[Episode Sebelumnya]
Seok Joo berkemas karena akan menutup kantornya. Dia ditemani Ji Yoon. Ji Yoon bertanya apa benar Seok Joo aka menutup kantor ini? Seok Joo membenarkan. Tiba-tiba tanpa sengaja mereka bertabrakan dan membuat satu sama lain menjadi canggung. Ji Yoon akan segera pergi, tapi Seok Joo meminta Ji Yoon berhenti dulu. Ji Yoon bertanya ada apa?
Seok Joo bertanya apa Ji Yoon ga merasakan apapun? Ji Yoon menjawab kalau dia hanya terkejut. Itu saja.
“Apa jantungmu berdetak normal?” tanya Seok Joo.
Ji Yoon membenarkan. Seok Joo senang karena dia juga merasakan hal yang sama. Dia ingin Ji Yoon ga salah paham. Dia memang yakin ga ada apa-apa diantara mereka. Ji Yoon bertanya bukankah terakhir kali Seok Joo juga belum yakin apakah diantara mereka ada sesuatu atau tidak? Kenapa sekarang Seok jadi merasa yakin? Seok Joo menjawab itu dulu, sekarang pikiran dan hatinya juga tahu kalau memang antara mereka ga ada apa-apa.
Ketika sedang asik berkemas, tiba-tiba ada tamu yang datang. Tamu suruhan Presdir Jin dari Baekdu Grup. Pria suruhan Presdir Jin itu memberikan beberapa berkas untuk Seok Joo agar Seok Joo mau menangani kasus bos mereka. Seok Joo membaca terlebih dulu berkas-berkas tersebut. Kasus ini adalah kasus antara Baekdu dan Goldrich. Pihak Goldrich sudah diwakili oleh Firma CYW.
Seok Joo bertanya bagaimana bisa Baekdu mengalami krisis padahal memiliki putaran dana yang bagus? Staf Baekdu menjawab kalau itu karena krisis keuangan internasional. Seok Joo sudah tahu akar masalah dari perusahaan ini sehingga dia menolak kasus tersebut. Seok Joo berkata kalau manajemen Baekdu yang buruk makanya mengalami kehancuran.
Staf Baekdu berharap Seok Joo menerima kasus ini sehingga dia sengaja meninggalkan berkas-berkas itu di meja dengan harapan Seok Joo bisa berubah fikiran.
Setelah semua staf Baekdu pergi, tiba-tiba saja kamera menyorot kalender yang ada di meja Seok Joo. Kalender dimana tidak ada coretan apapun disana yang menandakan tidak adanya hari penting yang akan dilalui Seok Joo. Lalu, secara ajaib ada seberkas sinar yang menerangi kalender tersebut, dan di tanggal 25 bulan Juni sudah terdapat coretan yang menandakan akan adanya momen penting. Apakah itu?
Sidang terbuka dilanjutkan lagi, dan kali ini adalah sidang putusan. Hakim Ketua memutuskan kalau naik banding kedua belah pihak ditolak. Hakim juga mengatakan kalau kasus ini bukanlah kasus penipuan. Jadi BANK tidak menipu sama sekali. Wajar saja jika BANK mengahrapkan keuntungan dari produk yang dijual. Untuk itu pihak BANK hanya akan membayar kompensasi sebesar 15% kepada perusahaan kecil.
Pihak BANK bersorak girang, sementara pihak perusahaan kecil bersedih. Mereka benar-benar bangkrut. Tim Seok Joo jelas bersedih, berbanding terbalik dengan Tim Ji Won.
Kemenangan Ji Won membuat dia menikmati sedikit ketenaran. Reporter mewawancarainya dan Ji Won selalu tersenyum. Dengan santainya Ji Won berkata kalau para Hakim MA memang memberikan keputusan yang adil dan masuk akal.
Pihak BANK berterima kasih pda CEO Cha dan tim karena merekaakhirnya menang di MA. Pihak BANK juga meminta maaf karena telah tidak mempercayai firma Cha karena kekalahan kemarin. Ternyata tanpa Seok Joo pun semua tetap berjalan lancar.
