[Sebelumnya di episode 20]
Beberapa menit sebelum Ha Eun Joong ditembak
Yoon Hwa Young pergi ke firma hukum Cheonha, dia mencari Eun Joong-Bok, berniat meminta bantuan putranya itu. Tapi, dia malah mendapatkan kejutan yang menyakitkan saat sudah sampai di kantornya itu. Dia mendengar suara putra aslinya. Suara Ha Eun Joong yang terdengar lemah.
Hwa Young jelas semakin marah, karena Eun Joong-Bok tahu situasi ini, tapi malah asik mendengarkan dan bukannya membantu atau menghalangi Jang Tae Ha. Hwa Young mendekati Eun Joong-Bok.
Eun Joong-Bok sedang asik mendengar percakapan sengit antara ayahnya dan Jang Eun Joong asli. Sesuai janji, Kang Ho benar-benar tak memutus sama sekali panggilan telepon yang tersambung itu sehingga dia dengan nyaman dan leluasa mendengar seperti apa situasi disana.
Eun Joong-Bok kaget mengetahui ibunya ada disini, dan mengetahui apa yang dia lakukan. Hwa Young mendelik marah padanya, dengan suara bergetar Hwa Young bertanya bagaimana bisa Eun Joong-Bok melakukan hal semacam ini? Dia meminta agar Eun Joong-Bok segera melapor ke polisi.
Eun Joong-Bok menjawab, dia ga tahu dimana lokasi ayahnya berada. Hwa Young semakin cemas, dan dia meminta Eun Joong-Bok untuk segera menghubungi Tae Ha, agar dia bisa bicara dengan Tae Ha. Namun, Eun Joong-Bok tak bergeming, dia hanya diam.
Bahkan dia tak peduli, melihat keputus asaan ibunya. Hwa Young sampai mencengkeram kerah jas Eun Joong-Bok dan menggoyang-goyang tubuh putra yang dia besarkan itu, dia berteriak agar Tae Ha segera dihubungi. Namun Eun Joong-Bok tetap diam. Bukankah ini memang dia nantikan, melenyapkan Ha Eun Joong, agar posisinya tak terancam?
Ha Myung Geun, mengemudikan mobilnya sekencang mungkin, dia harus sampai di pabrik yang disebutkan tadi. Dia yakin disanalah Eun Joong nya berada.
Fakta mengejutkan didapatkan Eun Joong ditengah seluruh luka dan darah yang dia terima dari Tae Ha. Fakta bahwa, ayahnya dulu pernah menculik putra Tae Ha begitu membuatnya terguncang. Dia mendnegar sendiri kalau alasan Tae Ha menembaknya hari ini adalah karena dia putra Ha Myung Geun, putra si penculik.
Lalu, tepat saat Myung Geun membuka pintu pabrik, Tae Ha melepaskan pelatuk pistolnya, dan peluru itu menembus dada Ha Eun Joong.
Hwa Young jelas mendengar suara tembakan itu, wajahnya semakin pucat pasi, karena tahu itu pasti tembakan Tae Ha pada putranya. Putra aslinya.
Tubuh Ha Eun Joong pun mulai abruk karena tembakan itu melumpuhkannya. Myung Geun langsung berlari mendekat dan menggoyang-goyangkan tubuh Eun Joong sambil terus menyebut nama putranya itu.
Sementara itu, Hwa Young juga tak mampu menahan deritanya kali ini. Dia langsung jatuh pingsan begitu mendengar suara Myung Geun yang memanggil nama Eun Joong. Berarti benar-benar Eun Joong lah yang tertembak. Ini menyesakkannya, dan Hwa Young tak kuasa lagi.
Berkali-kali Myung Geun berteriak memanggil nama Eun Joong, berharap Eun Joong sadar dan membuka matanya, namun itu sia-sia saja. Eun Joong tetap terpejam. Myung Geun sedih sekali.
“Sadarlah Eun Joong, kau bilang ingin ke gunung bersama Ayah. Aku juga ingin ke gunung bersamamu.”
Jang Tae Ha tersenyum puas menyaksikan Myung Geun terluka, bahkan mungkin lebih dari sakit yang dia terima dulu.
Saat Tae Ha akan menembak Myung Geun, ternyata peluru di pistol itu sudah habis.
Myung Geun terus memanggil nama Eun Joong, dia menutup luka di dada Eun Joong, berharap agar darah tak terus mengalir, membuat keadaan putranya semakin parah. Dia takut sekali, takut akan kehilangan Eun Joong.
