[Episode Sebelumnya]
Di kediaman Presiden Kim Nam Joon, terlihat sang presiden ditemani oleh anak, istri, dan cucunya. Mereka terlihat sangat bahagia. Istri Presiden Kim mengeluh kenapa anaknya ga lama tinggal di Korea, dia kan masih kangen dengan cucunya ini.
Presiden Kim meminta anaknya untuk tinggal kembali di Korea, karena dia juga ingin menyaksikan perkembangan cucunya ini.
Sekretaris Presiden masuk dan memohon maaf karena mengganggu waktu Presiden bersama keluarga, tapi ada yang harus Presiden lihat kali ini. Sekretaris pun menyetel TV dan terpampanglah wajah Soo Hyun yang sedang menangis karena anaknya diculik oleh pembunuh berantai.
Terdengar suara si penculik
“Hei, Tuan Presiden anak ini akan mati karenamu.”
Kim Nam Joon memandang geram mendengar berita itu, entahlah apakah Presiden Kim geram karena si penculik yang mengancamnya, atau dia geram karena berita ini sama saja mempertanyakan kepemimpinannya?
Di kantor polisi, Hyun Woo Jin sedang menginterogasi Min Ah dan juga pengasuh Saet Byul. Pengasuh berkata kalau dia sama sekali ga lihat Saet Byul, sementara menurut Min Ah, dia meninggalkan Saet Byul karena saat kejadian Saet Byul sudah melihat ibu pengasuh dan berlari menghampiri ibu pengasuh.
Woo Jin menyuruh timnya untuk melihat CCTV untuk memastikan keterangan pengasuh dan Min Ah. Soo Hyun yang juga ada disana, ikut melihat rekaman CCTV. Soo Hyun cemas sekali, apakah penculik terlihat di kamera CCTV. Dan memang benar pada kenyataannya Saet Byul berlari kearah ibu pengasuh karena memang melihat ibu pengasuh berdiri di depan jalan sehingga Saet Byul berniat mendekati.
Kini, mereka sudah ada di rumah Soo Hyun, ada Woo Jin dan timnya juga disana. Telepon rumah itu sudah disambungkan ke alat pelacak untuk bisa mengetahui keberadaan penculik jika nanti penculik menelpon mereka. Lalu telepon rumah pun berdering, Soo Hyun dan suaminya berebut untuk mengangkat telepon itu, namun Woo Jin menyuruh agar lebih baik Ji Hoon saja yang mengangkat. Soo Hyun akhirnya mengalah dan membiarkan sang suami yang menerima telepon si penculik. Woo Jin meminta Ji Hoon untuk mengulur waktu agar si penculik berbicara lama dengan Ji Hoon. Itu untuk memudahkan tim melacak lokasi penculik, dan Jangan membuat penculik marah.
Tim mulai merekam namun saat Ji Hoon menerima panggilan itu, tiba-tiba panggilan terputus, merekapun kecewa.
Soo Hyun yang sudah frustasi berkata apa anaknya akan selamat? Sepertinya tujuan penculik bukanlah uang, penculik geram akan kinerja pemerintah. Ji Hoon yang menyadari kekalutan istrinya, menggenggam erat tangan Soo Hyun, tanda bahwa dia menenangkan istrinya. Sementara itu Woo Jin, menatap genggaman tangan itu dengan tatapan penuh makna. Akankah sebenarnya dia masih menyimpan rasa pada Soo Hyun?
Ji Hoon pun tak sengaja menatap Woo Jin.
Hari pun berganti, tim masih tetap di rumah Soo Hyun menunggu si penculik menghubungi. Lalu, telepon rumah berdering, tim pun siap merekam, dan Woo Jin mempersilakan Ji Hoon untuk mengangkatnya. Sementara Soo Hyun ada disana.
Saat Ji Hoon sudah mengucap halo, si penculik langsung mengutarakan maksudnya. Dia meminta agar disediakan uang 200 juta, besok jam 10 pagi.
Ji Hoon bertanya bagaimana bisa dia tahu kalau penelpon adalah penculik anaknya?
“Meskipun kau benar menculik anakku, bagaimana bisa aku percaya jika anakku masih hidup. Kau pikir kami bodoh? Sampai aku mendengar suara anakku, aku tidak akan membuat kesepakatan apapun.”
