[Sebelumnya]
Pagi ini Ha Myun yang ada di meja makan berkata pada ibunya kalau Jae Myung pasti berbohong. Ibu menjawab Jae Myung ga mungkin berbohong. Ha Myung kemudian berkata lalu kenapa Jae Myung belum pulang juga. Jae Myung lari, karena dia tak yakin bisa menepati janjinya. Ibu berkata kalau Jae Myung pasti akan segera pulang. Jae Myung hanya menginap di rumah temannya. Ha Myung berkata kalau dia berharap ayah segera pulang.
“Aku ingin dia pulang dan memukul siapa saja yang berbohong. Ibu..apa kau menangis?”
Ibu yang sebenarnya menangis menjawab tidak, dia tak menangis. Ha Myung berkata Ibu tak berbohong kan? Ibu menjawab tentu saja dia tak berbohong. Padahal ibu tak bisa menahan tangisnya yang menjadi-jadi. Dari berlakang dia tampak mengusap air matanya dan Ha Myung tahu itu.
Ibu berbalik dan bertanya pada Ha Myung apa Ha Myung mau melihat kembang api hari ini? Ha Myung bertanya benarkah hari ini? Ibu membenarkan. Ha Myung tentu saja tersenyum senang mendengar ajakan ibunya itu.
Jae Myung ternyata menunggu di depan stasiun MSC, dia ingin bertemu reporter Sung Cha Ok. Seorang satpam menyuruh Jae Myung pulang. Jae Myung menjawab kalau dia akan pulang setelah dia bisa bicara dengan Reporter Cha Ok. Satpam berkata memangnya Jae Myung pikir reporter itu Batman, yang akan datang saat dipanggil? Di tangan Jae Myung, dia membawa sebuah piala penghargaan
Akhirnya keinginan Ha Myung untuk melihat kembang api kesampaian juga. Dia melihat kembang api yang sangat indah malam ini. Ha Myung tersenyum senang melihat kembang api tersebut.
Sementara itu Jae Myung juga tampak melihat kembang api sendirian. Dia menatap piala penghargaan yang tadi dibawanya. Ternyata itu Penghargaan Kehormatan Pemadam Kebakaran.Dia menatap sedih piala itu.
Sung Cha Ok akhirnya menemui Jae Myung. Dia bertanya ada perlu apa Jae Myung ingin menemuinya? Jae Myung menjawab dia ingin melakukan wawancara.
Ha Myung yang sudah selesai melihat kembang api, kini memainkan kembang api sendiri. Dia tampak senang sekali. Ibu melihat Ha Myung yang senang, tapi entah mengapa dia sendiri tampak gugup, seolah dia merencanakan sedang merencanakan sesuatu.
Ibu kemudian berkata pada Ha Myung, ayo mereka pergi menemui ayah. Setelah itu yang tampak hanya sepatu Ha Myung dan kembang api Ha Myung. Entah Ha Myung dan ibunya dimana? Melompatkah mereka ke laut?
Sementara itu, Jae Myung sedang bersiap untuk wawancara.
Keesokan paginya daerah dimana ada sepatu Ha Myung sudah diamankan dengan garis polisi. Jae Myung berlari dan tak percaya melihat hanya sepatu adiknya tersisa dan beberapa kembang api. Jae Myung mengambil paksa catatan polisi dan membacanya. Dia tak percaya dengan semua ini. Jae Myung ngamuk. Dia berteriak di depan Cha Ok. Berteriak sangat kencang, dan Cha Ok mana peduli akan itu.
5 Bulan kemudian
3 Januari 2001
Diatas sebuah kapal, seorang perempuan bernama Choi In Ha. In Ha berkata dia ga mau memberitahu ayahnya. Choi Dal Pyong menjawab ga apa-apa kalau In Ha ga mau memberitahunya. Dia bisa mengerti. Tapi dia mau In Ha cerita jujur padanya. Jadi ceritakanlah.