Jang Tae Ha berkata geram mengingatkan Myung Geun agar tak mengusikknya, sehingga hal ini tak seharusnya terjadi. Tapi, di depan matanya Myung Geun malah menghilang, seolah mengejeknya dan membuatnya bertambah geram.
“Dia putramu Jang Tae Ha. Aku bilang, dia putramu. Eun Joong ku adalah putramu. Putraku adalah anak kandungmu. Dia adalah putramu. Hari itu, orang yang aku culik adalah Eun Joong, putramu. Putraku adalah putramu..!!”
Tea Ha syok, dia membuka kacamatanya dan melihat lebih jelas, benarkah Ha Eun Joong putranya?Bergegas Tae Ha mencari luka di kaki putranya, luka yang seharusnya memang ada di kaki Eun Joong, jika memang Ha Eun Joong putra kandungnya. Ternyata, luka jahitan di kaki itu, memang ada. Ha Eun Joong memilikinya. Berarti apakah benar putranya lah yang sudah dia tembak tadi? Putra kandungnya itu?
Jang Tae Ha terkejutbmengetahui kenyataan ini, dia tak menyangka dengan tangannyalah dia tadi menembak putranya. Diapun langsung mendekati Eun Joong, yang mana darah Eun Joong sudah berlumuran di lantai. Tangan Tae Ha mengenai darah yang kental itu, dan diapun menatap tangannya dengan tatapan menyesal.
Hampir menangis, Tae Ha memanggil-manggil nama Eun Joong.
Polisi sampai di lokasi, dan siap menggerebek tempat itu. Kang Ho yang tahu polisi datang, berniat langsung menyelamatkan tuannya. Dia mendekati Tae Ha, dan menyuruh Tae Ha segera pergi agar tak tertangkap polisi. Tae Ha tak peduli, dan air mata semakin mengembang di pelupuk matanya, dia ikut memanggil nama putranya itu.
Tahu Tae Ha tak akan segera pergi, membuat Kang Ho memukul tengkuk Tae Ha. Pukulan itu cukup membuat Tae Ha pingsan, dan Kang Ho langsung pergi menyelamatkan tuannya ini.
Setelah Tae Ha pingsan, Kang Ho menghapus sidik jari di pistol dengan sapu tangannya lalu melempar pistol itu.
Kemudian Kang Ho menyeret tubuh Tae Ha, dan membawanya pergi agar tak tertangkap polisi.
Song Jae Moon, bersiap memberi aba-aba pda tim untuk segera masuk dan menangkap Tae Ha, karena dia yakin sekali Tae Ha masih ada di dalam. Tapi belum sempat, tim SWAT membuka pintu, Myung Geun sudah keluar dengan menggendong Eun Joong di punggungnya. Jae Moon terkejut melihat Ha Eun Joong terluka.
Tae Ha sudah sadar, dan masih menatap tangannya yang tadi berlumuran darah Eun Joong. Kang Ho membawakan obat penenang untuk Tae Ha. Tae Ha yang masih syok bertanya apa yang harus dia lakukan jika Eun Joong benar-benar putranya?
“Darah ditanganku, apa yang kulakukan jika ternyata ini adalah darah putraku?”
*Suka banget sama actingnya ahjussi satu ini, peran Jang Tae Ha dapet banget sama dia. Kereenn..
Jang Joo Ha mendengar semua di luar ruang ayahnya, dia mendengar semua yang dikatakan ayahnya tadi, dan dia cukup terkejut. Dia bahkan akhirnya menangis, hal yang jarang dia lakukan, karena dia selalu terlihat tegar dan kuat.
Ha Eun Joong sudah dilarikan ke RS, dan segera mendapatkan perawatan.
Myung Geun mendengar penjelasan dokter yang mengatakan bahwa peluru itu menembus paru-paru Eun Joong, dan merobek 1,5cm vena brachiocephalica yang melewati tepat sebelah jantung Eun Joong, dan sekarang bersarang di tulang rusuk ke4.
Operasi jelas harus segera dilakukan, untuk menyelamatkan Eun Joong, dan dokter meminta Myung Geun mengisi lembar persetujuan operasi.
Myung Geun yang syok mendengar penjelasan dokter dengan cemas bertanya, jika pelurunya menembus jantung, apa Eun Joong masih bisa hidup? Myung Geun sangat memohon agar dokter bisa menyelamatkan putranya.
Ha Myung Geun sudah siap mengisi lembar persetujuan operasi itu, namun ada tangan yang merebutnya. Yoon Hwa Young sudah berdiri di belakang Myung Geun, dan berkata dialah yang akan menjadi wali putranya. Dia yang akan mengisi lembar persetujuan operasi ini. Dia yang akan melakukannya.
