di tempat ini mulai hari ini. Bapak itu menyuruh Tae Baek untuk pergi saja, tapi Tae Baek bilang kalau dia harus jadi tunawisma selama seminggu.
Bapak itu kesal dan bertanya apa maksud Tae Baek?
Tae Baek meminta maaf dan mengulangi lagi keinginannya untuk menjadi tunawisma seminggu saja.
Bapak itu berkata apa menurut Tae Baek menjadi tunawisma itu seperti paket tur jalan-jalan 6 malam 7 hari?
Bapak itupun menyuruh teman-temannya untuk mengusir Tae Baek yang dirasa mengganggu, dan periuntah itupun dipatuhui oleh tunawisma lainnya.
Tae Baek berteriak dan meminta dilepaskan. Tae Baek pun berhasil melepaskan dirinya dan menunduk hormat pada bapak itu, dia berkata akan memanggil bapak itu dengan sebutan Bos. Bapak itu kesal dan mengarahkan ujung payungnya pada pipi Tae Baek. Bapak itu bertanya apa Tae Baek ingin mati?
Tae Baek tanpa takut berkata dan memanggil bapak itu dengan sebutan Bos.
Tae Baek pun akhirnya menceritakan keinginannya untuk membuat iklan tentang tunawisma, makanya dia harus bisa merasakan dulu menjadi tunawisma, agar iklannya benar-benar hidup, dan proyeknya kali ini sukses.
Bapak itu heran dan berkata kalau organ vital Tae Baek bisa rusak kalau harus berada di luar dengan cuaca dingin seperti saat ini. Tae Baek lagi-lagi beralasan kalau dia perlu mendapatkan ide, jadi dia tidak peduli dengan cuaca atau lainnya. Dia meminta dengan sopan agar bapak itu dan lainnya mau membantu dia. Karena dia berjanji tidak akan membuat keributan ditempat ini.
Tiba-tiba sang bapak bercerita kalau ada pengiklan bernama Baek yang juga pernah datang kesini sekali, dan banyak yang bilang kalau orang itu adalah pengiklan yang terkenal, siapa tahu orang itu bisa membantu Tae Baek. Lalu muncullah orang yang disebut si bapak. Tae Baek menunjuk kearah yang ditunjukkan bapak itu, dan mukanya berubah ekspresi, terkejut.
Ternyata pengiklan terkenal yang disebut oleh bapak-bapak tunawisma itu adalah mantan bos Tae Baek. Bos yang melarikan diri karena terlilit hutang.
Mereka sama-sama terkejut, dan Tae Baek langsung menghampiri si mantan bos.
Mantan bos bercerita kalau anaknya Yoo Chan tinggal bersama orang tuanya. Tae Baek tidak percaya dengan smeua yang terjadi pada mantan bosnya itu. Mantan Bos bercerita kalau dia saat itu ditiupu sehingga kehilangan semua kekayaannya.
Tae Baek ikut merasa prihatin, tapi seharusnya mantan bos tidak ada di tempat seperti ini.
Mantan bos beralasan kalau dia tidak sanggup menghadapi anaknya sendiri. Jadi lebih baik dia menghilang sementara seperti saat ini.
Bos tunawisma yang tadi dipanggil Tae Baek berkata kalau sejak jaman IMF, setelah populasi tunawisma meningkat, ada begitu banyak rekening Koran, kartu kredit dan masalah hipotek, bagaimanapun, mengingat perhatian Tae Baek yang begitu besar pada tunawisma, rasanya mustahil kalau Tae Baek bisa meningkatkan 2 juta won menjadi 200 juta won.
Tae Baek memandang sang Bos tunawisma tadi dan Bos tunawisma itu melanjutkan kalau keadaan seperti sekarang ini, semua orang sedang mengalami masa-masa sulit, jadi intinya siapa yang membantu siapa?
Tae Baek berjalan bersama mantan bosnya untuk mencari tempat tidur malam ini. Saat sedang berjalan itulah, ada sebuah tangan renta yang memegang lengan Tae Baek, dia berkata “Akhirnya kau datang juga Young Sik”
Tae Baek tentu kaget dan melihat kesumber suara, seorang laki-laki yang sudah tua renta, memanggil nama Young Sik. Tae Baek hanya diam, tanpa menarik tangannya, dan sang bos menjelaskan pada kakek itu, kalau pria ini bukan Young Sik. Bukan anak sang kakek.
Sang kakek kemudian memandang wajah Tae Baek dengan seksama dan bergumam “Dia bukan Young Sik”
Mantan bos Tae Baek berjanji akan memberitahu kakek itu kalau Young Sik tiba nanti.
Tae Baek diam, seolah terpana dengan kejadian barusan. Dia hanya mengikuti saja langkah kaki mantan bosnya yang terus berjalan kedepan. Tae Baek masih melihat kearah sang kakek, dan bertanya pada mantan bosnya siapa kakek itu?
