[Sebelumnya di episode 13]
Episode 14
“Kau adalah putraku” itulah yang diucapkan Na Hong Ran saat Dokgo Ma Te ada dihadapannya, yang tentu kalimat itu membuat Ma Te syok mendengarnya. Tak percaya itulah yang dia rasakan saat ini.
Ma Te bertanya apa maksudnya ini? Siapa sebenarnya dia?
Hong Ran menjawab kalau Ma Te benar-benar putranya. Putra yang sudah dicampakknya. Hong Ran tampak ingin menangis, namun dia menahannya. Ma Te yang masih tak percaya berkata kalau Hong Ran pasti hanya sedang mengarang-ngarang cerita tentang hidupnya kan? Jika ini hanya sebuah lelucon, dia rasa lelucon Hong Ran terlalu berlebihan.
Hong Ran menjawab kalau dia juga berharap ini hanya lelucon saja. Tapi, semalaman dia ga bisa tidur memikirkan hal ini. Tidakkah Ma Te bisa merasakan kalau dia sama terkejutnya dengan Ma Te saat ini?
“Alasanku menemui hari ini adalah karena aku khawatir kau akan mengharapkan sesuatu. Bila kau berharap mendapat sambutan hangat dariku, kau sudah salah besar. Aku sama sekali tidak punya fikiran seperti itu.”
Ma Te semakin merasa tertohok. Bukankah itu sama saja dia dicampakkan dua kali? Dia terluka sekali. Ma Te pun berkata apa Hong Ran ga sadar jika Hong Ran sudah menjungkirbalikkan perasannya saat ini?
Hong Ran seolah tak kenal ampun dengan kalimat sadisnya, dia kembali berkata kalau dia lega anaknya yang hilang telah ditemukan, atau tepatnya anak yang dia lahirkan secara diam-diam lalu dia camppakkan, ternyata ada dihadapannya. Dia hanya merasa lega saja, tidak lebih dari itu. Mungkin seharusnya dia meminta maaf karena telah mencampakkan Ma Te, tapi dia pun tidak akan melakukan itu.(Meminta maaf)
“aku tak merasa menyesal atau terikat sama sekali. Aku hanya merasa tidak nyaman.”
Hong Ran juga menceritakan tentang Yoo Ra yang menemui dirinya terkait masalah Ma Te. Yoo Ra mengancamnya, jika dia turun dari jabatannya, maka Yoo Ra akan merahasiakan tentang Ma Te.
Keterkejutan Ma Te bertambah, saat mendengar tentang Yoo Ra. Diapun bertanya, apa Yoo Ra tahu tentang masalah ini?
Hong Ran menjawab “Aku sudah memperingatkanmu sebelumnya, dicampakkan adalah takdirmu.”
Yoo Ra juga mencoba menggoyahkannya dengan blog novel, tapi dia pastikan dia tak goyah, dan apa yang Yoo Ra lakukan itu hanya sia-sia saja. sekeras apapun Yoo Ra berusaha, dia tetaplah bagian MG. Ibaratnya dia adalah MG, dan MG adalah dia.
Kim Bo Tong sudah berkemas, dia akan pindah dan tinggal bersama ibunya. David membantu Bo Tong dan bertanya apa semua sudah dibawa? Bo Tong menjawab kalau bajunya ga banyak, jadi dia rasa ga ada yang kelupaan kok. David berniat mengantar Bo Tong, namun Bo Tong menolak dengan berkata kalau dia pakai truk saja. David menjawab, Bo Tong kan hanya bawa dua tas saja, kenapa harus pakai truk.
Bo Tong pun melirik ke foto Ma Te yang terpasang di dinding kamar. Foto Ma Te berukuran besar. Karena foto itulah dia harus naik truk. David menjawab agar mereka mencoba saja dulu, siapa tahu muat.
Ma Te menuntut penjelasan, kenapa Hong Ran melahirkan dia, tapi kemudian mencampakkannya? Hong Ran menjawab “Karena kau mirip sekali dengannya. Kau tumbuh persis seperti dirinya. Dia punya wajah tampan, senyum yang menawan. Dia masuk ke dalam hidupku, dan membuatku jadi berantakan. Dia tahu aku anak orang kaya, makanya dia mendekatiku. Lalu setelah membuat hidupku berantakan, dia menghilang begitu saja.”