In Ha berkata dia menyesal, seharusnya saat ayah dan ibu bercerai, dia ikut ibu saja. Dengan begitu hidupnya ga akan menyedihkan di pulau ini. Tapi Kakek mengidap Demensia.
Dal Pyong yang malas mendengar ocehan putrinya meninggalkan putrinya. Saat In Ha berbalik, dia melihat ayahnya sudah tak ada.
In Ha berkata “Jangan khawatir In Ha, kau pasti bisa melewatinya.”
Tapi setelah mengatakan itu In Ha cegukan, yang artinya itu bohong.
In Ha pun terkejut. Diapun berkata yang lain “Jangan biarkan orang kampung menguasaimu dan jangan mengikuti dialek mereka. Dan tetap keren seperti anak kota.”
Lagi-lagi setelah berkata seperti itu In Ha cegukan. In Ha pun kesal. Dia kemudian berkata “Oh Tidak ! Aku bisa jdi anak kampung”
Setelah berkata seperti itu In Ha tak cegukan yang berarti itu memang benar. In Ha pun sedih karenanya.
Saat In Ha sampai di rumah kakeknya, dia melihat sekeliling dan banyak sekali hal-hal yang membuat dia jijik. In Ha pun seolah mau pingsan mengetahui keadaan rumah kakeknya ini.
Setelah di dalam dan memberi salam pada kakeknya. Kakek memuji In Ha yang semakin cantik. Dan In Ha pun tersenyum bersama ayahnya.
Ayah Dal Pyung melihat jam dan berkata seharusnya anak itu sudah kembali. Dal Pyung bertanya memangnya siapa yang akan kembali.
Kakek keluar diikuti Dal Pyung dan In Ha, Dal Pyung bertanya siapa yang akan kembali. Ayahnya menjawab kakak Dal Pyung yang akan kembali. Dal Pyung jelas heran, kakaknya? Kakak apaan?Ayah menjawab Dal Pyung kan punya 1 kakak. Dal Pyung berkata mana mungkin itu Dal Po.
Akhirnya seorang yang bernama Dal Po itu datang. Dia mengendarai sepedanya dan setelah sampai dia langsung memanggil ayah dan memeluknya. Ayah pun tampak senang karena Dal Po sudah kembali. Hanya Dal Pyung dan In Ha saja yang tampak heran.
Ayah kemudian berkata pada Dal Po kalau itu adalah adik Dal Po namanya Dal Pyung. Dal Pyung pun mana terima jadi seorang adik untuk seorang bocah yang bahkan bisa menjadi anaknya sendiri. Kemudian, ayah mengenalkan In Ha sebagai keponakan Dal Po.
Mereka melanjutkan obrolan di dalam. Ayah bercerita bahwa pada bulan September atau Oktober waktunya pemeriksaan mingguan. Dia mau memperbaiki kerusakan akibat ombak, jadi dia kesana. Itulah saat dia menemukan sebuah pelampung di air. Dia penasaran, jadi dia kesana untuk mengeceknya. Dan kalian tahu apa itu? Itu adalah kakakmu. Dal Po.
Dal Pyung berkata “Dengar Ayah, kakakku sudah meninggal 30 tahun yang lalu.”
Ayah berkata “Ya aku tahu, saat aku melihatnya aku tak tahu apakah ini mimpi atau bukan? Jadi aku mencubit diriku sendiri untuk membuktikan ini nyata atau tidak. Tapi setelah lama aku pikirkan, aku akhirnya sadar. Dewa laut telah menyelamatkan kakakmu dan membawanya kembali.”
Dal Pyung berkata kalau dewa laut itu hanyalah dongeng. Dal Po meminta mereka berhenti. Tapi In Ha membentak. Dia berkata seharusnya Dal Po menghentikan kakeknya saat kakeknya mulai berimajinasi. Tapi kenapa Dal Po mengikuti alur main kakeknya?