Mantan bos Tae Baek menjelaskan kalau kakek itu seorang sesepuh yang miskin, anaknya membuang dia dan pindah begitu saja. Kakek itu tidak mampu bergerak bebas karena terkena rematik, dan juga demensia.
Mantan bos Tae Baek menunjukkan tempat dimana mereka berdua akan tidur, dan Tae Baek heran lalu bertanya apa bosnya pernah tidur disini?
Sang mantan bos menjawab kalau memang pada awalnya sulit, tapi lama-lama juga akan biasa kok. Mantan bos Tae Baek menyerahkan selembar Koran pada Tae Baek dan menjelaskan kalau disini Koran adalah selimut.
Tae Baek menerimanya dengan heran, dan bertanya apa benar-benar hangat hanya memakai ini? Mantan bos menjawab tentu saja, untuk tunawisma Koran berfungsi dengan baik sebagai selimut.
Tanpa pikir panjang Tae Baek langsung berjalan kearah kakek renta tadi, dia membentangkan korannya dan menyelimuti sang kakek dengan Koran itu.
Saat kembali ke tempat mantan bosnya tadi, si mantan bos mengomeli Tae Baek dan berkata kalau sekarang ini sulit cari Koran yang masih bersih, karena semua biasanya di daur ulang.
Tae Baek hanya tersenyum dan menjawab, kalau dia hanya teringat neneknya. Lagipula dia masih muda, jadi tubuhnya masih kuat menahan dingin.
Sang mantan bos berkata jangan menyalahkannya kalau Tae Baek kena stroke nantinya.
Merekapun merebahkan tubuhnya diatas hamparan kardus, dan tae Baek menyelipkan kedua tangannya dibalik ketiak, untuk menciptakan rasa hangat walau di mulutnya bener-bener mengeluarkan uap, karena cuaca memang sangat dingin saat ini.
Tae Baek membuka matanya,dia tidak jadi tidur dan merubah pisisnya menjadi duduk. Dia kembali menoleh memandang sang kakek renta. Seolah penuh tekad, Tae Baek berjanji akan berusaha yang terbaik untu semua tunawisma itu.
Sementara itu di lain tempat, Ah Ri sedang ada di Bar menemani seorang pria minum-minum. Dia terlihat memakai pakaiaan yang seksi. Sepertinya laki-laki itu adalah orang BK grup. Ah Ri bertanya bagaimana suasana BK grup saat ini? Laki-laki itu menjawab, kalau kerja untuk gaji dimana-mana ya sama saja. Laki-laki itu kemudian mengarahkan pandangannya pada dada Ah Ri, yang saat itu memakai pakaian sangat seksi. Ah Ri tentu tahu sang pria tergoda dengan penampilannya, diapun tersenyum manis melihat mata sang lelaki tertuju pada tubuhnya.
Laki-laki itu kemudian bertanya apa mereka perlu memesan minuman terlebih dahulu? Ah Ri menjawab kalau dia sudah memesan Martini untuk laki-laki itu. Si lelaki bertanya lalu Ah Ri sendiri apa yang dipesannya? Ah Ri tersenyum dan menjawab kalau dia sudah berhenti minum-minuman alcohol seperti itu, apalagi saat menyangkut dengan pekerjaan.
Sang lelaki sepertinya tahu maksud Ah Ri mengajaknya bertemu, dan bertanya haruskah mereka membicarakan bisnis saat ini? Apa sebenarnya yang ingin Ah Ri ketahui?
Dengan mantap Ah Ri menjawab “Semuanya yang menyangkut Grup BK. Termasuk keluarga presiden Baek.”
Di ruang kerjanya Addie sedang membaca informasi dikoran tentang Grup BK. Addie juga terngiag dengan informasi yang Ah Ri dapatkan bahwa Grup BK saat ini ternyata sedang mencoba memindahkan kantor pusat ke tempat yang baru. Tetapi masalah muncul sehingga mereka memutuskan berhenti.
Addie menempelkan setiap artikel Grup BK di tempat yang sudah dia siapkan, sambil dia terus mengingat semua informasi yang didapatkan oleh Ah Ri.
Masalah kepindahan kantor pusat Grup BK datang dari perusahan menengah yang ada di area itu. Perusahaan itu adalah Perusahaan Termos Bak Nyeon atau Termos Seratus Tahun. Presdir perusahaan itu tidak berkedip sedikitpun dengan tawaran manis yang diberikan Grup BK.
Addie kemudian menempel gambar Presdir Nam pemilik perusahaan termos itu. Addie terus mengingat yang Ah Ri katakana Kalau Addie ingin memenangkan iklan dari Grup BK, maka Addie harus bisa memenangkan kepercayaan presiden Baek dulu. Untuk itu Addie harus fokus pada perusahaan termos Bok Nyeon itu dulu.
Keesokan paginya..