Hong Ran kemudian memberi dua pilihan pada Ma Te. Pilihan pertama, adalah Ma Te harus meninggalkan negara ini. Terserah di negara mana, dia akan menyiapkannya untuk Ma Te. Ma Te ga bisa tinggal disini, karena tinggal disini akan terasa seperti neraka. “akulah yang akan membuatmu hidup bagai di neraka.”
Pilihan keduanya adalah menghilang selamanya dari hadapan dia. Jika Ma Te bersikeras tinggal di negara ini, maka Ma Te benar-benar akan merasakan neraka itu.
Ma Te tak mampu berkata-kata. Pikirannya kacau. Sangat kacau.
**
Akhirnya Bo Tong naik mobil David, dia meminta agar David sedikit lebih cepat. David menjawab kalau mereka terlalu cepat, nanti yang diatas mobil bisa terbang. Bo Tong tahu maksud David, karena yang diatas mobil adalah fot Ma Te. Foto yang besar itu, membuat mobil mereka berjalan seperti keong. Lambat sekali.
Ma Te berjalan dengan langkah gontai menuju mobilnya. Sementara dari jauh, Yoo Min melihat Ma Te. Dia bergumam, jika Ma Te menyetir dalam keadaan seperti itu maka bisa bahaya. Ma Te masuk ke dalam mobil, dengan pikiran yang masih kacau. Bukannya menyalakan mobilnya, dia malah menekan tombol lain. Yoo Min tentu melihat itu dan tahu prediksinya bisa terjadi jika Ma Te tetap nekat menyetir dalam kondisi seperti itu.
Yoo Min membuka pintu mobil, dan Ma Te menatap Yoo Min, dengan pandangan matanya yang mulai kabur. Yoo Min meminta agar Ma Te keluar. Ma Te menatap dengan bingung.
Akhirnya Yoo Min yang menyetir dengan Ma Te disampingnya. Ma Te hanya diam, dan menatap dengan tatapan kosong keluar jendela mobilnya. Yoo Min berkata agar Ma Te ga perlu berterima kasih padanya. Tapi, jika Ma Te masih merasa ga enak, maka Ma Te bisa memberinya uang sebagai supir pengganti. Ma Te tak merespon, dan Yoo Min menoleh menatap Ma Te. Diapun tak berkata-kata lagi.
Kim Bo Tong sudah sampai di kamarnya ditemani ibunya dan adiknya. Dia menatap takjub kamarnya ini. Mal Ja berkata kalau ini Dae Shik yang mengerjakan. Dae Shik berlagak cuek, dan Bo Tong menatap adiknya itu.
Mal Ja juga bilang kalau Dae Shik bahkan ga punya kasur, dan rela tidur di lantai. Bo Tong merasa terharu dan berkata kenapa harus menyuruhnya pindah jika ternyata mereka kekurangan kasur?
David berhasil masuk dengan membawa foto Ma Te yang besar ke kamar Bo Tong. Ibu yang melihat itu marah dan bertanya kenapa barang tersebut harus dibawa?Ibu yang kesal, langsung memukul Bo Tong, dia ga suka foto Ma Te yang besar itu dibawa kemari. Terlebih itu pasti merepotkan David.
Kini, David sedang bersama dengan ibu Bo Tong dan juga Dae Shik. Mal Ja berkata kalau David pasti merasa kesepian sekarang. Biasanya hal itu baru terasa jika tempat yang ditinggali menjadi kosong, karena akan menjadi lebih luas. Mal Ja bahkan meminta agar David sering-sering datang, karena rumah mereka kan lumayan dekat. Jika David mau menginap, David juga bisa tidur bersama Dae Shik.
Mal Ja juga berterima kasih karena David sudah menjaga Bo Tong selama ini. David berkata kalau begitu dia akan datang tiap hari, dan dia akan minta makan yang banyak di rumah ini. Mal Ja senang dan menjawab itu ga masalah.
Kim Bo Tong tidak ikut bergabung dengan lainnya, karena dia sibuk menghubungi Ma Te. Dia ingin mengabarkan kalau dia sudah pindah. Tapi Ma Te sama sekali tak menggubris panggilannya, dan dia merasa ini aneh.
Dae Shik datang dan memberitahu Bo Tong kalau David akan segera pulang. Bo Tong pun akhirnya keluar untuk menemui David.