Dal Pyung kembali berkata “Ayah.. Dal Po sudah mati. Apa kau tak ingat? Dal Po pergi bermain perahu sendirian dan terjadilah kecelakaan itu.”
“Ya, aku tahu. Aku masih sangat ingat. Ya, Dal Po sudah meninggal”
Ayah pun nampak sedih. Dia berdiri dan berjalan keluar.
Dl Po ingin menyusul ayahnya. Tapi Dal Pyung menahan Dal Po dan melarang Dal Po memanggil ayah pada ayahnya. Tiba-tiba terdengar suara seseorang yang terjatuh. Semua terkejut dan langsung keluar.
Dal Po langsung menyuruh mengambil bantal dan selimut sekarang juga. Setelah bantal dan selimut datang.Selimut ditaruh di bawah kaki ayah. Dal Po langsung membuka ikat pinggang di celana ayah. Dia berkata kalau ayah memang tak mengidap demensia. Dokter berkata kalau otak ayah memaksa berfikir bahwa anaknya telah hidup kembali. Dal Po memijit-mijit tangan ayah. Dal Po kemudian melanjutkan kembali kalimatnya, tapi setelah otak ayah menolak kebenarannya, dia akan kaget dan pingsan.
In Ha kemudian berkata jadi karena itu Dal Po berpura-pura menjadi anak kakeknya? Dal Po menjawab dia tidak pura-pura, tapi memang dia telah menjadi anak ayah. Dal Pyung bertanya apa maksud Dal Po, ayah sudah mengadopsi Dal Po? Memangnya orang tua seperti ayahnya masih bisa bisa mengadopsi anak? Dal Po menjawab kalau kantor dan kepala desa sudah menyetujuinya. Dal Pyung bertanya dimana orang tua Dal Po? Mendengar pertanyaan itu Dal Po berhenti memijat dan raut wajahnya berubah. Akhirnya Dal Po menjawab dia tak punya siapa-siapa.
Dal Pyung berkata kalau Dal Po ga boleh ada disini.
Dal Po berhenti memijat dan menatap Dal Pyung. Dia berkata “Ayah membutuhkanku. Dia juga membutuhkanku sebagai anaknya. Tanpa aku dia akan terus pingsan.”
Dal Pyung berkata “Jadi kau akan menipunya terus?Ini tak mungkin”
Dal Po menjawab sambil berteriak, apanya yang ga mungkin? Toh hal ini juga tak merugikan siapapun. Memangnya siapa yang akan peduli? Dal Po kemudian menurunkan nada suaranya dan kembali berkata dia hanya akan berpura-pura sampai keadaan ayah membaik. Hanya sampai saat itu. Biarkan dia disini, hingga ayah sudah membaik. Dal Po memohon.
Malam ini Dal Po dan ayah bermain dan mereka tertawa bersama. Dal Pyung bertanya pada putrinya apa putrinya bisa menganggap Dal Po sebagai paman In Ha? In Ha menjawab tentu saja tidak. Dal Po masih terlalu kecil. Mana mungkin Dal Po jadi pamannya. Dal Pyung juga berkata dia juga harus menganggap Dal Po kakaknya. Dal Pyung berkata kalau kakek pasti akan sembuh, mereka hanya perlu mengambil surat adopsi itu lalu membuang suratnya saat ayah sudah membaik dan mengirim Dal Po ke panti asuhan.
Dal Pyung berkata kalau TV rusak jadi In Ha ga akan mungkin bisa melihat wajah ibu In Ha. In Ha yang kesal akan pergi, dan Dal Pyung bertanya apa In Ha ga mau makan. In Ha menjawab dia tak lapar, In Ha langsung cegukan setelah menandakan kalau dia berbohong.
Malam ini Dal Po sedang sendiri, dia tiba-tiba teringat masa lalunya
Flashback
Malam itu, Ibu mencium terus tangan Ha Myung. Ibu berkata “Ha Myung..ayo pergi temui ayahmu.”
