[Episode Sebelumnya]
Ah Mi meminta USB yang berisi data TH Grup pada Eun Joong, tapi Eun Joong menolaknya. Eun Joong beralasan kalau lebih baik dia yang menyimpan USB itu. Ah Mi pun tak membantah.
**
Gu Jae In memandangi dokumen yang berisi bahwa saham atas nama Jang Eun Joong diberikan pada Gu Jae In. Dalam hati Jae In berkata “Selama aku memiliki ini Ayah, aku yakin kau akan mencariku. ”
Episode 28
Ah Mi dan Eun Joong menikmati pagi ini dengan main bulu tangkis bersama. Mereka nampak bahagia dan mencoba melupakan sejenak masalah yang ada.
Myung Geun menatap kalender, dan tahu waktunya semakin dekat. Diapun bergumam sendiri, mana kira-kira yang akan dia lakukan lebih dulu? Mencuci selimut? Atau menarik tabungan? Atau berfoto?
Tiba-tiba Ah Mi mengiriminya pesan gambar, dan menampakkan wajah Eun Joon yang tersenyum gembira. Ah Mi juga meminta agar dia datang ke taman sekarang juga. Myung Geun sangat sedih menatap foto itu. Dia begitu menyayangi Eun Joong. Putranya.
Myung Geun melihat Ha Soo Young yang tidur karena mabuk. Setiap malam selalu mabuk. Myung Geun langsung mengguyur Soo Young dengan air membuat Soo Young langsung terbangun. Myung Geun memarahi Soo Young, dia bertanya sampai kapan Soo Young akan terus seperti ini?
“Jika kau memang tidak ingin hidup, maka keluar dan matilah. Aku akan menyingkirkanmu dari daftar keluarga jika memang itu yang kau harapkan.”
Soo Young seolah merasa ditantang, dia marah dan berteriak di depan ayahnya. Soo Young berkata “Baiklah. Ayo kita putuskah hubungan kita. AKu tidka ingin hidup, benar-benar tak ingin. Tapi aku juga tak punya keberanian untuk mati, makanya aku tetap hidup.”
Soo Young tak tahan, dia akhirnya menangis. Myung Geun tahu bagaimana perasaan putrinya, sehingga dia langsung mendekati Soo Young, dia membelai rambut Soo Young. Meminta Soo Young menatapnya, walau Soo Young menolak.
“Kalau kau tidak bisa memaafkan aku, maka aku juga ga akan bisa memaafkan diriku sendiri. Jika kau dan kakakmu tidak bisa memaafkan aku, maka selamanya aku juga ga akan bisa memaafkan diriku. Tapi jika itu susah, maka jangan berusaha untuk memaafkanku. Aku ga apa-apa. Tapi jangan sakiti tubuhmu, Soo Young. Tidak apa jika kau membenciku, atau merasa jijik denganku. Tapi jangan benci dirimu sendiri. Lakukan apapun yang kau sukai. Makanlah apapun yang kau mau, dan bermainlah sepuas hatimu, tapi jangan seperti ini Soo Young.”
Tangis Soo Young semakin menjadi mendengar kalimat ayahnya, dan Myung Geun pun mendekap Soo Young erat, berharap Soo Young bisa kembali tenang.
Jang Joo Ha tampak pulas tertidur di sofa, dan Jin Woong yang baru bangun heran melihat istrinya tidur dengan pakaian tebal dan tertutup. Dia pun mendekati Joo Ha dan akan menggendong Joo Ha, memindahkan Joo Ha di kamar.
Tapi Joo Ha sangat berat, membuat Jin Woong kewalahan saat mengangkat tubuh Joo Ha yang terlelap. Sampai akhirnya Jin Woong terpaksa menidurkan Joo Ha di lantai, nafsnya terengah-engah karena beratnya tubuh Joo Ha digendongannya.
Joo Ha terbangun dan bertanya Jin Woong ngapain sih kok aneh banget? Jin Woong hanya menatap heran pada istrinya itu. Dia sudah kecapekan karena menggendong Joo Ha, tapi Joo Ha malah bertanya hal-hal konyol seperti itu.
Jin Woong marah dengan sikap Joo Ha. Dia bertanya memangnya dia hujan? Butiran es? Atau angin? Kenapa Joo Ha terus menghindarinya?
“Jika kau tidak suka tidur bersama, bilang saja ga suka. Aku juga ga akan memaksa kok. Lagian kau juga tidak menarik. Kau seperti kayu bakar kering.”
Mereka pun akhirnya saling mengejek. Joo Ha mengejek Jin Woong yang ternyata seperti anak kecil kalau dirumah.
“Kau pria sempurna di depan orang lain, tapi di depanku kau hanya seorang pria yang berfikirkan sempit, picik, dan rumit.”
Jin Woong akhirnya memaksa Joo Ha melepaskan jaket tebal itu. Joo Ha ingin melepasnya sendiri, tapi Jin Woong sudah lebh dulu menarik jaketnya kebawah sehingga akhirnya terlepas. Jin Woong semakin medekat, membuat Joo Ha gugup dan hampir menahan nafas. Dia tentu tak ingin dicium Jin Woong seperti waktu itu.
Jin Woong yang tahu Joo Ha gugup malah dengan santai menyuruh Joo Ha mengatur nafas Joo Ha, dia suka mendnegar nafas Joo Ha yang seperti itu. Sangat mengganggunya.
Sekretaris baru pengganti Kang Ho datang menemui Tae Ha. Dia memberikan ponsel yang merupakan duplikat ponsel Hwa Young. Dengan ponsel itu Tae Ha bahkan bisa mengirim SMS atas nama Hwa Young. Tiba-tiba Myung Geun menelpon. Ternyata Tae Ha secara otomatis bisa mendengar percakapan itu tanpa disadari keduanya.
Myung Geun malah membicarakan tentang bunga pada Hwa Young. Myung Geun bilang setiap dia lihat bunga itu dia selalu teringat Hwa Young. Dia juga bilang kalau bunga Gomari itu bisa dibuat teh juga, dan rasanya enak. Hwa Young tersenyum lalu bertanya, apa Myung Geun bisa membuatkan teh itu untuknya? Myung Geun menjawab tentu saja, selama hidupnya bisa lebih lama daripada bunga Gomari. Hwa young terhenyak dan tahu kalau waktu Myung Geun semakin sedikit saat ini.
Lalu merekapun bicara hal serius tentang konferensi pers. Tae Ha jelas mendengarnya dengan jelas. Tae Ha pun tahu kalau konferensi pers hari ini akan dilakukan jam 11 siang.
Jang Eun Joong datang, dia langsung menemui ibunya. Hwa Young langsung menceritakan rencana konferensi persnya bersama Myung Geun hari ini. Eun Joong terkejut mendengar rencana ibunya. Hwa Young berkata kalau ini akan jadi pukulan telak bagi Tae Ha. Dia harus menang kali ini.
Eun Joong meminta ibunya berhenti karena itu hanya akan membuat ibunya terluka bahkan sebelum melawan, jadi lebih baik berhenti.
“Ini pertempuran di bibir jurang Bu. Jadi berhetilah, karena jika seseorang jatuh, maka dia akan mati.”
“Aku tidak takut sama sekali, karena orang yang akan jatuh ke jurang bukan aku. Jang Tae Ha lah yang akan jatuh.”
Bersambung ke part 2
No comments:
Post a Comment
Terimakasih untuk yang mau berkunjung dan memberikan
komentar di blogku ini ya,
walau aku jarang membalas tapi aku membaca semua komentar kok,
dan sangat senang.^^