[Sebelumnya]
Ternyata karir yang In Ha inginkan nantinya adalah menjadi seorang reporter berita, dan dia yakin sekali dengan itu. Dia akan menjadi reporter dan muncul di TV.
Episode 3 – Mata Seorang Ratu
Terdengar suara yang memanggil Ha Myung dan menyuruh Ha Myung untuk bangun. Dal Po menjawab 5 menit lagi dan dia semakin menarik selimutnya. Lalu terdengar kembali panggilan itu, panggilan yang memanggil nama Ha Myung. Suara ibunya.Itulah yang mampu membuat Dal Po bangun, suara ibunya.
Dal Po keluar dan dia melihat ayah dan ibunya. Ayah sedang bercerita bagaimana dia memadamkan api. Dal Po tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ini terasa nyata. Ataukah hanya mimpi semata? Bahkan kakaknya, Jae Myung juga ada dan sedang bersiap berangkat kerja.
Dal Po mendekati ayahnya dan mencubit pipi ayahnya, tentu saja ayahnya langsung berteriak kesakitan. Ibu memarahi Ha Myung yang melakukan hal itu pada ayahnya sendiri. Ha Myung berkata, ini bukan mimpi kan? Jae Myung menjawab dari tempatnya, apa Ha Myung masih setengah tidur?
Dal Po berkata kalau ada sebuah mimpi yang sangat buruk. Ayah bersembunyi setelah menyebabkan kecelakaan besar, dan dia menjalani hidupnya dengan membenci ayah serta Jae Myung. Dan dia bahkan tidak berusaha menemukan Jae Myung.
Ibu berkata tidak apa-apa, itu hanya mimpi. Ibu pun mendudukkan Ha Myung di kursi sambil membelai Ha Myung lembut.
Dal Po memegang tangan ibunya, merasakan kelembutannya lebih lama. Lalu muncullah In Ha. Dal Po berkata ga mungkin ada In Ha disini, ini ga masuk akal. In Ha memanggil Dal Po paman. In Ha tampak akrab dengan ayah dan ibunya. Dal Po masih tak percaya, dia bertanya pada Jae Myung siapa In Ha. Jae Myung menjawab In Ha adalah keponakan mereka yang manis. In Ha pun memasang wajah manisnya saat menatap Dal Po. Dal Po pun yakin kalau ini memang mimpi. Hanya mimpi. “Aku tidak mau bangun”
Dal Po memegang taplak meja dan dia berkata kalau dia bisa merasakannya. Dia berkata pada ayahnya kalau taplak meja ini terasa kasar di kulitnya. Artinya ini bukan mimpi.
Dan ternyata itu benar-benar hanya mimpi. Dal Po sedang memegang celana In Ha yang memang terasa kasar. Dalam tidurnya Dal Po senyum-senyum sendiri. Tidak, itu bukan mimpi
4 Oktober 2013
Dal Po malah mendekatkan wajahnya ke kaki In Ha dan terus berkata ini terasa kasar di kulitnya. In Ha sudah mengira Dal Po mimpi mesum sehingga dia langsung menonjok Dal Po.
Kakek merasa kasihan dengan apa yang menimpa anaknya. Kakek memarahi In Ha karena melukai wajah tampan Dal Po. In Ha menjawab kalau Dal Po pantas mendapatkannya. In Ha juga berkata kalau wajah pamannya tidak tampan. Kakek memberi julukan In Ha “Penyihir Blak-Blakan”
Ayah In Ha berkata pada Dal Po agar mengatakan pada In Ha agar lebih bijaksana. Dal Po melakukannya. In Ha juga melakukan hal yang sama, dia meminta tolong pada Dal Po untuk katakan pada ayahnya bahwa dia sudah bijaksana. Dal Po sudah tak pedulikan itu lagi, tapi situasi iti terus berlanjut. Ayah In Ha berkata kalau cita-cita In Ha sebagai reporter itu tidak berguna. In Ha berkata kalau dia akan di wawancarai stasiun TV paling bergengsi, dan jika dia diterima, ayahnya tak boleh mengatakan hal seperti itu padanya lagi.