Telepon ditutup, membuat Soo Hyun marah. Dia kesal karena suaminya seolah menantang si penculik.
“Apa kau sudah gila? Dia bisa saja membunuh Saet Byul.”
Ji Hoon menenangkan istrinya, dia berkata penculik ga akan membunuh Saet Byul, karena penculik menginginkan uang. Soo Hyun menjawab bagaimana jika penculik marah dan akhirnya lupa pada uang, sehingga langsung membunuh Saet Byul?
“Jika sesuatu terjadi pada Saet Byul, maka itu adalah salahmu.” Ancam Soo Hyun pada suaminya.
Telepon kedua berdering, dan Soo Hyun langsung menyambar gagang telepon yang sudah dipengang suaminya, dia bertanya dimana Saet Byul? Penculik menjawab kalau Saet Byul baik-baik saja. Soo Hyun tak mampu menahan tangis, bibirnya bergetar saat bertanya bisakah dia bicara dengan Saet Byul? Dia ingin mendengar suara putrinya.
Penculik tak menggubris permintaan Soo Hyun, dia masih dengan keinginannya, agar Soo Hyun menyediakan uang yang dia mau jam 10 pagi besok. Lalu telepon pun terputus.
Penjaga keamanan apartemen mendengar pembicaraan para tim polisi yang sedang beristirahat. Mereka berkata kalau penculik meminta uang tebusan. Penjaga keamananpun teringat pada laki-laki yang beberapa hari lalu datang dan menyelinap masuk ke rumah Soo Hyun, sepertinya laki-laki itu membutuhkan uang. Tim pun bergerak untuk menangkap laki-laki yang diterangkan oleh penjaga keamanan apartemen.
Ki Dong Chan tak menyangka akan mengalami nasib sial hari ini, tiba-tiba ada dua orang polisi yang langsung membekuk dirinya atas tuduhan penculikan anak. Dong Chan mengelak dan berusaha memberontak, tapi dengan tangan terborgol, dan cekalan polisi yang sangat kuat di tubuhnya membuat Dong Chan mau tak mau mengikuti langkah polisi yang akan membawanya ke penjara.
Kim Soo Hyun, duduk termenung di meja belajar anaknya. Dia merasa kamar ini jadi sepi karena tidak ada Saet Byul.
Tiba-tiba Soo Hyun teringat akan kenangan tentang putrinya di kamar ini.
Flashback
Saat itu Soo Hyun juga sedang ada di kamar anaknya, dan sedang melihat isi di dalam kotak yang dimiliki anaknya. Saet Byul datang dan berkata kesal kalau ibunya sudah mencampuri urusan pribadinya. Dia mengambil kotak itu dan kemudian bilang kalau dia akan mengunci kotak ini, karena ini adalah privasinya.
Soo Hyun tersenyum, dan menunjukkan foto pengantin yang dibikin putrinya, dimana di foto itu Saet Byullah si pengantin wanita, dengan senyum menggoda Soo Hyun bertanya kapan memangnya Saet Byul menikah?
Saet Byul malu karena ketahuan, sehingga dia langsung memegang pipinya, kemudian dengan gerakan cepat mengambil foto itu dan menyuruh ibunya segera keluar dari kamarnya ini.
Flashback End
Tim polisi sudah siap menunggu telepon selanjutnya, di dalam uang dan di tubuh Ji Hoon sudah dipasang alat pelacak, tapi telepon yang mereka tunggu tak kunjung tiba. Mereka malah terkejut karena mendengar suara bel pintu lah yang berbunyi. Siapa memangnya yang datang?
Ternyata ada kiriman paket untuk Kim Soo Hyun. Ji Hoon langsung menemui istrinya di kamar Saet Byul dan Soo Hyun pun ikut turun untuk menerima kiriman itu. Kim Soo Hyun mengulurkan tangannya menerima paket itu, tanpa disadari semua orang, tangan si pengirim paket memberi kode pada Soo Hyun agar soo Hyun menerima kertas yang sedang dibawanya. Soo Hyun paham, namun tak menunjukkan keterkejutannya agar yang lain tak curiga.
Setelah dia berhasil mendapatkan kertas itu, dia kemudian melangkah ke dalam, tapi Woo Jin langsung menghadang Soo Hyun. Dia berkata kalau dia harus memeriksa isi kotak itu untuk keamanan mereka semua.