Ha Myung bertanya benarkah? Ayah masih hidup? Ibu tahu dimana ayah?
Ibu menjawab “Ya...aku tahu.”
Ha Myung bertanya ibu ga berbohong kan? Ibu memeluk Ha Myung sambil menjawab dia tak berbohong. Ibu menangis saat memeluk Ha Myung.
Flashback End
Dal Po berkata pembohong. Diapun menangis. Tapi kemudian Dal Po melanjutkan kalimatnya kalau dia sama saja seperti ibunya. Tiba-tiba In Ha datang sambil berkata kalau dia akan menganggap Dal Po sebagai pamannya hanya jika ada kakek. Tanpa sengaja perut In Ha berbunyi tanda dia lapar.
In Ha juga berkata kalau Dal Po adalah Hiu penjilat. Apa Dal Po tahu apa itu Hiu penjilat? Dal Po menjawab dia ga tahu dan In Ha menjelaskan kalau Hiu penjilat adalah Hiu yang selalu mengikut di belakang paus. Perut In Ha berbunyi lagi, dan Dal Po bertanya apa In Ha lapar? In Ha menjawab tidak, dan dia langsung cegukan. Dal Po berdiri dan berkata kalau dia bisa mendengar suara keroncongan dari perut In Ha. Setelah itu Dal Po pergi.
Saat Dal Po pergi, In Ha ingin makan ubi. Tapi ubi itu sangat panas, sehingga setiap In Ha memegangnya dia kepanasan dan melepaskannya sambil berkata kalau dia ga akan memakan ubi itu. Berkali-kali dia berkata seperti itu. Tapi setiap berkata itu, In Ha pun cegukan sebagai tanda bahwa dia memang ingin memangakan ubi itu. Dal Po dari awal sudah mengintip apa yang In Ha lakukan.
Dal Po masuk dan memberi ubi pada In Ha dengan sudah terbalut kain atau apalah itu yang ga akan membuat panas saat dipegang. Dal Po berkata kalau dia sudah tahu sedikit tentang hiu penjilat. Kemudian Dal Po melanjutkan hiu penjilat itu seperti In Ha kan? In Ha pun kesal mendengarnya. Tapi kemudian In Ha menjawab Dal Po benar, dia mengidap sindrom Pinocchio jadi kalau dia berbohong maka dia akan cegukan. In Ha pun memakan ubinya. Saat sedang makan Dal Po menatap In Ha. In Ha bertanya kenapa Dal Po menatapnya terus? Apa karena dia cantik? Dal Po tersenyum tak percaya dengan super percaya dirinya In Ha. In Ha langsung berkata kalau dia memang cantik dan itu dari ibunya. Ibunya sangat cantik. Bukannya sombong, tapi dia memang sudah cantik dari lahir. (LOL)
Dal Po tampak tak percaya. In Ha berkata apa Dal Po mau melihat foto ibunya? Dal Po balik bertanya apa In Ha punya foto ibu In Ha? Wajah In Ha berubah sedih dan berkata kalau ayahnya sudah membuang semua foto ibunya. Tapi dia masih bisa melihat ibunya di TV. Jika dia merindukan ibunya, dia tinggal menonton TV.
Pagi ini Dal Po memanjat genteng dan membenarkan antena sudah rusak.
In Ha mencuri ponsel ayahnya untuk mengirim SMS pada ibunya. In Ha bercerita kalau kakek sedang sakit jadi mereka harus tinggal disini sementara. Dulu dia pikir desa ini sangat membosankan dan norak, tapi ternyata tidak semuanya membosankan. Paman itu selalu menemaniku. Dia adalah pamanku, tapi dia pendek dan lucu. Awalnya dia tak menyukai paman itu, tama semakin lama dia semakin menyukainya.