Kakek memukul kening mereka berdua dengan sendok dan agak keras. Kakek berkata berhenti berdebat. Dia ga bisa tahan lagi dengan mendengar omong kosong mereka berdua.
Dal Po berkata jika In Ha gagal lagi kali ini bukankah itu berarti kegagalan yang ke 36x. Dal Po memberikan telur pada In Ha. In Ha mengembalikan telur itu dan berkata tidak, hanya 35x karena kali ini dia pasti lulus.
Dua orang pria tampak sedang menunggu seseorang yang datang. Mereka ada di Bandara. Mereka sedang menungu Song Cha Ok. Lee Il Joo berkata kalau dia dengar ada 10 finalis yang berhasil sampai tahap wawancara akhir. Kim Gong Joo yang setengah botak berkata kalau dia dengar tahun ini mereka akan memilih lebih banyak orang untuk menggantikan tahun lalu. Mudah-mudahan memang seorang yang berbakat.
Gong Jo berkata tapi ada yang mencengangkan, dia memiliki sindrom Pinokio. Il Joo kaget dan berkata itu tak mungkin. Bagaimana bisa seseorang yang tak bisa berbohong melakukan wawancara? Mereka pasti memiliki kualifikasi yang menakjubkan. Il Joo berkata apa dia punya orang dalam? Gong Joo menjawab dia putri Song Cha Ok. Semakin bertambah kagetlah Il Joo. Dia tak menyangka manager Song memiliki seorang putri. Gong Joo berkata kalau dia juga baru tahu, tapi bagaimana bisa dia memiliki sindrom Pinokio.
Il Joo berkata tentu saja mereka harus menerima anak Manager Song, kerena jika memang dia adalah putri Manager Song, pasti dia hebat. Manager Song kan hebat. Gong Joo langsung kesal dan berkata “Memang apa hebatnya Manager Song itu. Dia telah mencuri hak milik orang lain begitu saja.”
Yang ditunggu datang juga. Gong Joo adalah yang paling histeris saat melihat Manager Song datang. Dia bahkan membawa tulisan yang mungkin bertuliskan semalat datang Manager Song. Padahal tadi sebelum Manager Song datang, Gong Joo tampak tak suka dengan Manager Song. Manager Song berkata bukankah ini tempat yang tak seharusnya kalian datangi? Gong Joo menjawab kalau hari ini telah datang tamu istimewa. Il Joo mendorong troli berisi barang-barang Manager Song yang banyak dan dia sudah sedikit kelelahan. Gong Joo bertanya apa banner yang dia bawa ini bagus? Cha OK menjawab sangat bagus sampai dia mau muntah melihatnya.
Dal Po sedang memijat kakek. kakeknya lalu menunjukkan sebuah foto wanita. Kakek lalu berkata kalau dia dengar Dal Po kudengar kau dan Sae Yeon putus bulan lalu. Dia adalah anak pemilik toko Pizza. Apa Dal Po mau bertemu dengannya? Dal Po menjawab kalau dia sudah punya pacar baru. Kakek bertanya wanita seperti apa dia? Dal Po menjelaskan namanya Hee Sung, dia pintar, baik, dan suaranya bagus. Dal Peng yang asik membaca koran menjawab bukankan Sae Yeon juga seperti itu?
In Ha berkata kalau Dal Po harus mengganti gaya Dal Po karena Dal Po sangat norak. Makanya perempuan-perempaun itu memutuskan Dal Po. Dal Po kemudian berbalik menatap In Ha lalu berkata jika memang dia norak makanya dia diputuskan, dia juga ga mungkin diterima kan?
In Ha hari ini akan mencoba lagi melamar menjadi reporter. Kali ini dia akan mencoba ke stasiun MSC tempat ibunya bekerja. In Ha meminta Dal Po untuk tak memberitahu ayahnya. Dal Po bertanya apa In Ha sudah memberitahu Ibu In Ha? In Ha menjawab dia sudah mengirim SMS pada ibunya.