CEO Cha menjawab itu bukannya masalah yang penting kali ini mereka menang. Pihak BANK bahkan mengakui kemampuan Ji Won yang ternyata tak kalah hebat dari Seok Joo.
Setelah Pihak BANK pergi tinggallah CEO Cha, Wakil CEO dan juga Ji Won. CEo memuji Ji Won karena sudah melakukan yang terbaik. CEO juga bertanya menurut Ji Won apa sebenarnya tugas pengacara? Ji Won menjawab kalau sekarang dia tahu bahwa tugas pengacara tidak sekedar menangani kasus saja.
CEO berkata lain, dia menjelaskan kalau menurutnya tugas pengacara itu adalah melobi. Jadi seorang pengacara harus ahli lobi. Sementara argument hukum itu cuma pelengkap saja. Ga perlu pinter hukum juga ga masalah. (Iyalah nge lobi Hakim..nge lobi Jaksa, biar yang salah jadi benar, dan sebaliknya. Dasar licik.)
Kini, tinggallah Ji Won sendiri, entah mengapa dia merasa kemenangan besar pertamanya ini tak melegakan hatinya. Dia merasa sesak. Galau dan segala hal yang tak mengenakkan hatinya. Benarkah dia berada di jalan yang benar untuk masa depan cerah? Benarkah ini tak menyalahi hati kecilnya?
Entahlah.
Kim Seok Joo dirundung rasa galau. Dia bersama para CEO perusahaan kecil minum soju bersama di sebuah kedai. Mereka sama-sama bersedih atas kekalahan ini, tapi para CEO tahu ini bukan kesalahan Seok Joo. Seok Joo sudah berusaha sebaik mungkin untuk mereka.
Namun para CEO masih ga menyangka kalau pihak BANK bisa melakukan penipuan besar-besaran pada mereka perusahaan kecil.
Sang Tae tiba-tiba menyusul ke kedai itu, dan ikut duduk bersama Seok Joo dan para CEO. Seorang CEO yang agak gemuk dengan sedih berkata kalau dia rasanya ingin meledakkan semua karena kekalahan ini. Sang Tae meminta para CEO untuk tenang.
Presdir Jin tertawa terbahak-bahak begitu mendengar laporan stafnya yang berkata kalau Seok Joo mengira dia membenci Seok Joo. Dia merasa sikap Seok Joo sangat kekanakan. Kenapa malah mengkhawatirkan hal demikian. Itu pasti hanya lelucon saja.
Kim Seok Joo datang ke rumah ayahnya dalam keadaan mabuk. Shin Il meminta Seok Joo pulang saja. Seok Joo ga mau, dia ingin malam ini tidur di rumah ayahnya saja. Shin Il berkata kalau Seok Joo sudah melakukan yang terbaik jadi ga usah kecewa. Seok Joo menjawab kalau dia hanya merasa ga enak kepada para CEO.
Saking ngantuknya akibat banyak minum soju, Seok Joo ga sempat masuk kamar, dia langsung tidur di lantai. Shin Il menatap putranya yang sudah pulas dengan tatapan khawatir juga penuh rasa sayang.
Pagi ini ketika Seok Joo terbangun, Shin Il langsung mendekat. Seok Joo akhirnya memberitahu keadaannya yang sebenarnya saat ini. Shin Il terkejut begitu mendengar penjelasan Seok Joo kalau putranya itu mengalami amnesia. Seok Joo hanya ingat masa kecilnya saja.
Flashback
Seok Joo kecil menatap bingung pada orang-orang yang hendak membawa ayahnya. Ketika itu ayahnya dibawa ke pengadilan dan akan ditahan.
Flashback End
Seok Joo bertanya apa dulu dia benci memancing? Shin Il membenarkan. Seok Joo lalu berkata kalau dia tahu ayah ga terlalu menyayanginya.
“Ayah sayang padamu. Ayah hanya tidak suka dengan perbuatanmu. Tidak pernah sedikitpun ayah tidak menyayangimu.”
Seok Joo tak tahan, dia tahu kalau dia terus disini maka dia akan menangis. Seok Joo pun bergegas pamit pergi pada ayahnya.