Dokgo Ma Te menemui Hong Yoo Ra dan menceritakan semuanya. Yoo Ra terlihat sedikit merasa tak nyaman, karena dia juga mengetahui hal ini. Ma Te bertanya apa Yoo Ra juga sudah mengetahuinya? Yoo Ra pun membenarkan.
Ma Te ingin tahu kapan persisnya Yoo Ra tahu? Yoo Ra menjawab saat dia melihat jam itu di meja kerja Bo Tong. Ma Te terlihat sedikit kesal. Dia bertanya lalu kenapa Yoo Ra ga memberitahunya? Kenapa Yoo Ra malah membuat kesepakatan dengan David? Apa itu karena dia yang sudah tak berguna lagi untuk Yoo Ra?
“Awalnya aku tak mau bilang padamu, karena aku tak mau melihatmu sedih.”
Ma Te bertanya lalu apa yang akan terjadi selanjutnya? Apa Yoo Ra akan berbalik menodongkan pisau padanya?
Yoo Ra menjawab kalau dia selalu bergerak maju, dan tetap pada tujuan akhirnya. Ma Te seolah tak percaya mendengar jawaban Yoo Ra, diapun bertanya apa hidupnya hanya seolah mainan bagi Yoo Ra?
Yoo Ra dengan sinis menjawab kalau Ma Te bertanya pada orang yang salah, seharusnya Ma Te bertanya ini pada ibu Ma Te, atau tepatnya pada ibu yang membesarkan Ma Te, yaitu Kim Min Sook. Min Sook pasti dari awal sudah tahu siapa Ma Te sebenarnya.
David Choi, sudah sampai di rumahnya. Dia berada di kamar yang biasanya ditempati Bo Tong. Dia bertanya sendiri, apa Bo Tong sudah tidur? Tanpa adanya Bo Tong yang cerewet, rumah ini benar-benar jadi sepi.
Kemudian ada SMS dari Bo Tong yang membuat David sumringah membacanya. Bo Tong bertanya di SMS, David sedang ga membuat tenda kan? Nanti dia akan datang untuk memeriksa.
David tertawa membaca SMS Bo Tong ini. Diapun bergegas naik ke tempat tidur, merebahkan kepalanya, dan berpose seperti orang yang sedang lelap, lalu memotretnya. David akan mengirimkan foto itu sebagai bukti kalau dia tidur di kamar dan bukan di tenda.
Sementara itu, Bo Tong di kamarnya melihat MMS yang david kirimkan dengan tulisan “Aku sudah tidur.”
Bo Tong tertawa melihat foto David, dan berkata kalau David ceroboh, tidur tanpa mengganti baju.
Kali ini, Dokgo Ma Te sudah di rumahnya. Dia menatap foto ibunya dengan Presdir Park. Diapun merebahkan tubuhnya di Sofa, sambil terus menatap foto itu. Perasaannya benar-benar kacau, dan dia merasa sedih sekali.
Sementara itu Yoo Min sedang serius menatap laptopnya, dimana terpampang wajah Na Hong Ran dan juga Dokgo Ma Te. Dia kemudian menulis I bawah foto itu “Pertemuan ibu dan anak. Terungkapnya kenyataan, dan keputusasaan Dokgo Ma Te.”
Kemudian Yoo Min beralih pada ponselnya dan menyalakan hasil rekaman yang didapatkannya tadi.
Terdengarlah semua yang Na Hong Ran katakan saat bertemu Ma Te, bahwa Ma Te adalah putranya. Tanpa disadari mereka sebuah alat perekam terpasang di meja itu.
Yoo Min kesal karena Hong Ran sudah mengakui rahasia ini, sehingga dia ga bisa menjualnya. Dia kemudian menatap kembali pada wajah Ma Te dan berkata sendiri, kalau ini mengganggunya.
Yoo Min merebahkan kepalanya di sandaran sofa dan bilang “Tetaplah hidup. Kau akan lihat nantinya. Itu semua akan terkubur.”
Di kediaman keluarga Park. Na Hong Ran menggenggam jam kuno itu. Tapi kemudian dia membuangnya ke tempat sampah. Gi Suk melihat hal itu dan langsung mendekati Hong Ran.
Dia kemudian bertanya apa Hong Ran sudah menemui anak itu? Hong Ran membenarkannya.