In Ha dan Dal Po sedang mendorong mobil yang letaknya berdempetan sehingga taksi Dal Po tak bisa keluar. Saat itulah Dal Po berkata apa In Ha percaya itu nomer Ibu In Ha? In Ha menjawab dia yakin, jika tidak maka pasti dibalas bahwa dia salah kirim. Dal Po berkata jika memang benar maka dia akan selalu menelponmu. In Ha menjawab ibunya sedang sibuk. Dal Po berkata lagi apa sangat sibuk, sampai-sampai mengabaikan In Ha selama 10 tahun lebih? Hanya ada dua pilihan, yang pertama dia sudah mengganti nomernya. Atau dia sudah tak peduli padamu.
In Ha kesal, dia berhenti membantu. Dal Po bertanya apa In Ha ga bisa berfikir kenapa ibu In Ha ga membalas SMS In Ha? In Ha menjawab ibunya sedang melakukan perjalanan ke luar negeri makanya ibunya ga membalas SMSnya. Dal Po berkata dia ga tahu jika di luar negeri ponsel jadi ga berfungsi.
“Kenapa kau selalu membuat ibuku terlihat sangat jahat? ”
“Karena harapan bodohmu itu. Semakin tinggi harapanmu, maka kau akan semakin sakit.”
“Aku tak akan sakit, karena bagaimanapun kalian berdua selalu memfitnah ibuku. Aku tak akan pernah percaya.”
“Ini bukan fitnah, ini kebenaran.”
“Tidak, ini fitnah. Dal Po apa kau sudah pernah bertemu dengan ibuku? Aku hanya percaya pada apa yang aku lihat. Sama seperti aku percaya padamu 8 tahun lalu. Saat orang lain memfitnahmu, aku tak percaya hal itu. Dan dugaanku memang benar. Jadi jangan fitnah ibuku tanpa bukti apapun.”
Dal Po sudah masuk ke dalam taksinya, dia menyalakan GPS dan ternyata GPS nya itu bernama Hee Sung. Dia mengajak Hee Sung berbicara. Bagaimana ini Hee Sung? Hee Sung menjawab berkendara dengan hati-hati.
Dal Peng menemukan dompet Dal Po yang terjatuh dan berkata kalau Dal Po lupa membawa dompet. Dal Peng membuka foto itu dan menemukan foto putrinya, foto biasa. Kakek yang tahu itu langsung meminta Dal Peng untuk segera memberi dompet itu pada Dal Po, karena Dal Po belum berangkat.
Dari atas Dal Peng memanggil Dal Po, tapi Dal Po tengah serius menatap seseorang. Dan saat Dal Peng tahu siapa yang Dal Po tatap, putrinya. Dal Peng pun curiga Dal Po menyukai In Ha.
Taksi Dal Po berhenti di depan In Ha dan menyuruh In Ha masuk karena cuaca dingin. In Ha menjawab tidak, tapi dia langsung cegukan. In Ha pun berkata iya cuaca memang dingin tapi dia tetap tak akan masuk, karena dia punya paman yang sangat kejam yang telah menyakiti keponakannya. Dal Po lalu berkata kalau In Ha ga usah bayar. Kali ini In Ha tergiur dan akhirnya mau masuk.
Dal Po berkata apa In Ha mau membeli mimpinya. Semalam dia bermimpi sangat bagus. Bertemu dengan orang-orang yang sudah lama dia rindukan. In Ha bertanya apa itu pertanda bagus? Dal Po menjawab kalau In Ha harus membayar untuk mimpinya itu. Dal Po berkata jika benar firasatnya, maka In Ha akan bertemu ibu In Ha hari ini. In Ha bertanya berapa harganya? Dal Po menjawab 10.000 won. In Ha keberatan, akhirnya Dal Po menurunkan menjadi 5000 won. In Ha pun setuju.
Setelah menerima uang Dal Po melepas sesuatu di jaketnya dan memberikan itu pada In Ha sebagai tanda terima. In Ha menerimanya dan memasangkan itu ke kalungnya. In Ha bertanya siapa saja yang ada di mimpi Dal Po? Dal Po menjawab In Ha ga perlu tahu.
Hwang Gyo Dong sedang membaca berita. Dia melihat berita tentang Manager Song yang baru kembali dari tugas ekslusif di Washington. Staf YGN berkata kalau Manager Song kini menjadi Jangkar berita. Lee Young Tak berkata wajar saja karena Manager Song selalu menyampaikan berita yang berbeda. Cha Ok telah menarik rating tinggi. Young Tak terus memuji Song Cha Ok dengan berkata bahwa Cha Ok adalah wanita pertama yang menarik rating tertinggi di stasiun lokal. Dia juga selalu menyajikan berita ekslusif. Cha Ok adalah legenda.