Soo Hyun tak membantah, karena dia memang tak butuh kiriman itu.
Sesampainya di kamar Saet Byul, Soo Hyun segera membuka kertas itu dan membaca pesan yang tertulis di dalamnya.
Pesan tersebut berbunyi agar Soo Hyun menaruh uang 200 juta itu ke tong sampah kedua di sungai Han.
Jika Soo Hyun membawa polisi, maka anak Soo Hyun akan mati. Soo Hyun pun kembali terisak, dia berusaha menahan isaknya agar tak terdengar yang lain.
Saat yang lain sedang cemas menunggu telepon, Soo Hyun turun kebawah dan tiba-tiba pingsan. Ji Hoon langsung mendekat dan mencoba membangunkan Soo Hyun.
Akhirnya Soo Hyun dibawa ke RS. Ji Hoon sempat meninggalkan Soo Hyun sebentar dan kemudian dia kembali lagi untuk mengecek kondisi istrinya. Tapi, saat dia menyingkap tirai dimana Soo Hyun di rawat, tempat tidur itu kosong. Soo Hyun tak ada disana.
Ji Hoon tentu panik mengetahui hal ini.
Di sebuah BANK, Soo Hyun terlihat tergesa-gesa menaruh uang yang diambilnya ke dalam kantong plastic. seorang staf menatap apa yang dilakukan Soo Hyun dengan curiga. Soo Hyun bahkan langsung bergegas pergi begitu semua uangnya sudah dia masukkan.
Sang staf laki-laki yang curiga melihat aksi Soo Hyun langsung menelpon polisi.
Kim Soo Hyun sampai di Sungai Han, dia tak tahu kalau polisi sudah mengikutinya sedari tadi. Soo Hyun hanya berfikir tentang bagaimana dia bisa menyelamatkan putrinya. Dia berlari mencari tempat sampah kedua yang dimaksud oleh si penculik. Soo Hyun terus berlari, sampai dia terjatuh tapi uang yang dibawanya sama sekali ga berhamburan. (aneh..uanganya di lem kali di dalam plastic.)
Sampailah Soo Hyun di tempat sampah, dia sendiri tak yakin apakah benar ini tempat sampah yang dimaksud. Tapi tiba-tiba dia mendengar dering ponsel di dalam tempat sampah. Soo Hyun membuka tempat sampah itu, dan walau dengan perasaan jijik, Soo Hyun mencoba mencari ponsel yang terus berbunyi.
Begitu ponsel berhasil ditemukan, dia langsung menerima panggilan itu. Benar saja, itu telepon dari si penculik yang langsung bertanya kenapa Soo Hyun bawa-bawa polisi? Bukankah sudah dia peringatkan. Soo Hyun heran, dia menjawab kalau dia sendirian. Tapi, saat Soo Hyun menoleh ke sekitar untuk memastikan, benar saja, ada tim Woo Jin disana. Soo Hyun pun meminta maaf pada penculik.
“Dengarkan baik-baik, kau harus naik kereta. Jika tidak maka anakmu akan mati.”
Soo Hyun berlari ditengah kejaran polisi. Dia harus bisa naik kereta tanpa diikuti oleh Woo Jin dan tim. Tim yang tahu Soo Hyun kabur langsung mengejar dengan sekuat tenaga. Sesampainya di stasiun kereta, polisi belum mampu mengejar Soo Hyun yang ternyata berlari sangat cepat.
Akhirnya Soo Hyun berhasil masuk, tepat ketika pintu kereta menutup. Dia lega karena itu berarti Woo Jin dan tim tak bisa mengejarnya.
Soo Hyun sudah sampai di perhentian kereta dan langsung keluar. Ponselnya berdering dan dia tanpa menunggu menerima panggilan itu, telepon tersebut tentu dari si penculik. Penculik menyuruh Soo Hyun berjalan terus ke depan. Soo Hyun patuh, sampai si penculik menyuruh Soo Hyun berhenti.
Soo Hyun ingin menoleh, tapi suara penculik menyuruhnya jangan menengok ke belakang.
“Sekarang, berbalik perlahan-perlahan”
Soo Hyun menuruti perintah penculik, dia melihat penculik diseberang sana bersama seorang anak perempuan yang Soo Hyun yakini itulah putrinya. Soo Hyun ingin mendekat, namun penculik melarangnya.