Baek Ji Yoon menemui Addie di ruang kerjanya, dia sedikit gugup saat memberitahu kalau dia tidak bisa mendekati putri bungsu Presiden Baek untuk mengetahui bagaimana dan seperti apa si Presdien Baek itu. Dan rasanya putri bungsu Presiden Baek, tidak akan begitu membantu untuk informasi itu. Ji Yoon juga menjelaskan kalau menurut kabar yang dia dengar Putri bungsu Presiden Baek itu tidak akur dengan sang ayah.
Ji Yoon bertanya kenapa Addie harus mencari tahu tentang presiden Baek melalui putrinya, bukan yang lain? Addie menjawab, kalau bukankah keluargalah yang tahu seperti apa karakter dan semua tentang Presiden Baek. Dan jujur dia juga penasaran secara pribadi tentang putri bungsu Presiden Baek itu..
Ji Yoon sedikit gugup dan bertanya penasaran tentang apa?
Addie menjawab dia penasaran karena Ji Hyun (Putri bungsu presiden Baek) mengambil kuliah tentang periklanan. Menurut Presiden Baek itu bertentangan dengannya. Untuk putri dari keluarga kaya, mengambil keputusan seperti itu tentu tidaklah mudah. Dan Addie berkata dia merasa tertarik tentang nona Ji Hyun ini. Addie pun mempersilakan Ji Yoon pergi.
Addie dan Ah Ri sedang membahas tentang Grup BK dan Termos seratus tahun itu. Di kantor Addie sudah terpasang beberapa kliping yang dia tempelkan terkait kedua perusahaan itu. Ah Ri menjelaskan kalau Grup BK ingin memperluas jaringan mereka dimana-mana.
Addie bertanya bagaimana dengan perusahaan termos itu?
Ah Ri membuka catatannya dan terlihat grafik kalau perusahaan Termos itu lah yang mampu melampaui Hometech BK yang juga di bidang termos. Addie bertanya apa perbandingannya cukup besar?
Ah Ri dengan masih melihat catatan yang dibawanya menjawab, kalau termos Bok Nyeon mempunyai banyak hak paten di teknologi termos. Dengan banyak investasi untuk pengembangan teknologi termosnya.
Addie berkata kalau speertinya memang sulit. Ah Ri pun mengiyakan apalagi Hometech BK sudah banyak kehilangan dana karena kehilangan pembeli.
Addie malangkah mendekati Ah Ri dan berkata kalau inilah saatnya mereka menggunakan kekuatan iklan agar Hometech BK bisa mengalahkan perusahan termos seratus tahun itu. Addie juga beranggapan kalau Presdir Baek pasti akan menyetujui usulan ini.
Pagi harinya, Tae Baek sudah mengantri jatah makan di tempat makan gratis para tunawisma. Dia terlihat senang dan meminta agar sup nya ditambah lagi. Ternyata Tae Baek mengambil makanan itu bukan untuknya, tapi untuk sang kakek renta. (Aku tersentuh..sumpah..^^)
Sang kakek mengucapkan terima kasih pada Tae Baek. Bahkan anaknya Young Sik tidak seperti itu memperlakukannya.
Tae Baek masih dengan tugasnya berpura-pura menjadi tunawisma, dia sudah berada di pinggir jalan yang ramai, dengan selimut untuk menghangatkan tubuhnya, dan sebuah kotak kaleng, untuk orang-orang yang lewat dan mau memberinya recehan. Yup, Tae Baek mencoba menjadi pengemis.
Tapi orang hanya melihatnya dia acuh. Tidak ada uang yang dikeluarkan para pejalan kaki itu.
Hari semakin siang, tapi masih belum ada yang memberinya uang. Kotaknya masih kosong.
Lalu tiba-tiba ada dua orang gadis yang memberinya recehan. Tae Baek melihat jumlahnya, setelah itu, dia bangkit dan pergi.
Ternyata Tae Baek pergi ke tempat barang-barang bekas dijual. Dengan uang tadi dia membeli sepasang kaus kaki.
Tae Baek berkali-kali mengucapkan terima kasih pada penjual itu.
Tae Baek kembali ke gedung dimana para tunawisma itu bermalam. Dia segera ke tempat kakek renta, dan memasangkan kaus kaki yang baru dibelinya tadi.
Sang kakek yang sedang tertidur, bangun dan melihat Tae Baek. Tae Baek hanya tersenyum dengan tetap memasangkan kaus kaki pada kaki sang kakek.. (Cengengku kumat deh…)
Si kakek renta bangun dan mengucapkan terima kasih pada Tae Baek. Tae Baek hanya tersenyum dan berharap semoga kaus kaki ini bisa cukup membuat hangat sang kakek.
Tae Baek juga mulai menanyai para tunawisma itu satu-satu tentang apa yang mereka butuhkan. Ada laki-laki tua yang menjawab kalau dia butuh tidur. Tae Baek pun mencatat di buku kecilnya. Ada yang menjawab butuh kursi.