Setalah kepergian Seok Joo, Shin Il tak kuasa menahan air matanya. Dia menangis tak menyangka Seok Joo yang begitu disayanginya menagalami keadaan seperti itu. Dadanya terasa sakit menahan luapan perasaan sedih ini. Sedih karena Seok Joo mengira dia tak menyayangi putranya itu. Padahal, hidup dan matinya seolah hanya dipenuhi putra kesayangannya itu. Dia begitu mencintai dan menyayangi Seok Joo.
Presdir Jin kembali datang ke kantor Seok Joo dengan membawa sekoper uang. Seok Joo bertanya uang apa ini? Presdir Jin menjelaskan kalau itu uang untuk biaya Seok Joo jika Seok Joo mau menerima kasusnya.
Seok Joo bertanya apa uang ini dari dana rahasia milik Presdir Jin? Presdir Jin membenarkan. Dari mana dia dapet uang kalau bukan dari dana rahasia. Dia kan sudah dipecat.
Seok Joo menegaskan kalau dia ga bisa menerima kasus Presdir Jin. Presdir Jin bertanya kenapa? Apa Seok Joo takut pada kekuatan Cha Young Woo?
“Dasar pengecut. Apa sekarang dunia jadi menakutkan bagimu ketika kau sudah meninggalkan Firma CYW?”
Seok Joo tak peduli semua itu, dia masih tetap pada keputusannya kalau dia ga bisa menerima kasus Presdi Jin. Seok Joo menjelaskan alasannya ga bisa menerima kasus tersebu karena manajemen perusahaan Presdir Jin yang memang semrawut.
Presdir Jin jengkel dia berkata kalau dia berhasil membuat Baekdu menjadi 10 perusahaan besar tapi semua tetap tak menghormatinya hanya karena dia menjual alcohol. Itulah sebabnya dia membangun departemen store. Apa hal seperti itu salah?
Seok Joo hanya menjawab apa karena melindungi harga diri Presdir Jin, maka Presdir Jin melupakan karyawan Presdir Jin? Jadi mana mungkin dia bisa menerima kasus Presdir Jin karena pada dasarnya Presdir Jin memang ga mampu mengelola perusahaan.
“Kenapa aku harus membela orang tidak bermoral sepertimu?”
Seok Joo juga memberi saran agar Presdir Jin ga memberi dana rahasia pada pengacara lain karena nanti pengacara itu akan diselidiki pajaknya. Seok Joo juga dengan jujur berkata kalau Presdiri Jin adalah orang yang plin plan dan suka mengabaikan orang lain.
Lalu masuklah Sun Hee dan Sang Tae (mereka bersama lo masuknya..hahaha)
Ji Yoon hanya menunjuk saja kearah Seok Joo dan Presdir Jin yang terdengar sedang perang mulut.
Presdir Jin menjelaskan semua kecurangan firma Cha karena membantu Goldrich. Seok Joo dan yang lain hanya mendengar saja. Kemudian Seok Joo berkata kalau semua yang Presdir Jin katakan adalah benar, tapi dia tetap ga bisa menerima kasus Presdir Jin.
Presdir Jin yang akan pergi melewati meja dimana ada Sun Hee dan lainnya. Sun Hee tiba-tiba mengajak Sang Tae bicara pasar produk derivative Negara mereka yang adadi urutan ke 3. Sang Tae tahu Sun Hee sengaja membuat Presdir Jin tertarik sehingga dia menimpali dengan kalimat yang semakin memancing Presdir Jin. Benar saja Presdir Jin langsung berhenti. Dia mendegar pembahasan Sang Tae dan Sun Hee mengenai modal asing. Hampir persis dengan kasusnya saat ini.
Presdir Jin senang mendengar penuturan Sang Tae tentang modal asing. Dia bahkan memuji bahwa Sang Tae lebih pintar dari Seok Joo. Sang Tae menjelaskan kalau dia teman Seok Joo dan sekarang dia masih kerja di firma hukum besar. Presdir Jin tampak senang dan bertanya apa Sang Tae ga mau mengerjakan kasusnya? Sang Tae menjawab kalau dia lebih memilih membujuk Seok Joo saja.