Gi Suk berkata kalau ini semua terjadi karena perbuatannya mereka dulu. Meski sudah terlambat, mari kembalikan semua ke tempatnya.
Hong Ran menatap Gi Suk dan bertanya apa maksud Gi Suk? Menurutnya, ini baru permulaan. Semua kobaran api ini, tercipta oleh Gi Suk dan juga Yoo Ra.
Kenapa Gi Suk melakukan ini padanya? Anak itu, kenapa Gi Suk biarkan Min Suk yang membesarkannya? Apa maksud Gi Suk membiarkan Ma Te muncul dihadapannya?
Gi Suk menjawab kalau dia hanya mencoba memahami Hong Ran saja, dia heran kenapa Hong Ran membuat Ma Te harus diadopsi diluar negeri? Dia hanya ingin membawa Ma Te kembali. Itu saja. Karena dia yakin suatu waktu Hong Ran sadar dan merindukan anak itu.
Hong Ran berkata harusnya dari awal Gi Suk memberitahunya. Gi Suk berkata jika dari awal dia memberitahu Hong Ran, apa Hong Ran akan melindungi anak itu? Hong Ran hanya diam, dan Gi Suk pun melanjutkan kalimatnya kalau setiap hari dia melihat Hong Ran terus memandangi jam itu. Dia mau mulai sekarang, Hong Ran ga tersiksa dengan masa lalu itu. “Hiduplah dengan menatap ke depan.”
“Aku tidak mau. Kehadiran Ma Te saja sudah membuatku merinding. Setelah melihat anak itu, aku seolah mengingat semua masa laluku. Bagaimana aku dibodohi oleh saudaraku sendiri, bagaimana aku menyerahkan segalanya, tapi ayah anak itu malah mencampakkanku. Aku jadi ingat semuanya.”
Gi Suk menjawab kalau masa lalu hanyalah masa lalu. Hong Ran yang sudah bersimbah air mata, menatap Gi Suk dan berkata kalau Gi Suk sama saja dengan laki-laki itu.
“Kau dan aku menikah hanya karena merger dan akuisisi ”
Hong Ran berlalu meninggalkan Gi Suk, yang langsung mengambil jam kuno itu. Biar dia yang menyimpannya.
Keesokan paginya, di ruang kerja Ma Te. Bo Tong melihat Ma Te tak ada diruang ini. Bo Tong menjadi sangat khawatir, karena ponsel Ma Te bahkan tak aktif.
Datanglah David, dan Bo Tong langsung berkata kalau sepertinya dia harus melihat ke rumah Ma Te.
David ingin mengantar Bo Tong, tapi Bo Tong menolaknya. Dia berjanji akan segera kembali, apalagi David kan sedang banyak kerjaan.
Sampailah Bo Tong di apartemen Ma Te yang kosong. Bo Tong hanya melihat jam kuno itu, bersanding dengan foto ibu Ma Te dan Presdir Park.
David yang cemas menelpon Bo Tong, dan Bo Tong yang sudah melihat kedua benda itu langsung tahu kemana kiranya Ma Te pergi. Dia berkata pada David kalau dia sudah makan, dan David makan saja dulu. Nanti dia akan menelpon lagi.
Ma Te berdiri di tempat penyimpanan abu ibunya. Dengan rasa putus asa dia berkata pada ibunya, kalau tidak ada yang bisa menjelaskan semua padanya. Ibunya sudah menjungkirbalikkan kehidupannya, dan ibunya bahkan tak memberi penjelasan apapun.
“apa aku benar bukan anak ibu? Lalu aku ini siapa? Kau sendiri siapa, Bu?”
Bo Tong datang dan kaget mendengar kalimat Ma Te, dia langsung bertanya apa maksud yang Ma Te katakan tadi?
Ma Te menoleh menatap Bo Tong dan dengan mata berkaca-kaca berkata kalau ada yang memberitahunya jika ibunya selama ini, bukanlah ibu kandungnya. Bukankah itu konyol?
“kalau ibu bukan ibuku, lalu aku ini siapa? Kenapaada situasi buruk semacam ini?”
Ma Te akhirnya meneteskan air matanya. Bo Tong yang masih bingung meminta penjelasan. Ma Te pun menceritakan kalau Na Hong Ran adalah ibu yang melahirkannya. Semakin terkejutlah Bo Tong.