Tae Baek bahkan ikut minum bersama mereka.
Tiba-tiba nongollah kepala Bos Ma, dan dia tersenyum melihat apa yang Tae Baek lakukan. Tae Baek begitu gigih berusaha untuk ini.
Masih dengan kegiatan rutinnya menjadi tunawisma, Tae Baek kembali memerankan seorang pengemis, yang menunggu belas kasihan para pejalan kaki itu. Tae Baek kali ini hanya menunduk saja, sambil mendekap selimutnya erat..mungkin agar terasa hangat. Lalu lewatlah seorang laki-laki, yang mengisi kotak tae Baek dengan uang kertas. Berapa jumlahnya, jangan tanya saya ya..^^
Tanpa berkata apa-apa, laki-laki dermawan itu pergi, dan Tae Baek langsung mengambil uang kertas itu, dan melihatnya. Ada sesuatu yang tertulis disana. Tae Baek membacanya “Hati konsumen seperti gunung es, mereka hanya bisa meleleh saat hati mereka tersentuh.”
Tae Baek langsung menoleh kearah dermawan yang memberinya uang 1000 won dengan menyisipi kalimat super di dalamnya.
Ternyata terlihat sosok Ma Jing ga..
Walau tidak terlihat dari depan, tapi itu jelas Ma Jing Ga.
Tae Baek masih terus memandangi uang itu. Dia serius sekali melihatnya. Bahkan ada yang menggoyang-goyangkan plastik di depannya Tae baek tetap ga sadar. Dia masih sibuk memandangi uang itu. Saat Tae Baek sudah sadar dia melihat ternyata Ji Yoon yang datang. Ji Yoon memandang heran pada Tae Baek.
Tae Baek bertanya bagaimana bisa Ji Yoon tahu dia ada ditempat ini.? Ji Yoon menjawab kalau dia tadi menelpon GRC, dan mereka bilang kalau Tae Baek ada disini.
Ji Yoon jongkok di depan Tae Baek dan berkata kalau Tae Baek bahkan ga mengangkat telponnya. Tae Baek menjawab apa ada tunawisma yang bawa ponsel?
Tae Baek langsung melihat bawaan Ji Yoon, dan berseru senang karena isinya adalah roti. Ji Yoon nmenatap heran dan tersenyum lalu berkata kalau Tae Baek benar-benar seperti tunawisma.
Saat Tae Baek mengambil satu roti dan berniat memakannya, dia teringat sesuatu.
Tanpa pikir panjang Tae Baek bangkit dan berniat pergi, Ji Yoon pun berseru dan bertanya Tae Baek mau kemana? Tae Baek menoleh dan menyuruh Ji Yoon agar jangan berisik, sambil menempelkan telunjuknya di bibir, tanda agar Ji Yoon diam.
Tae baek mendekatiu si kakek renta yang terlihat sedang tertidur pulas, dia menaruh roti itu di samping sang kakek. Tae Baek memandangnya sedih, dan Ji Yoon yang dari jau juga melihat ikut merasa sedih.
Tae Baek kembali ke tempatnya, dan Ji Yoon berkata kalau kakek itu terlihat sangat tua, pasti sulit baginya melewati ini. Tae Baek menjawab dengan masih memandang sang kakek, kalau kakek itu selalu mengingatkannya pada neneknya.
Ji Yoon bertanya berapa lama Tae Baek akan seperti ini? Lalu bagaimana dengan pekerjaan Tae Baek?
Tae Baek menjawab kalau dia berniat melakukannya sampai besok.
Ji Yoon bertanya apa Tae baek melakukan ini untuk mendapatkan ide? Tae Baek menjawab “dari semua indera, menurutku sentuhan memiliki sesuatu yang lebih berkembang.”
Tae Baek mencontohkan, kalau perlu dipukul supaya mengerti, ya dipukul saja. Dan Ji Yoon langsung mendaratkan jitakannya pada kepala Tae Baek.
Tae baek mengaduh sambil memegang kepalanya, dan bertanya kenapa Ji Yoon memukulnya?
Ji Yoon dengan santai menjawab, kalau sebenarnya setiap dia melihat Tae Baek, dia selalu berniat memukul Tae Baek.
Tae Baek langsung mengejek Ji Yoon yang nakal menurutnya.
Ji Yoon tidak peduli dan berkata kenapa Tae Baek harus melakukan hal yang mustahil nantinya. Bagaimana bisa 200 juta won dalam seminggu? Apa Tae Baek bercanda?
“kau tahu, aku orang yang sederhana dan bodoh. Mulai sekarang aku ingin menghemat waktu. Tepat waktu agar sesuai dengan rencana.”
Ji Yoon gantian ngejek si Tae baek dengan berkata kalau yang jadi pacarnya Tae baek nanti pasti bener-bener gila karena tingkah laku Tae baek.