Seok Joo dan ketiga temannya berkumpul bersama. Seok Joo tetap menolak menerima kasus Baekdu. Sun Hee mengingatkan Seok Joo, kalau dulu Seok joo pernah berkata agar dia tetap bertahan diposisinya bahkan jika hanya ada satu alasan yang benar di sebuah kasus. Kali ini juga sama. Dia berharap Seok Joo juga berfikir seperti itu.
Sang Tae membela Sun Hee. Dia mengibaratkan kekalahan Seok Joo kemarin seperti putus cinta dengan kekasih. “Kau hanya butuh gadis pelampiasan setelah putus.”
Sun Hee lalu menambahkan “Dan kau butuh persidangan setelah kalah.”
Seok Joo pun semakin galau.
Seok Joo senang meliat kedatangan Jung Sun di kantornya, mereka pun memutuskan makan siang bersama. Mereka memilih makan di restoran biasa yang letaknya lumayan jauh. Menu yang mereka pesan pun menu sederhana. Mie hitam. Seok Joo melahap mienya dengan penuh semangat dan berkata kalau mie di tempat ini sangat enak. Dia ga tahu kalau Jung Sun suka Mie hitam. Karena sekarang dia jadi tahu, maka dia akan mengingatnya.
Jung Sun berkata sebaliknya, dia sebenarya ga suka Mie Hitam.
“Saat aku tumbuh besar, aku berhenti makan mie ini setelah aku pindah ke rumah kakekku. Bagiku makanan ini menyimbolkan kemiskinan.”
Setelah makan, Seok Joo dan Jung Sun bicara berdua. Seok Joo bertanya apa Jung Sun masih merasa ga nyaman dengan hubungan mereka? Jung Sun menjawab kalau dia rasa hubungan mereka sekarang ga terlalu buruk kok. Dia rasa jika ingatan Seok Joo kembali maka semua akan selesai. Tapi sekarang dia lebih ingin untuk mengenal Seok Joo dengan baik. Seok Joo yang sekarang.
Seok Joo tersenyum dan bertanya apa Jung Sun ga suka dia yang dulu? Jung Sun tersenyum seraya menggeleng, dia berkata kalau dia juga ga membecin Seok Joo yang dulu. Jung Sun berkata kalau ga ada salahnya untuk mereka mencoba tentang hubungan mereka ini. Akan dibawa kemana nantinya, biar waktu yang memutuskan. Seok Joo pun setuju.
Presdir Jin kembali datang ke kantor Seok Joo, kali ini Presdir Jin membawa beberapa botol bir. Dengan tampang sedih Presdir Jin berkata kalau bir ini adalah produk baru yang belum dipasarkan. Staf Presdir Jin berkata kalau bir ini mungkin akan dihancurkan olhe Goldrich dan CYW sebelum sempat diluncurkan.
Presdir Jin menjelaskan kalau bir atau alcohol kadang membuat banyak orang menjadi nyaman. Bahkan dalam ekonomi sulit banyak orang akan mencari alcohol demi kenyamanan. Jadi, apa layak kalau bir buatannya ini dihancurkan? Presdir Jin berharap Seok Joo tersentuh, dia bahkan berlutut dan memegang tangan Seok Joo, memohon agar Seok Joo mau membantunya.
Seok Joo merasa ga enak, dan meminta Presdir Jin untuk segera bangun. Tapi Presdir Jin ga mau sebelum Seok Joo memutuskan menerima kasusnya ini, Seok Joo pun terpaksa mengiyakan.
Presdir Jin lalu menunjukkan beberapa foto pada Seok Joo. Foto seorang Hakim bersama beberapa pihak Goldrich. Seok Joo bertanya bagaimana bisa Cha Young Woo terkait dengan ini semua. Presdir Jin menjawab dia sendiri juga merasa itu ga masuk akal, tapi kenyataannya memang begitu.