“Kau jangan lakukan apapun. Jangan berpura-pura menjadi seorang ayah. Jangan meminta apapun dari dokter. Bahkan tidak usah mengkhawatirkan putraku. Jangan lakukan apapun dan mati sajalah.”
“Untukmu tiga bulan terlalu banyak, tiga bulan terlalu lama. Tidak, tiga bulan terlalu singkat. Jangan mati. Kau bahkan tidak berhak mati. Bagaimana bisa kau mati. Kau punya hak apa untuk mati? Kau yang membuat putraku seperti ini. Kanker pancreas bahkan tak bisa mengampunimu. Tak akan kubiarkan mati menjadi akhirmu. Jangan mati secara pengecut.!! Matilah, setelah kau membayar segala dosamu.”
Eun Joong-Bok, dari jauh mendengar dan melihat apa yang ibunya lakukan. Dia mendengar itu dengan perasaan semakin kecewa, terlebih sekarang ayahnya sudah tahu bahwa dia palsu.
Jang Tae Ha, masih syok, dia tak mampu berfikir dengan focus. Dia benar-benar terguncang. Bahkan tubuhnya ikut bergetar, dia hampir tak mampu menopang tubuhnya sendiri. Terlihat kaki Tae Ha hanya memakai sebelah kaus kaki saja, pikirannya kacau. Dia selalu terngiang kata-kata Myung Geun tadi, bahwa Ha Eun Joong adalah putranya. Teringat bahwa tadi, dialah yang menembakkan timah panas itu ke dada Eun Joong. Kembali Tae Ha menatap tangannya dengan rasa dosa teramat dalam. Menyesal, sangat menyesal, itulah yang menghantui perasaannya saat ini.
Episode 21
Yoon Hwa Young pagi ini, terlihat seolah menunggu seseorang di dekat rumah Ha Myung Geun, dia menatap pintu depan rumah itu sangat lama, namun orang yang dinantinya belum juga muncul. Atau apakah dia ingin masuk namun dia tak memiliki keberanian?
Ha Eun Joong, sudah pulang ke rumahnya. Semua terlihat mengkhawatirkan kondisi Eun Joong pasca operasi. Wajah Eun Joong sendiri seolah hampa tanpa ekspresi. Soo Young bertanya, apa Eun Joong ingin berbaring di kamar?
Soo Young sangat cemas dengan kondisi kakaknya ini, dia memohon dengan sangat agar Eun Joong berhenti dari pekerjaan Eun Joong sebagai detektif, karena pekerjaan Eun Joong itu membuatnya sangat cemas. Dua kali, Eun Joong hampir menemui kematian, dan dia ga sanggup jika itu harus terjadi lagi. Dia ga sanggup jika sat itu terjadi, Eun Joong ga mampu melewati kematian.
“Kau hanya punya satu nyawa, dan itu bukan kepunyaanmu. Itu milikku dan ayah, jadi jangan bertindak sesuka hatimu lagi, Oppa.”
Ha Eun Joong sama sekali tak menjawab, dan hanya diam. Dia mengunci mulutnya, dengan pikiran yang bercabang di otaknya. Soo Young meminta agar Eun Joong berkata sesuatu, dia semakin cemas karena semenjak sadar Eun Joong bahkan belum mengucap sepatah katapun pada mereka.
Myung Geun menenangkan putrinya dan berkata kalau Eun Joong nanti juga akan berbicara, jadi Soo Young ga perlu khawatir.
Myung Geun menyuruh Eun Joong berbaring saja di dalam sampai waktu makan malam tiba. Saat Myung Geun memegang tangan Eun Joong, berniat membantu putranya untuk masuk kamar, secara mengejutkan Eun Joong menepis dan melepaskan tangan Myung Geun. Itu tanda dia menolak Myung Geun. Menolaknya seolah dia benci sentuhan Myung Geun padanya.
Myung Geun tentu heran dengan penolakan putranya ini, dia cemas apakah saat itu, Eun Joong mendengar semua yang dia katakan? Ah Mi ikut cemas, dia hanya mampu menatap Myung Geun yang sedang kalut saat ini.
Di dalam kamarnya, Ha Eun Joong menatap kembali foto keluarganya. Foto dia bersama Soo Young, dan ayahnya. Benarkah Myung Geun bukan ayahnya? Apakah itu yang dipikirkan Eun Joong, begitu dia sadar dari operasi? Atau dia merasa terguncang saat mengetahui, ayahnyalah yang memisahkan dia dengan keluarga aslinya? Tapi yang jelas, hal itu snagat mengerikan baginya, sehingga membuat Eun Joong membungkam mulutnya sampai detik ini.