“Ibuku adalah Na Hong Ran.”
Bo Tong pun bahkan tak percaya dengan yang didengarnya saat ini.
Kim Bo Tong mengajak Oppanya makan. Dia berkata pada Ma Te kalau selesai makan, Ma Te bisa menangis lagi. Disaat seperti ini, harusnya Ma Te lebih kuat.
Ma Te berkata kalau rasanya ini seperti sebuah film. Apa Bo Tong tahu film apa ini? Ini seperti film seorang pemeran utama pria yang sudah bekeluarga dan bekerja dengan giat. Tapi setelah itu pemeran utama pria sadar semuanya hanya acting.
“Semua orang melihatnya tertawa dan menangis, kurasa itu situasi yang amat kejam. Tapi seperti itulah aku. Apa ada yang nyata dalam hidupku?”
Dengan mantap Bo Tong berkata “Putra ahjumma, Dokgo Ma Te. Itulah kenyataannya.”
Ahjumma Kim sangat menyayangi Ma Te, dia melihatnya sendiri, dan itulah kenyataannya. Ma Te yang masih diliputi rasa kecewa berkata bukankah seharusnya Na Hong Ran minta maaf padanya, karena sudah mencampakkannya? Tapi Hong Ran malah menyuruhnya pergi jauh, dan tidak muncul dihadapan Hong Ran lagi. Jika tidak maka Hong Ran akan membuatnya hidup bagai di neraka.
Kali ini mata Bo Tong lah yang berkaca-kaca, sedih dengan kehidupan yang dialami Oppanya. Dia bahkan tak kuasa menahan air matanya. Bo Tong berkata harusnya dia bisa menenangkan Ma Te saat ini. Tapi dia malah tak mampu berkata apa-apa. Kenapa semua ini terjadi pada Ma Te?
Ma Te menatap Bo Tong yang menangis dan berkata “Bagiku, hanya kaulah yang tidak pernah berubah.”
Hong Yoo Ra bertemu dengan mantan suaminya di kantor. Yoo Ra berkata kalau ini baru awal saja bagi Moon Soo, karena Hong Ran akan menggunakan segala macam cara untuk menjatuhkan Moon Soo.
Moon Soo menjawab kalau dia akan melakukan yang terbaik untuk tetap bertahan, jadi Yoo Ra ga perlu khawatir.
Yoo Ra pun meminta agar Moon Soo membawa kembali orang yang sudah melindungi Moon Soo, yaitu Choi Jun Ha. Bukan saatnya Jun Ha ada di perusahaan Ma Te. Mereka harus membawa Jun Ha ke MG.
Moon Soo menjawab kalau dia ga mau melibatkan Jun Ha dalam perang ini.
Yoo Ra akhirnya berkata kalau Hong Ran punya seorang putra. Kalimat itu cukup membuat Moon Soo kaget. Kemudian Yoo Ra melanjutkan kalimatnya, Dokgo Ma Te adalah putra ibu mertua.
Sekarang Hong Ran sudah menemukan Ma Te, dan tentu Hong Ran akan membuat Ma Te kembali. Itu sama saja membahayakan posisi Moon Soo. Moon Soo paham kan dengan maksudnya?
“Jadi, kau harus membawa Choi Jun Ha kembali.”
Bersambung ke part 2
Wahhhhh...... akhirnya keluar juga sinopsisnya...
ReplyDeleteSemakin penasaran akan ending dramanya...
Makasih atas sinopsisnya... semangat!!
yang ak takjub banget adalah wajah yoo ra.......cantikkkkkk bangetttt kaya lukisan ....
ReplyDeletetapi kelakuannya ternyata jahat ....
Kyk nh hrus ekstra sbAr ngGu snOpsis ny. .
ReplyDeleteSmgat y mBaA nuls nh. .
Dan jg, mksh bgt udh nydiain ruang bC yg bgus bgt bwt kmi. .
Smangat. ,
:-)
Semoga jangan sad ending ya T_T kalo Ma Te nangis, jadi ikutan nangis...
ReplyDeleteKasihan ma te..
ReplyDeleteGumawo di tunggu part 2 nya mbak ya
ReplyDeleteGak sabar ni...
Cayoo mbak...
Na hong ran jahat bgt ya masa sm anak sendiri ampe segitu nya cm gara2 benci sm ayah nya mate
ReplyDelete