Staf Presdir Jin menjelaskan kalau foto itu diambil pada tanggal 8 Maret 2014 dna itu adalah acara liburan Golf. Saat itu sudah ada hal yang diputuskan. Presdir Jin menambahkan kalau 20 hari setelah itu pihaknya mengajukan manajemen hukum. Tapi keadaan semakin kacau karena serikat buruh tahu kalau keputusan diambil saat semua petinggi tengha liburan Golf. Oleh karena itu serikat buruh melakukan demo.
Presdir Jin juga mengatakan kalau dia mencurigai Mun Mok Hyun yang merupakan mantan CEO Baekdu. Jadi dia menyuruh seseorang untuk mengikuti Mok Hyun. Seok Joo langsung meminta agar Presdir Jin ga membocorkan foto ini. Presdir Jin langsung kaget. Seok Joo pun tahu kalau Presdir Jin sudah membocorkan foto ini dan itu akan menambah kekacauan yang ada.
Presdir Jin dengan tampang polos menjelaskan kalau dia sudah menyerahkan foto itu pada Hakim? Apakah itu masalah? Seok Joo hanya menghela nafas, diapun bertanya di Hakim bagian mana Presdir Jin menyerahkan foto ini? Presdir Jin menjawab di departemen 3. Hakim Heo.
Presdir Jin yang polos berkata kalau dia hanya ingin keputusan yang adil makanya dia menyerahkan foto pada Hakim. Dia ga pernah berfikir kalau Hakim dan Pengacara akan bersekongkol. Seok Joo semakin kalut dengan kecerobohan Presdir Jin dia bahkan tak bisa berkata apa-apa untuk menanggapi kalimat Presdir Jin.
Firma Cha tentu saja sudah menerima laporan itu, laporan terkait foto yang diberikan Presdir Jin pada Hakim. Cha Young Woo merasa ini bukanlah masalah, karena Presdir Jin sama saja menciptakan kehancuran sendiri.Cha Young Woo bahkan tersenyum dan menyebut kalau kasus ini semakin menarik.
Celotehanku :
Yeeaayy…edisi terakhir aku nulis ANL yang super duper membosankan. Ga ada alur jelas, bahkan sampai episode akhirpun aku merasa ini drama yang ngambang. Ngambang-ngambang ga jelas. Yang bisa aku tangkep si Seok Joo jadi pribadi baru walau ingatannya belum kembali.
Ga ada sama sekali romance disini. Padahal aku jujur kepengen Seok Joo sama Sun Hee. Keren gila kalau mereka berdua bisa bersatu menumpas semua ketidak adilan.
Jadi inget dulu. Pas mau kuliah, kepengen banget ambil jurusan Hukum. Tapi ada seseorang yang bilang sama aku untuk mengurungkan niatku itu. Bukan apa-apa, hanya karena Hukum itu abu-abu.
Kita ga akan pernah bisa tahu mana yang benar dan mana yang salah, terlebih kalau jadi pengacara. Klien kita adalah yang benar meskipun yang dilakukannya salah. Dan sekarang, aku bisa tahu makna abu-abu itu ada benarnya.
Di jaman sekarang, akan sangat susah menemukan seseorang yang jujur. Jujur saat melakukan salah. Semua seolah secara naluri menutupi aib diri.
Episode terakhir ada di blognya Puji yaa..
Terima kasih untuk kedua partnerku karena sudha bersama-sama menuntaskan drama ini. Dari 18 episode jadi 16 episode, mungkin itu juga yang buat drama ini jadi aneh di ending.
Semoga kita bisa bertemu lagi di project selanjutnya.
Untuk My Belover Readers…selalu berkali-kali aku mengucapkan terima kasih untuk kalian. Mungkin ada yang jenuh nunggu apdetan sinop yang lama atau mungkin ada yang kesel sama tulisan amburadulnya aku selama nyinop. Hehehe
Kebiasaan jarang edit kalau sudah selesai nulis. Masalah waktu sih biasanya. Hahaha
Tapi kalianlah yang terbaik untuk blogku ini.
Luph U So Much For U All..:*
Lop u 2 author IU...jeongmalgomawo
ReplyDeleteBener skli yg d blg mbak IU,"NGAMBANG" q pikir Seok jeo-Jyoon,,lha Jyoon cm pemanis aja,,,baru kli ini drakor "ngambang"...heheheee