Gyo Dong akhirnya berkata kalau Cha Ok berhasil untuk selalu menjadi pusat perhatian. Walaupun dia seorang wanita dia berhasil menjadi juara lari marathon. Tampaklah Cha Ok sedang mencium medali emasnya.
Cha Ok juga menang di perlombaan minum bir. Tak hanya itu Cha Ok kini menjadi icon yang cantik sebagai seorang reporter. Gyo Dong berkata kalau Cha Ok cocoknya jadi entertainer daripada reporter. Young Tak berkata kalau Cha Ok memang selalu bisa memainkan peran. Young Tak bertanya apa kalian masih ingat tentang kecelakaan bus dimana Cha Ok memegang sepatu korbannya. Saat itu ibunya menonton dan menangis.
Cha Ok membeli sepatu itu agar membuatnya lebih dramatis. Young Tak menceritakan kehebatan Cha Ok lainnya. Saat terjadi banjir dan reporter lain hanya melapor di tepi, Cha Ok bergerak masuk ke dalam air untuk memastikan seberapa dalam banjir kali ini.
Gyo Dong berkata Cha Ok hanyalah seorang penipu. Young Tak berkata semakin tinggi kita berada, maka semakin tinggi pula kritikan yang kita dapat. Young Tak dipuji staf lainnya karena sudah benar-benar seperti reporter. Young Tak tampak malu mendengarnya sekaligus senang. Gyo Dong menatap Young Tak dan mendekati lalu melihat apa yang sedang Young Tak cari di internet. Gyo Dong kemudian berkata “Menggunakan informasi ini agar menjadi topik terpanas sama saja dengan manipulasi.”
Young Tak menjawab dibandingkan dengan yang Cha Ok lakukan ini bukanlah seberapa.
In Ha yang sedang ada di ruang rias, tiba-tiba menjadi sangat senang dan terharu karena ibunya membalas SMS nya dengan ucapan SEMANGAT. In Ha sangat histeris karena ibunya membalas SMSnya, perias tentu saja bingung. In Ha menjawab itu karena sudah 13 tahun lamanya dia menunggu.
In Ha tentu langsung menelpon Dal Po dan menceritakan semuanya. Ibunya berkata SEMANGAT. Dal Po ingin berkata kalau In Ha jangan terlalu yakin itu dari ibu In Ha, tapi dia mengurungkannya dan mengucapkan selamat. In Ha berkata mimpi yang Dal Po jual padanya sangat manjur. In Ha mencium kembali kalungnya yang ada hiasan dari jaketnya Dal Po. In Ha kemudian bertanya apa Dal Po yakin dia akan keterima? Dal Po menjawab Ya. Semakin senanglah In Ha.
Setelah telepon usai, Hee Sung si GPS memberitahu kalau di depan ada tempat penitipan anak. Dal Po menjawab In Ha memang seperti anak-anak. Padahal Dal Po sedang mengantar penumpang. Seorang pria. Pria itupun takut dan mengira Dal Po gila, dia berniat diturunkan disini saja. Tapi Dal Po menenangkan pria itu dengan tersenyum melalui kaca spion, si pria makin takut. Dal Po berkata dia sehat kok, akhirnya Dal Po mengantarkan si pria sampai ke tempat tujuannya.
Dal Po kemudian melihat seorang kakek yang tengah kebingungan, diapun mendekati kakek itu dam bertanya ada apa? Kakek bercerita kalau geribaknya menabrak truk ini. Truknya jadi lecet dan dia harus memberitahu pemiliknya. Tapi dia ga punya ponsel. Dal Po berkata pada kakek, biar dia saja yang menangani, kakek bisa pergi sekarang. Kakek pun mengucapkan terima kasih.
Dal Po akhirnya meninggalkan catatan di kaca depan mobil itu.