Ha Myung Geun dan Ah Mi sedang menyiapkan makan malam. Melihat tangan Myung Geun bergetar, mungkin karena kejadian tadi, membuat Ah Mi menggenggam tangan itu, seolah ingin menyalurkan kekuatan pada Ahjussi yang disayanginya ini. Ahjussi yang sudah dia anggap seperti ayah dan keluarganya.
“Ahjussi ini bukan kejadi terburuk, dokter bahkan menyebut ini sebuah keajaiban. Setelah satu atau dua hari, afasia nya akan membaik.”
Myung Geun menjawab, itu bukan afasia. Eun Joong bungkam bukan karena afasia. Tapi Eun Joong memang menutup mulut dan pikirannya. Menurutnya, Eun Joong tahu apa yang sudah dia lakukan, walau dia yakin, Eun Joong tak mendengar semuanya. Selama dua minggu ini, Eun Joong bahkan tak pernah memandang matanya. Sepanjang waktu saat di RS, Eun Joong terus menutup mata. Awalnya dia mengira Eun Joong tidur, namun ternyata tidak.
Itulah alasannya, kenapa dia menyuruh Ah Mi dan Soo Young untuk ke RS.
Ah Mi kaget dan meminta agar Myung Geun segera mengatakan yang sebenarnya sebelum Jang Tae Ha mengaku di depan Eun Joong, bahwa Tae Ha adalah ayah asli Eun Joong.
Ha Eun Joong, diam-diam keluar dari rumahnya. Dia menatap kembali nama Ha Myung Geun yang terukir di depan rumah mereka. Biasanya, dia selalu membersihkan papan nama itu, jika kotor dan kali ini, dia hampir saja reflek melakukan kebiasaannya itu. Namun, dia tiba-tiba terhenti. Dia teringat kembali pada kenyataan itu, dan kembali terluka saat mengingatnya. Ha Eun Joong pun kembali melanjutkan niatnya untuk pergi, dan menenangkan diri, entah sampai kapan.
Dengan luka yang masih dia rasakan, membuat langkah terseok-seok, dan Hwa Young yang memang sedari tadi di luar rumah Myung Geun, melihat putranya itu berjalan dengan memegang bagian tubuhnya yang habis di operasi.
Hwa Young yang cemas melihat Eun Joong membawa ransel, langsung berlari mengejar Eun Joong dan menhentikan langkah putranya itu. Dengan cemas Hwa Young bertanya Eun Joong mau kemana, luka tembaknya kan mungkin belum benar-benar sembuh?
Ha Eun Joong hanya menatap dalam diam raut kekhawatiran Hwa Young. Dia tak mengucap sepatah katapun. Hwa Young tahu dia membuat Eun Joong heran atas sikapnya, sehingga Hwa Young menjelaskan kalau dia khawatir pada Eun Joong, dan datangnya dia kesini adalah juga ingin meminta maf pada Eun Joong, atas perbuatan suaminya.
Dia juga meminta maaf atas kesalahannya.
Ha Eun Joong melepaskan pegangan Hwa Young di lengannya dan memilih terus melangkah, di belakangnya, Hwa Young mengikuti langkah Eun Joong tanpa berkata apapun.
Saat sebuah taksi melintas, Eun Joong bergegas masuk ke taksi itu, dan Hwa Young tak mampu mengejarnya. Dia hanya memandang laju taksi dengan air mata yang membasahi pipinya.
Sementara itu, di dalam taksi Ha Eun Joong pun menangis.
Soo Young mengabarkan pada ayahnya, kalau kakaknya ga ada di kamar. Dia bahkan memeriksa lemari dan tak menemukan pakaian Oppanya disana. Myung Geun dan Ah Mi yang ada di daput sontak terkejut dengan kabar itu.
Myung Geun berlari menuju kamar Eun Joong, dan memang terlihat kamar lemari itu kosong, Soo Young mengira Eun Joong masih syok dengan insiden tembakan itu.
Tapi saat melihat ke meja Eun Joong, Soo Young heran mendapati Eun Joong tak membawa ponsel. Soo Young mengira Eun Joong lupa pada ponselnya, sedang Myung Geun berfikiran lain. Dia tahu sesuatu yang buruk sedang menghantui pikiran putranya. Dia tahu, alasan Eun Joong tak membawa ponsel adalah isyarat bahwa Eun Joong ingin menjauhkan diri darinya.