Tae Baek hanya tertawa dan kemudian memandang Ji Yoon dengan serius. Entahlah apa dia sudah mulai menyukai Ji Yoon atau belum?
Ji Yoon yang dipandangi terus jadi risih lalu bertanya kenapa?
Tae Baek menggeleng dan berkata tidak apa-apa dan dia melanjutkan kalimatnya dengan nada serius“Karena aku memiliki waktu ditanganku..aku sudah memikirkan hal itu dengan hati-hati.”
Ji Yoon yang bingung bertanya tentang apa memangnya?
Tae Baek bertanya kenapa Ji Yoon selalu membantunya? Apa Ji Yoon tertarik padanya (Kepedean banget lo mase ini..(-__-)
Ji Yoon langsung memasang ekspresi aneh saat mendengar pertanyaan itu keluar dari mulut Tae Baek. Dia langsung berkata kalau urusannya disini sudah selesai, jadi dia akan segera pergi. Tae Baek tersenyum dan menarik tangan Ji Yoon mencegah dia pergi. Tae Baek berkata kalau dia sangat penasaan, jadi dia meminta agar Ji Yoon jujur padanya.
“Masalahnya adalah..bagaimana ya aku harus menjelaskannya..”
Ji Yoon diam sejenak, dan kembali melanjutkan kalimatnya “Saat aku melihatmu..aku seolah sedang berada di kompetisi senam atau kompetisi Cheerleaders. Aku seolah merasa ingin selalu menghiburmu, dengan meneriakkan yel-yel seperti BERGEMBIRALAH..”
Ji Yoon mempraktekkannya dnegan mengepalkan satu tangannya, dan seolah memberi semangat. Haha..
Tae Baek menjawab Jadi seperti itu perasaanmu saat melihatku? Tae Baek jadi meniru gerakan Ji Yoon tadi dan berkata “Ayo menang. Tim kita pasti menang.”
Ji Yoon berkata kalau Tae Baek sampai kalah maka dia yang akan membunuh Tae Baek. Tae baek mengangguk, dan menyuruh Ji Yoon segera pulang, karena tempat ini sangat bau, jangan-jangan nanti melekat ke tubuh Ji Yoon. Sebenarnya dia ingin menemani Ji Yoon menunggu bis, tapi bagaimana dengan penampilannya saat ini. Rasanya tidak mungkin.
Ji Yoon kembali berpesan agar Tae baek mengingat apa yang sudah dia katakan. Saat sudah berdiri dan melangkah, Ji Yoon berbalik, dan kembali memperagakan gerakan seperti cheerleaders tadi, dengan mengepalkan tangannya dan berkata “Bergembiralah timku..!!”
Tae baek terus melambaikan tangannya.
Keesokan paginya, Tae baek yang masih terpejam matanya sambiul tetap menahan dingin. Tiba-tiba terbangun dan melihat ada orang banyak berkerumun di depannya dan berkata “Ini sangat buruk..menyedihkan..”
Tae Baek seolah terkejut, karena itu adalah tempat si kakek renta. Dia segera bangkit dan akan segera menuju ke tempat itu, tapi sang mantan bos tempatnya dulu bekerja melarangnya dan berkata kalau semua tidak ada yang mau melihat, karena kondisinya begitu menyedihkan.
Tae Baek tidak peduli, dia tetap melangkah dan menyeruak ke dalam kerumunan orang-orang itu. Dia terpana menyaksikan tubuh si kakek renta.
Tae Baek terdiam seolah tidak percaya dnegan yang terjadi. Si kakek telah pergi untuk selamanya, padahal roti yang dia berikan bahkan mungkin belum sempat dicicipinya. Dia sangat terpukul sehingga tidak mampe berbuat apapun. Mantan bos Tae Baek mendekat dan berkata kalau cuaca semalam sangat dingin, itu tentu kondisi yang sangat buruk untuk si kakek, sehingga akhirnya dia tidak kuat lagi.
Tae Baek seolah limbung, dan dia melihat kakek itu dalam posisi yang dekat. Tae baek hampir menangis karena tidak mampu menahan perasaannya lagi. (Dan aku juga..)
Dia kemudian menyelipkan uang 1000 won di saku jaket sang kakek. Uang yang diberikan Ma Jing Ga kemarin padanya saat mengemis.
“Kau akan tetap hangat sekarang..Beristirahatlah di tempat yang damai dan hangat”
Kemudian datanglah petugas polisi yang mungkin memang selalu ditugasi jika ada yang meninggal di penampungan tunawisma ini. Mereka mengangkat dan membawa jasad si kakek.