Jae Myung keluar dan langsung membaca catatan itu, dia berniat langsung menelpon tapi dia melihat dulu seberapa parah kerusakan truknya.Sementara itu Dal Po mendapat telepon dari Dal Peng yang berkata kalau dompet Dal Po ketinggalan dan kini dia bawa, jadi dia mau Dal Po segera datang mengambil dompet Dal Po. Dal Po pun mengiyakan.
Dal Peng masih mengingat kedekatan Dal Po dengan putrinya. Apakah Dal Po menyukai In Ha. Saat membahas tentang kuliah, In Ha berkata pada ayahnya dia yakin Dal Po juga ingin kuliah. Dal Peng berkata jika saja mereka ga gagal panen pasti In Ha dan Dal Po sudah bisa kuliah. In Ha berkata semua nilai Dal Po sempurna jadi dia pasti sangat ingin kuliah. Tiba-tiba Dal Po datang dan berkata kalau dia akan jadi tentara, dan dia sudah terdaftar. In Ha berkata apa ini karenanya? Dal Po langsung memegang mulut In Ha yang mengerucut agar tak bisa melanjutkan kalimatnya lagi. Dal Po berkata ini bukan karena In Ha, jadi jangan berlebihan.
Dal Po sudah sampai di resto Dal Peng. Dal Peng langsung menunjukkan foto In Ha yang ada di dompet Dal Po. Dal Po menjelaskan walau sedikit gugup kalau In Ha lupa membawa foto 3x4nya untuk resume. Tapi ternyata masih tersisa satu di dompetnya. Dal Peng bertanya benarkah hanya karena itu? Dal Po menjawab iya. Jika tidak lalu karena apa? Dal Po berkata jangan sampai Dal Peng berfikiran yang tidak – tidak lo ya. Dal Peng bertanya yang tidak- tidak seperti apa? Dal Po menjawab baguslah kalau Dal Peng tidak salah paham. Dal Peng memberikan dompet Dal Po dan berkata biar dia yang menyimpan foto In Ha, nanti jika pacar Dal Po tahu dia bisa salah paham.
In Ha sudah sampai di lobi MSC stasiun TV. Dia menatap foto ibunya yang terpampang besar. In Ha memejamkan mata samil berkata dalam hati “Ibu..akhirnya aku bisa berdiri disini. Aku bisa merasakannya, apa kau juga?”
In Ha tak peduli dengan tatapan heran orang-orang padanya. Seorang wanita yang melihat In Ha berkata semangat juga gadis itu. Wanita tersebut adalah Yoon Yoo Rae. Dia pun jadi bertambah semangat.
Di ruang tunggu In Ha bertanya pada seorang gadis apa nanti salah satu pengujinya adalah Song Cha Ok? Gadis itu yang bernama Yoon Yoo Rae membenarkan, dan Cha OK sangat kejam. Dia sangat menakutkan, jadi berhati-hatilah. Semua yang ada di ruangan itu menjadi semakin takut. Tapi In Ha malah terlihat senang, dia mengucapkan terima kasih pada Yoo Rae atas informasinya.
Akhirnya giliran In Ha yang dipanggil masuk. In Ha masuk dan memperkenalkan dirinya. Cha Ok dengan nada datar meminta In Ha segera duduk. In Ha merasa senang karena itu artinya ibunya tak ingin dia menjadi gugup.
In Ha ditanya penguji pria apa benar In Ha seorang Pinokio? In Ha membenarkan. Penguji satunya berkata apa In Ha sudah tahu ga ada reporter yang mengidap sindrom Pinokio. In Ha menjawab dia sendiri ga tahu kenapa dia memilih menjadi reporter padahal dia seorang Pinokio. Penguji pria berkata kemampuan tak bisa berbohong dianggap sebagai kelemahan seorang reporter. In Ha membantah, itu bukanlah kelemahan. Bukankah seorang reporter harus menyampaikan kebenaran? Berita yang disampaikan adalah kebenaran dan bukan kebohongan serta bisa membangun kepercayaan pada pemirsa.
Cha Ok yang sedari tadi diam akhirnta bersuara. Dia berkata, kalau In Ha benar-benar pemula. Cha Ok menatap kedua rekannya dan bertanya apa dulu dia senaif ini saat debut? Seorang penguji berkata kalau In Ha dan Cha Ok memliki banyak kesamaan. In Ha senang mendengarnya.
