Sunday, 8 December 2013

Sinopsis Pretty Man Episode 5 Part 1


Episode 4 part 1 klik disini
Episode 4 part 2 klik disini
**

Episode 5

Kini Hong Yoo Ra ada di dalam apartemen Ma Te, duduk di sofa ruang tamunya, dan Ma Te bertanya siapa yang sudah membuat Yoo Ra menangis? Dia penasaran ingin tahu.

Yoo Ra menatap Ma Te sambil tersenyum dan bertanya, bagaimana rasanya hidup Ma Te tanpa seorang ayah, dan hanya tinggal dengan seorang ibu?
Ekspresi di wajah Ma Te langsung berubah, dia hanya terdiam, dan kemudian Yoo Ra melanjutkan kalimatnya “Sama sepertimu..aku penasaran bagaimana perasaan putriku menghabiskan waktunya tanpa kehadiranku.”

Yoo Ra kemudian mengatakan kalau putrinya yang masih kecil itu akan dikirim belajar ke luar negeri. Ma Te pun kaget mendengarnya. Yoo Ra menjelaskan kalau ini adalah ide Na Hong Ran.

Ma Te bergumam kalau Hong Ran benar-benar menakutkan. Yoo Ran berkata kalau dia minta maaf, karena seharusnya dia memberikan kata-kata nasihat untuk Ma Te, bukan malah membuat semakin Ma Te khawatir.

Yoo Ra pun berkata kalau dia ga punya tempat untuk pergi, makanya dia datang ke tempat Ma Te. Ma Te hanya menjawab kalau mereka harus segera menemukan dimana tempatnya, dan dimana tempat Yoo Ran seharusnya berada.

Hong Yoo Ra telah selesai dengan urusannya di tempat Ma Te, diapun keluar dan menuju lift. Saat menunggu lift terbuka, Yoo Ra melihat wajahnya dicermin. Dia mengamati kedua matanya, dan hanya berkata kalau maskaranya jadi rusak. (Gubrak..)

Saat lift sudah terbuka dan Yoo Ra masuk ke dalamnya, dia berkata sendiri “Ma Te, sebaiknya kau berjaga-jaga”


Bo Tong yang patah hati karena melihat Ma Te berpelukan dengan wanita lain, menghabiskan malamnya dengan makan daging dan minum soju sendiri. Dia sedih sekali, dan terus teringat akan kejadian di depan apartemen Ma Te tadi.

Bo Tong mencoba menengankan dirinya dengan berkata itu pasti hanya teman Ma Te saja, tapi kenapa teman saling berpelukan seperti tadi?


Tiba-tiba ibu Bo Tong datang, dan langsung memukul kepala Bo Tong, Bo Tong pun menoleh dan melihat ibunya. Dia berkata kesal pada ibunya agar jangan mengganggunya. Ibu bertanya kenapa Bo Tong minum-minum? Apa Bo Tong minum karena soju itu akan kadaluarsa?
Bo Tong menatap ibunya dan menjawab kalau ibunya ga tahu apapun. Sambil menangis Bo Tong menjawab kalau apa yang dia makan, bukan sebenarnya yang dia makan


Ibu seolah ga peduli, dan menjelaskan kalau bisnis mereka saat ini sedang buruk. Jadi kenapa Bo Tong malah bertingkh seperti ini? Kalau Bo Tong ga bisa menghasilkan uang, harusnya Bo Tong segera menikah. Bo Tong menjawab kenapa ibunya ga mendoakan dia dapat sial saja. Ibu bertambah kesal dan bilang, kalau Bo Tong lah yang membuatnya terus sial. (Ibu macam apa ini?-_-)

Bo Tong kemudian bilang kalau dia dapat kerja dan tempat untuk tinggal. Apa ibunya puas? Ibunya malah heran, dan bertanya apa ada tempat kerja, yang juga memberikan tempat untuk tinggal? Bo Tong sudah terlampau mabuk sehingga berkata kalau dia juga ga tahu. Setelah itu, Bo Tong pun tertidur di pelukan ibunya.

Keesokan paginya, ibu dengan terburu-buru membangunkan Bo Tong yang masih terlelap, dan menyuruh Bo Tong segera berangkat kerja. Bo Tong protes tapi kemudian dia teringat dan langsung membuka matanya lebar-lebar.

Ibu dengan penuh semangat bertanya perusahaan tempat Bo Tong bekerja seperti apa memangnya? Apa perusahaan itu besar?
Bo Tong menjawab kalau perusahaan itu lebih dari sekedar besar.

Ibu semakin senang dan berkata lagi jika benar perusahaan itu memberikan tempat tinggal, apa itu seperti asrama untuk karyawan? Bo Tong mengiyakan walau dengan ekspresi tidak yakin.