Tae Baek masih terpukul, dia hanya diam memandangi. Air matapun masih menetes di pipinya. Dia meremas dengan geram Koran yang biasanya dipakai kakek untuk menyelimuti tubuhnya. Dia merasa seolah ini tidak adil. Banyak tunawisma yang sudah tua dan tidak pantas berada di tempat seperti dengan cuaca yang sangat dingin. Harusnya mereka berada di kamar yang hangat di kelilingi oleh anak dan cucu mereka.
Kematian kakek itu seolah memberikan spirit baru untuk Tae Baek.
Tae baek berjalan di tengah kota, dengan tidak peduli setiap mata yang tertuju aneh padanya. Dia terus berjalan ke satu tempat. GRC Advertising. Dia harus memenangkan proyek ini, agar para tunawisma bisa sejahtera kehidupannya. Agar tidak ada lagi kakek-kakek tua yang meninggal karena kedinginan. Wajahnya terlihat tenang, namun tekadnya sangat kuat.
Setelah sampai di GRC Ad, Tae baek mengambil kertas dan tidak peduli protes staf disana yang mengatakan dia sangat bau.
Satu-satunya cewek disana yang ternyata bernama Gong Sun Hye (Ah Young), hanya melihat Tae Baek dengan tatapan aneh. Mereka ternyata tidak menyangka kalau yang masuk ke kantor mereka tadi adalah Tae Baek.
Tae baek diam saja, dan hanya terus menggambar. Dia sangat serius, karena ide yang melintas di otaknya.
Bos Ma keluar dan bertanya bau apa ini kok sangat menyengat? Bos Ma lalu mengalihkan pandangannya dan melihat ternayta ada Tae Baek. Bos Ma hanya melihat dalam diam apa yang sedang Tae baek kerjakan, tanpa bertanya atau mendekati.
Setelah selesai dengan sketsanya, Tae Baek berdiri dan mendekati Bos Ma lalu menunjukkan sketsa yang dibuatnya tadi.
Tae Baek bertanya kita bisa kan melakukan ini?
Bos Ma tersenyum melihat hasil sketsa Tae Baek. Dan secara mengejutkan Bos Ma mengeluarkan kettas di balik saku jaketnya. Kertas kontrak dengan Presdir Nam yang ternyata sudah ditandatangai Bos Ma. Bos Ma hanya berkata “Kita akan mati bersama-sama”
Tae Baek yang masih tanpa ekspresi mencoba pergi, tapi kemudian dia kembali lagi dan membungkuk hormat pada Bos Ma sambil mengucapkan terima kasih.
Ji Yoon berniat membeli Koran sebelum ke kantor pagi ini, dia sepertinya sudah mendapat berita dari Tae baek, kalau GRC memasang iklan untuk mendapatkan donator bagi para tunawisma. Ji Yoon mengambil satu Koran yang memang dicarinya, dan langsung membuka halaman tengah, dan dia terkejut saat melihatnya.
Iklan yang dibuat Tae Baek sangat sederhana, hanya gambar selembar selimut yang terlihat hangat, dengan tulisan dipojok bawah “Seseorang akan memakai Koran ini sebagai selimut dimalam hari. Membuat rumah yang hangat untuk tetangga malangmu”
Ji Yoon benar-benar terkesan dengan iklan itu, dan tersenyum karena tahu Tae Baek pasti akan berhasil dengan ini. Kalimat sederhana yang sangat menyentuh.
Tim AE di Geumsan Ad tertawa melihat iklan di Koran pagi ini. Lee Eun Hye mengaku merinding saat membaca dan melihat gambarnya. Semua di kumpulan itu mengaku kalau iklan ini sangat hebat.
Ji Yoon yang mendengar percakapan itu, menoleh dan tersenyum karena iklan Tae Baek memang disukai.
Presdir Baek di dalam mobilnya pun melihat iklan itu saat dia membuka Koran paginya. Ekspresi sang Presdir benar-benar terkejut. Tapi kemudian ada panggilan di ponselnya, Presdir Baek langsung menerima dan dia mendapat informasi kalau Presdir Nam merupakan relawan di penampungan tunawisma setiap akhir pekan. Apakah presdir Baek baik-baik saja jika bertemu di hari itu? Presdir Baek berkata dia baik-baik saja kok. Presdir Baek mengingatkan si penelpon untuk berhati-hati.
Presdir Nam yang sedang diruangannya,memandang ke luar jendela dengan iklan selimut Tae Baek berada diatas meja kerjanya.
Dia memutuskan keluar malam ini, langkah kaki membawanya ke tempat penampungan para tunawisma itu. Disana dia melihat bahwa semua hampir memakai Koran yang berisi iklan selimut Tae Baek. Presdir Nam terpana melihatnya. Dia mendekati seorang pria yang tertidur, danm mebetulkan letak Koran yang jatuh sehingga kembali menutupi tubuhnya. Dan dia kembali membaca tulisan di pojok bawah iklan itu.
Presdir Nam menyunggingkan sedikit senyumnya setelah membaca kata-kata itu, yang memang benar pada kenyataannya.