Tiba-tiba Dal Po lewat dan memanggil In Ha, dia berkata kalau sekarang In Ha sudah bisa melihat TV. In Ha senang mendengarnya. In Ha lalu berkata agar mereka segera pulang. Dal Po menyuruh In Ha naik ke gerobak dibelakangnya. In Ha berkata kalau di depan ada tanjakan dan dia berat. Dal Po tetap menyuruh In Ha duduk, dan In Ha tak menolak. Tapi ternyata benar, Dal Po tak kuat. Berkali-kali mencoba tetap saja Dal Po tak kuat.
Akhirnya mereka memutuskan jalan kaki. Sepanjang perjalanan nampak In Ha sangat senang. In Ha bertanya Dal Po lebih mirip siapa ayah atau ibu Dal Po? Dal Po menjawab, kalau dia lebih mirip ayahnya.
In Ha berkata “Aku berharap bisa bertemu dengannya.”
Dal Po bertanya menurut In Ha ayahnya seperti apa?
In Ha menjawab “Dia pasti tak terlalu tampan seperti wajahmu. Dia suka membantu orang lain kan? Dan dia suka dipuji karena itu. Dia pasti orang yang baik.”
Dal Po berhenti dari jalannya dan berkata kalau In Ha ga cegukan? In Ha bertanya apa Dal Po pikir dia berbohong? Dia ga berbohong, dia yakin ayah Dal Po adalah orang yang baik. Jadi, dia harap dia bisa bertemu dengan ayah Dal Po suatu hari nanti.
Dal Po menatap In Ha lama, dan In Ha bertanya kenapa Dal Po menatapnya seperti itu. Lalu tak diduga Dal Po mencium pipi In Ha, membuat In Ha heran. In Ha bertanya ciuman untuk apa tadi. Dal Po menjawab selama 6 bulan ini Dia terus hidup dalam kebohongan, karena kebohongan itu berguna untuk kehidupan kakek dan aku. Tapi kebenaran 10x lebih menyenangkan daripada kebohongan. Begitulah yang In Ha sampaikan padanya.
Dal Po dan In Ha sudah sampai di rumah, dan TV benar-benar bisa hidup. In Ha senang sekali. Tapi dia meminta pada Dal Po agar Dal Po ga memberitahu ayahnya, karena jika ayahnya tahu maka TV ini akan dihancurkan. Dal Po pun berjanji.
In Ha pun berhasil melihat wajah ibunya. Dia berteriak senang. Dal Po terkejut menyadari bahwa ibu In Ha adalah Sung Cha Ok. Reporter kejam yang menuduh ayahnya sengaja menghilang karena merasa bersalah selamat sendiri dari kebakaran itu. Dal Po marah melihatnya.
Dal Po pun keluar dan dalam hati dia berkata “Ada saat aku menyadari bahwa bumi ini sangatlah kecil. Semua orang pasti pernah merasakannya juga.”
Dal Po menatap antena yang sudah diperbaikinya
Dal Po kembali berkata dalam hati “saat orang asing itu menjadi bagian dari kehidupanmu.”
Dal Pyung datang dan bertanya dimana In Ha. Dal Po yang kesal menjawab kalau In Ha sedang melihat berita. Dal Po juga memberitahu bahwa In Ha mencuri ponsel Dal Pyung untuk mengirim SMS pada ibu In Ha.
Saat In Ha sedang dimarahi Dal Po berkata kumohon hancurkan saja.
In Ha mendekati Dal Po dan memanggil Dal Po paman sambil memohon agar pama mau menghentikan ayahnya. Tapi apa yang Dal Po lakukan. Dia menepis keras tangan In Ha sehingga In Ha pun jatuh ke tanah.
Dal Po bertanya kenapa harus aku?