Penculik menyuruh Soo Hyun berjalan ke tempatnya perlahan-lahan.
Soo Hyun tentu tak menyia- nyiakan kesempatan itu.
Begitu Soo Hyun mulai menyebrangi tempat itu untuk menuju dimana Saet Byul berdiri, penculik juga berlari dan Soo Hyun jelas mengejar kemana arah pergi penculik.
sampai akhirnya mereka berpapasan, dan dengan gerak cepat penculik mengambil kantong plastic yang berisi 200 juta. Soo Hyun sendiri bergegas menghampiri tempat dimana Saet Byul berdiri.
Begitu Soo Hyun membalikkan tubuh si gadis kecil, ternyata bukan Saet Byul yang dia temukan. Wajah anak itu berbeda, bukan wajah putrinya. Soo Hyun pun kaget, dia jadi tahu kalau dia ditipu si penculik. Tak mempedulikan tangis si anak kecil, Soo Hyun langsung mengejar penculik.
Soo Hyun berhasil mengerjar si penculik, dia bahkan sempat memegang tubuh si penculik dan berteriak dimana anaknya. Penumpang kereta tentu heran melihat tingkah Soo Hyun. Soo Hyun juga berhasil memegang kaki penculik dan menahan dengan sekuat tenaganya. Tapi si penculik tak punya belas kasih, dia langsung menendang dan menginjak tubuh Soo Hyun tanpa ampun. Sementara penumpang kereta, hanya melihat saja tanpa berbuat apapun. Mereka seolah sedang melihat film Action, dan menikmatinya. (Sebel deh, ga ada yang berani bantu Soo Hyun, apa semua ga ada laki-laki dan hanya perempuan. Ini yang lebay menurutku.)
Dengan sudut bibir yang berdarah, Soo Hyun masih mampu memegang si penculik, dia bertanya dimana Saet Byul. Soo Hyun bahkan mampu menjatuhkan si penculik, tapi setiap Soo Hyun memegang kaki si penculik, penculik itu langsung menendang wajah Soo Hyun, dan lagi-lagi, kerumunan penumpang di stasiun kereta hanya asik melihat tanpa sedikitpun memberikan bantuan. Entahlah,mungkin lelakinya pada wajib militer semua, atau lelaki disana pada kakek-kakek semua jadi ga ada yang bantuin.
Akhirnya Woo Jin dan tim datang tepat waktu, mereka langsung menangkap si penculik, dan memborgol tangan pria itu, sementara Woo Jin membantu Soo Hyun untuk berdiri.
Bersambung ke part 2
KOMENTAR :
Menengangkan, itu kata pertama yang bisa aku ucap untuk episode dua ini. Saat aku menonton pertama kali, aku merasa larut dalam ketegangannya. Larut dalam tangis Soo Hyun yang begitu terpukul anaknya diculik. Keren banget aktingnya Unni satu ini.
Cuma herannya yang pas Soo Hyun lari di lokasi Sungai Han, terus jatuh, tapi uang yang di kantong plastic yang jumlahnya 200 juta, sama sekali ga berhamburan keluar. Herannya lagi, waktu di kereta, waktu Soo Hyun sama penculik saling hantam. Kok, yang lain jadi penonton sih?
Okelah, mungkin disuruh sutrdara..tapi apa iya..uang segitu banyak ga berhamburan padahal Soo Hyun nya aja jatuh terguling, dan kantong plastiknya jelas-jelas terlempar dari pegangan tangan Soo Hyun? Ga masuk akal…
Dan yang parahnya, masak udah jelas cewek dihajar sama laki-laki, ditendang, diinjek, dan yang lain cuma nonton? Lagi-lagi pasti disuruh sutradara. Hah..capek deh.
Kalau laki-laki di negara itu seperti demikian, gimana perampokan dan kejahatan ga merajalela. Malah asik nonton, kayak dapet film gratis.
Maaf, kalau aku malah jadi sewot hal-hal ga penting. Tapi, yah itu yang mengganjal untukku sebenarnya. Selebihnya, semua oke. Suka sama aktingnya. Suka sama jalan ceritanya, dan ga sabar sama episode selanjutnya.
Oya, kalau mba Lilik di episode satu bikin 3 part. Saya, tetep seperti biasa hanya dua part saja. Jadi, jangan tanyakan part 3 ya..bebeb-bebebku…:*