Tae Baek dan Bos Ma menunggu hasil dari iklan itu dengan harap-harap cemas. Apakah mereka akan menang atau kalah dalam proyek ini. Bos Ma adalah yang mungkin marasa khawatir, karena kalau mereka kalah maka sama saja dia bangkrut. Bos Ma menunggu dengan cemas pembicaraan Tae baek di telepon dengan orang yang menangani jumlah dana yang diterima. Dan saat Tae Baek menutup teleponnya Bos Ma bertanya sudah berapa banyak yan terkumpul? Tae Baek memasang wajah sedih, dan menjawab sedikit kurang dari 100 juta. Semua staf ikut merasakan lemas di sekujur tubuhnya, berarti mereka sebentar lagi akan tidak memiliki penghasilan.
Tae Baek masih menenangkan Bos Ma, tapi Bos Ma hanya berkata “aku akan gila” sambil menggaruk-garuk kepalanya yang menurutku sangat lucu.
Hassan bangkit berdiri dan bertanya apa kita akan bangkrut? Bos Ma menoleh menatap Hassan dan bertanya apa maksudmu? Hassan tanpa menjelaskan langsung meminta bayarannya sebelum Bos Ma bangkrut (Haha..ini orang..ga tahu Bos Ma panik gitu yak..^^)
Tiba-tiba Ji Yoon menelpon Tae Baek dan bertanya apa Tae Baek sudah berhasil mengumpulkan 200 juta itu? Tae Baek menjawab kalau nominalnya masih jauh. Ji Yoon berkata kalau Tae Baek ga boleh berkecil hati, karena menurutnya mereka pasti menang. Ji Yoon juga ingin ikut saat Tae Baek bertemu presdir Nam hari minggu nanti. Tae baek tersenyum dan bertanya apa dia harus mentraktir Ji Yoon di tempat itu. Ji Yoon menjawab, bukankah disana memang disediakan makanan gratis? Haha..
Mereka sama-sama mengakhiri pembicaraan dengan saling tersenyum.
Bos Ma yang sedang galau, menatap Tae Baek dengan tatapan menakutkan. Bos Ma berkata “kelihatannya kau sangat senang? Entah aku bangkrut atau jantungku rusak, kau terlihat sangat senang saat kau berbicara ditelepon dengannya”
Tae Baek menjelaskan kalau Ji Yoon mengatakan mereka pasti menang dan dia percaya pada Ji Yoon.
Hari minggu yang ditunggu tiba, hari penentuan.
Mereka bertiga (Bos Ma, Tae Baek dan Ji Yoon ) terlihat cemas dengan apa yang akan mereka dengar pagi ini.
Laki-laki yang menghitung jumlah dana membuka kalimat dnegan kata-kata maaf bahwa dananya yang terkumpul 150 juta dolar lebih sedikit.
Bos Ma langsung berkata “Bangkrutlah aku sekarang”
Tapi tiba-tiba laki-laki penghitung dana tersenyum pada mereka dan berkata kalau dia bicara tentang jumlah kemarin, jumlah hari ini kan dia belum bilang. Tae baek yang tadinya menunduk lesu, langsung mengangkat kepalanya lagi, memandang si bapak.
Tae Baek bertanya lalu bagaimana dengan hari ini?
Laki-laki itu menjawab, kalau tadi ada laki-laki yang datang dan menyumbang 500 ribu dolar.
Mulut Tae Baek langsung menganga tidak percaya. Tangannya membentuk angka lima untuk menyakinkan. Dan si bapak bilang kalau dana yang berhasil diukumpulkan adalah 657.835.50 dolar.
Langsunglah Tae Baek, Bos Ma dan Ji Yoon berseru girang dan berdiri dari duduknya. Bahkan Tae Baek memeluk Ji Yoon saking senangnya.
Ji Yoon langsung bertanya siapa malaikat yang menyumbang sbenayak itu? Bapak itu menjawab kalau yang menyumbang adalah CEO Baek dari Grup BK. Senyum Ji Yoon yang mengembang langsung terhenti saat mendengar nama itu.
Dia terlihat terkejut mengetahui siapa orang yang dipanggilnya malaikat tadi.
Tae Baek pun tak kalah sama. Dia bahkan bertanya kenapa bapak itu mau menerima dari orang sebrengsek CEO Baek dari grup BK?
Bos Ma menegur Tae Baek dan berkata kalau CEO Baek menyumbang secara sukarela,apa masalahnya dengan Tae Baek?
Masukklah Presdir Nam membawa celemek pink untuk mereka, dan langsung menyerahkannya pada Tae Baek. Presdir Nam bertanya kenapa mereka malah bergosip disini? Tae baek berkata pada presdir Nam agar bisa menjaga janjinya. Presdir Nam kesal dan berkata sejak kapan dia bilang kalau dia akan ingkar janji? Presdir Nam menyuruh Tae Baek membawa konsep iklannya setelah selesai dibuat. Dan mulai bekerja sekarang.