Cha Ok akhirnya menantang In Ha untuk melakukan tes sederhana, jika In Ha lulus tanpa cegukan maka dengan senang hati dia akan menerima In Ha sebagai reporter di perusahaan ini. Apakah In Ha sudah siap?
In Ha menjawab Ya.
Cha Ok mengeluarkan dua lembar kartu sebuah tempat makan, dan dia mau In Ha memilih salah satu. In Ha pun mendekat dan memilih satu. Cha Ok berkata kalau mereka mendapat perintah untuk mencari perokok illegal. Dan mereka diam-diam ingin memberitakan hal tersebut. Apakah In Ha bisa mendemonstasikannya? In Ha menjawab iya.
Cha Ok yang lebih dulu melakukannya.Dia menghubungi tempat makan yang tak dipilih In Ha, dan saat sudah tersambung, juga sudah di loudspeaker serta direkam. Cha Ok berkata kalau dia ingin memesan tempat untuk makan malam jam 7 besok? Pemilik resto bertanya untuk berapa orang? Cha Ok menjawab untuk 4 orang, tapi mereka semua perokok, tak apa-apa kan? Pemilik resto menjawab itu tak masalah selama mereka merokok di dalam ruangan. Mereka sekarang sudah memperbolehkan pelanggan yang perokok. Cha Ok berkata kalau begitu sediakan tempatnya untuk besok. Cha Ok menyudahi teleponnya dan bertanya mudah kan? Sekarang giliran In Ha, lakukan tanpa cegukan.
In Ha pun mulai menelpon restoran yang dia pilih. Saat sudah tersambung, In Ha berkata kalau dia ingin bertanya sesuatu. Apakah tak apa jika pelanggan merokok di tempat Anda? Si pemilik resto balik bertanya kenapa memangnya? Karena kami ingin mencari kebenaran dari kabar ini.
Si pemilik kesal dan berkata kalau In Ha sudah gila. Telepon pun langsun terputus. Cha Ok berkata kalau In Ha bahkan tak bisa melakukan tugas semudah itu, dan In Ha tetap mau jadi reporter?
“Untuk mendapatkan sebuah informasi dalam sebuah kejadian. Seorang reporetr harus berbohong selama wawancara. Karena dengan kebohongan itu bisa menarik keluar kebenarannya. Itulah alasan kenapa seorang Pinokio tak bisa jadi reporter.”
In Ha tahu dia sudah gagal
In Ha yang sedih masih ada di MSC dan saat Cha Ok keluar, dia mendekati In Ha lau bertanya kenapa In Ha masih disini? In Ha menjawab karena ada sesuatu yang harus dia pastikan. In Ha bertanya bolehkan dia melihat ponsel Cha Ok? In Ha mencoba menelpon nomer ibunya. Dan ternyata ponsel Cha Ok tak berdering sama sekali. In Ha berkata berarti dia salah. Ini benar-benar bukan nomer Ibu. Dal Po memang benar.
Saat Cha Ok akan pergi, In Ha berkata “Ibu..aku benar-benar merindukanmu.”
Cha Ok memeluk In Ha. In Ha senang dan merasa ibunya juga merindukannya tapi ternyata Cha Ok berkata di dekat telinga In Ha dengan pelan. Dia berkata “Maafkan aku.. tapi aku tak punya waktu untuk merindukanmu”
In Ha tak sanggup berkata apa. Yang dia dengar tadi sungguh menyesakkan dadanya. Ibunya sendiri yang berkata seperti itu padanya. Ibunya sama sekali tak pernah merindukannya. Ini menyakitkan.
Bersambung ke part 2
Celotehanku :
Song Cha Ok benar-benar wanita kejam. Tanpa perasaan, dan tanpa hati nurani. Dia hanya memikirkan karirnya tanpa peduli bagaimana anaknya. Selama ini berarti In Ha mengirim SMS pada seseorang yang tak dikenalnya.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih untuk yang mau berkunjung dan memberikan
komentar di blogku ini ya,
walau aku jarang membalas tapi aku membaca semua komentar kok,
dan sangat senang.^^