Kembali ke Quiz Challenge di stasiun YGN
“Apakah nasib baik atau buruk kita tak akan pernah tahu. Meskipun ini disebut NASIB, masih ada penjelasan matematikanya. Sudah jadi aturannya bahwa semua orang sudah terhubung dalam 6 pemisah. Itu artinya entah melalui apa kita berdua juga terikat dalam 6 derajat. Fenomena ini diberi nama oleh aktor terkenal Amerika dan diberi nama khusus. Siapakan nama aktor itu?”
Seo Won berkata kalau ini adalah pertanyaan terakhir jadi mungkin terbilang cukup sulit.
In Ha di kelasnya juga harap-harap cemas bisakah Dal Po menjawab
Seo Won kembali berkata jika jawaban Dal Po benar maka Dal Po akan berhadapan langsung dengan Ahn Chan Soo Waktu Dal Po 5 detik.
Teman di samping In Ha menjawab kalau kali ini Dal Po pasti ga bisa menjawab
Chan Soo tersenyum sinis karena yakin Dal Po ga mungkin bisa menjawab pertanyaan sesulit itu. Dal Po pun membalas senyum Chan Soo dengan jawabannya. Dia berkata kalau jawabannya adalah Kevin Bacon. Seo Won berkata kalau jawabannya benar sekali.
Semua teman sekelas Dal Po merasa heran, mereka merasa seolah tak mengenal Dal Po. In Ha tak peduli omongan teman-temannya, dia tersenyum lega karena Dal Po berhasil menjawab dengan benar.
In Ha yang mendengar teman disampingnya terus menggerutu tentang Dal Po berkata kalau temannya ini menyukai Chan Soo kan? Temannya itu tentu saja tak mau mengaku. Temannya itu membalikkan pertanyaan, lalu bagaimana dengan In Ha? In Ha selalu mendukung Dal Po karena In Ha menyukai Dal Po kan? In Ha menjawab tidak. Teman yang lain berkata In Ha ga cegukan, berarti In Ha berbohong. In Ha berkata kalau Dal Po pasti menang.
Jae Myung mengantar pesanan galon ke sebuah toko yang menjual TV. Disana terpampang segala siaran, dan saat Jae Myung melewati siaran-siaran TV itu dia tiba-tiba berhenti. Dia melihat wajah itu dan dia merasa seolah tak asing dengan wajah tersebut.
Chan Soo dan Dal Po pun akhirnya behadapan. Seo Won berkata mereka akan berlanjut ke babak ke-2 antara peserta dari sekolah yang sama.
Jae Myung masih ada disana, kali ini dia melihat Cha Ok sang reporter kejam yang sedang menyiarkan sesuatu.
Jae Myung menatap Cha Ok dengan tatapan tajamnya.
Sementara itu, di dalam kelas In Ha sangat yakin kalau Dal Po pemenangnya.
Celotehanku :
O Dal Po, jalan hidupmu berliku. Aku heran sama ibu yang mengajak anaknya untuk bunuh diri bareng-bareng. Seputus asa itukah sampai harus mengajak sang anak, tak bisakah memikirkan yang lainnya. Itulah lemahnya wanita.
Apa yang Dal Po katakan bahwa kebenaran 10 kali lebih menyenangkan dari kebohingan adalah benar. Tapi aku heran kenapa bisa Dal Po jadi ranking 34 di kelasnya padahal dia sepintar itu. Sangat pintar malah. Aku yakin dia lebih pintar daripada Chan Soo.
Apa ya motif Dal Po ikutan kuis itu? Hmmm...benar-benar menarik.
Wuah bak ayu bikin sinop pinoccio jg...chua...gumapshimnida jeongmal bak ayu.tp Mr baek ttp lanjut apa nggak bak ayu????? Gak jadi hoon gak jadi ha myung/dal po.peran LJS kesian...Dan ,menyedihkan,rumit, tp aktingnya ttp baguzzzz...
ReplyDeletembak kalo mw download drama ini plus subtitle indonya dmna ya? mkasih
ReplyDelete