Tae Baek tersenyum dan tentu akan segera melaksanakannya.
Sementara itu Ah Ri dan Addie sama-sama menuju ke tempat Presdir Nam melakukan kegiatan sosialnya membagikan makanan gratis untuk para tunawisma, karena mereka yakin ada CEO Baek disana.
Didalam mobil Ah Ri berkata kalau dia amsih belum mengerti kenapa mereka harus bertemu CEO Baek hari ini? Apa ini hal yang tepat? Mengingat kepribadian Presdir Nam, ia tidak akan menerima tawaran CEO Baek.
Addie menjawab karena itulah mereka bertemu hari ini. Ini sangat tepat waktunya. “Saat tawaran lawan ditolak, adalah waktu yang tepat untuk menerima tawaran kita”
Ji Yoon dan Tae Baek terlihat semangat menjadi relawan saat melayani para tunawisma untuk mengambil jatah makan. Dan mereka berkali-kali melontarkan slogan para tunawisma yaitu “Membantu dirimu sendiri”
Bos Ma juga tentu saja ikut bergabung dengan membagikan lauk pada mereka, dengan wajah sumringah. Presdir Nam juga ikut membagikan minuman pada mereka semua.
Datanglah Addie dan Ah Ri ke tempat itu, dan dia melihat ada Ji Yoon disana, juga Tae Baek. Tae baek dan Ji Yoon pun menyadari kedatangan mereka, dan segera menghampiri.
Addie berkata pada Tae Baek kalau sepertinya mereka selalu bertemu di tempat yang tidak pernah terduga. Tae baek menjawab sinis, kalau dia tahu kalau mereka tidak pernah merasa senang satu sama lain saat bertemu.
Ah Ri berkata kalau mereka (Tae Baek dan Ji Yoon) sepertinya terlibat dalam kegiatan amal yang sama?
Ji Yoon menjawab kalau ini pertama kali untuknya, dan bertanya kenapa Addie dan Ah Ri ada disini? Addie menjawab kalau dia disini karena ingin bertemu seseorang.
Ji Yoon bertanya siapa? Addie dengan tenang menjawab dengan CEO Baek dari BK grup.
Ji Yoon tentulah teramat sangat terkejut mendengarnya.
Dia harus berhadapan lagi dengan ayahnya di kesempatan ini.
Saat itulah masuk mobil hitam ke dalam halaman area itu. Keluarlah CEO Baek dari dalamnya, dan terkejutah Ji Yoon. Ji Yoon langsung memalingkan wajahnya, menghadap belakang.
CEO Baek sepertinya tidak tahu adanya Addie dan lainnya di tempat amal itu, dia langsung menghampiri presdir Nam yang sedang sibuk, dan menyapanya dengan berkata “Lama tak berjumpa Presdir Nam..”
Presdir Nam pun langsung menghentikan aktifitasnya dan menoleh ke sumber suara. Dia terlihat cukup tenang saat mengetahui di depannya adalah CEO Baek, orang yang ingin membeli perusahaan termosnya.
Tae baek, Addie dan Ah Ri malah yang terkejut melihat kalau ternyata CEO Baek dan Presdir Nam cukup saling mengenal. Ji Yoon yang sedari tadi juga hanya membelakangi ayahnya, merasa heran, karena sepertinya sang ayah tidak datang ke tempatnya berdiri, sehingga dia menoleh, dan ikut terpana melihat ayahnya berbincang dengan Presdir Nam.
KOMENTAR :
Cukup mengharukan di dua puluh menit terakhir ini, apalagi saat scene kakek-kakek itu.
Rasanya trenyuh sekali, aku juga inget nenekku..
Kurang lebih dia seperti si kakek, sudah tua,tapi nenekku sudah tidak bisa melihat.
Hah, kenapa harus ada anak yang tega membuang orang tuanya seperti Young Sik itu? Aku dengar memang ada di suatu Negara yang kalau kita sudah tua, dan tidak mampu beraktifitas lagi, maka kita akan dibuang.
Mengerikan.
Padahal semua pasti tua, dan tentu tidak menginginkan hal itu.
Setidak mampunya kita nanti, jangan pernah membuang atau menaruh orang tua kita di tempat-tempat mengerikan seperti itu. Anggap saja jika nanti mungkin kita juga akan dibuang oleh anak-anak kita, jika kita melakukan hal yang sama pada orang tua kita.
Menyedihkan…
Ji Yoon dan Tae Baek semakin dekat ya..
Dan walaupun Tae Baek wajahnya ketuaan untuk Ji Yoon..hehe, tapi yawda gimana lagi..
Next episode, secepatnya deh..
Terima kasih..^^
Dunia mmg smakin edan,maturnuwun jeng nhieshe_iu tae baek sinopsis dilanjutkan. Mini
ReplyDelete