Pukulan yang hebat pun juga menghantam Jang Tae Ha, membuat semangat dan gairah hidupnya lenyap tak berbekas. Raut wajahnya pun tanpa ekspresi. Dia masih terus berkali-kali menatap tangannya dengan perasaan bersalah dan itu terus membuatnya terguncang. Tubuhnya selalu bergetar setiap dia mengingat insiden malam itu, dan kenyataan yang sebenarnya.
Eun Joong-Bok pulang ke rumah, dan melihat ayahnya yang masih terpukul. Diapun mendekati ayahnya, dan Tae Ha menatap Eun Joong-Bok tanpa rasa seperti saat dulu, dia selalu bersemangat dan penuh cinta ketika bertemu dengan putra kesayangannya.
Eun Joong-Bok berkata kalau dia merasa setiap hari rasanya seperti di neraka, karena ayahnya selalu bungkam sampai detik ini.
“Pendapat ayah, keputusan ayah, berapa lama lagi aku harus menunggu? Dua minggu sudah berlalu. Aku tidak bisa bernafas dan rasanya seperti mau mati. Tolong, katakan sesuatu padaku. ”
Tae Ha hanya diam, benar-benar tak merespon. Lalu tiba-tiba Eun Joong-Bok berlutut di depannya dan mengaku salah.
“Tapi ayah, jika kebetulan ini terjadi lagi, aku akan melakukan hal yang sama. Itu karena aku putramu. Aku adalah putramu di rumah ini, tidak sesaatpun aku bukan putramu. Aku hidup sebagai putramu sepanjang tahun. Aku hidup mengenalmu sebagai ayahku sepanjang tahun, dan meskipun tiba-tiba aku bukan putramu, ayah tetaplah masih ayahku. Hal yang ingin aku lindungi adalah bukan diriku, tapi cinta ayah padaku. Cinta yang tidak selayaknya, yang selalu aku terima.”
Tae Ha pun menyuruh Eun Joong-Bok untuk berdiri.
“Seorang pria tak boleh berlutut dimanapun. Jadi berdirilah.”
Tae Ha bahkan mendekati Eun Joong-Bok dan membersihkan bagian bawah celana Eun Joong-Bok yang kotor karena berlutut tadi. Dia sambil berkata “Dalam hidup ini, ketika kau harus bermain dalam sebuah permainan yang membuatmu tak bisa mundur, maka kau hanya boleh berlutut saat kau sudah tak menemui jawaban. ”
Eun Joong-Bok menangis mendapat perlakuan dingin dari ayahnya, diapun memanggil-manggil ayah pada Tae Ha yang sudah berbalik membelakanginya.
Tae Ha menghentikan langkahnya, dan tersenyum menatap Eun Joong-Bok, lalu dengan dingin dia berkata “Panggil aku sebagai Ketua Jang. Jadi mereka bilang kau bukan putraku. Maka, aku akan membawa putraku kembali. Aku akan membawa anakku kembali. Mulai dari sekarang, kau panggil aku Ketua Jang.”
Eun Joong-Bok tertegun begitu mendengar kalimat ayahnya, tak menyangka akan mendengar kalimat ini dari mulut ayahnya.
Dia tak menyangka semua yang dia lakukan, musnah begitu saja, dan sekarang dia tak dianggap putra lagi oleh ayahnya. Ini menyakitkan.
Bersambung ke part 2
wuih...ternyata rame yah...soalnya eps awal agak boring...hmmm...ditunggu lanjutannya yah mb.... tengkyu
ReplyDeleteEmm rasain deh tuh eun jung book, udah segitunya ngejilat akhirnya dicampakinn.. Ditunggu mba kelanjutannya
ReplyDeleteBenar kata mbk keren bnget akting ajhusi itu sbgai jang tae ha ,sampai2 aku gak bisa benci sama dia krna dia syang bnget sma anak nya wlaupun killer
ReplyDeletemakin penasaran sm kelanjutannya....bnyk yg bkn kshn...lanjut lg mb semangat...thnx
ReplyDeletehyep!!kak,boleh tak kalau saya copy sinopsis akak untuk fans k-drama from malaysia.sebab sy orng malaysia.please akak...
ReplyDeletemohon sertaken saja link aktif dari blog saya ya untuk penggemar k drama di Malaysia..
ReplyDeletejangan di copy..maaf..
semoga nengerti..
udah berminggu2 nih gada part atau bepisode lanjutannya
ReplyDelete