Setelah ibu meninggalkan kamarnya, Bo Tong semakin frustasi. Perusahaan apanya, itu tidak seperti yang ibunya fikir.
Kemudian Bo Tong mengambil ponsel, dan dengan memantapkan hati dia menekan tombol dial pada sebuah nomer.

**

David Choi, sedang menyiapkan sarapan paginya, dan tiba-tiba ada panggilan masuk di ponselnya dari Bo Tong. David tentu langsung menerimanya dengan senyum.
David bertanya ada apa? Bo Tong dengan kikuk menjawab kalau dia menelpon tentang sewa bulanan yang waktu lalu mereka bicarakan. Sepertinya dia menerima tawaran itu.

Tanpa diketahui Bo Tong, David terlihat sangat senang dan mengekspresikannya dengan mengepalkan tangan seolah ingin berteriak “YES”


Sementara itu peramal listrik, sibuk dengan ritualnya pagi ini. Dia berkata pada gambar yang ada di depannya “Disaat seperti ini, seharusnya kau ada disini. Apa yang harus aku lakukan?”

Dalam kegalauannya itu, sang permal berkata dalam hati “Bisa membaca pikiran orang itu menyakitkan, melihatnya dan menyampaikannya pada orang itu, aku jadi tidak bisa mendapatkan teman ataupun berkencan. Tapi, Ma Te itu berbeda.”

Peramal itu tiba-tiba teringat saat malam bertemu Ma Te yang menunggunya di luar dengan basah kuyup, karena hujan.

“Ma Te itu polos dan tidak pernah berpura-pura. Aku sungguh ingin memiliki Ma Te. Tapi bersama Ma Te, aku tidak mau membohongi perasaan apapun. Aku dengan tulus, menginginkan Ma Te memenuhi impiannya.”


Setelah bergulat dengan pikirannya, sang peramal memutuskan menghubungi Na Hong Ran.
Hong Ran menerima telepon itu dengan penuh senyum, Hong Ran langsung berkata kalau dia meminta peramal itu untuk menyingkiran Ma Te, tapi kenapa malah mengencani pria itu.
Hong Ran mengancam peramal listrik itu dengan berkata lain kali, dia pastikan sesuatu yang berbahaya untuk kedua orang tua peramal itu.

Peramal listrik terkejut mengetahui ternyata yang mengganggu orang tuanya adalah Hong Ran. Diapun berkata kalau duri di dalam kuku Hong Ran sepertinya agak tajam, karena Hong Ran sampai setakut ini. Apa Hong Ran takut, jari Hong Ran akan terpotong?

“Menghancurkan kuda lawan, adalah satu-satunya cara untuk menang. Tapi, kau juga harus menjaga kudamu, kalau kau memang punya kemampuan. ”

Hong Ran terpana disindir sedemikian rupa oleh peramal listrik tersebut.


David Choi datang ke rumah Bo Tong, dan Bo Tong terkejut karena David bisa tahu dimana dia tinggal. David hanya tersenyum dan berkata kalau dia sangat lapar, apa Bo Tong punya nasi?

Kini David menyantap makanan yang terhidang di hadapannya dengan lahap. Didepannya ada ibu Bo Tong dan Dae Shik adik Bo Tong. Ibu Bo Tong menatap dengan kagum pada David, sedangkan Dae Shik menatap dengan tatapan tajam penuh kewaspadaan.

Ibu Bo Tong meminta maaf karena dia masak sesuatu yang mungkin diluar selera David. David menjawab kalau sup ini sangat enak, dan dia ga menyangka akan dihidangkan sup sosis daging di rumah makan daging. Bo Tong tersenyum mendengarnya.


Dae Shik tiba-tiba bertanya hubungan seperti apa yang dimiliki David dengan Noonanya ini? Reflek, Bo Tong langsung memukul kepala adiknya. Ibu meminya agar David ga terganggu dengan itu dan menikmati makanan saja. David mengangguk.

Kemudian ibu bertanya apa Bo Tong benar-benar akan tinggal di mess pegawai?
Bo Tong memandang penuh makna pada David agar mengiyakan pertanyaan ibunya itu.

David pun paham dengan isyarat Bo Tong, dan membenarkan kalau Bo Tong akan tinggal di mess pegawai.
Ibu kemudian bertanya apa David sudah punya pacar? Bo Tong ingin protes, tapi David malah bertanya apa dia bisa makan 3 sendok dulu, baru menjawab pertanyaan lainnya. Ibu hanya melongo tapi kemudian mempersilakan David untuk menyendok makanannya.

Tapi belum sempat David menyuapkan sup itu kedalam mulutnya. Ibu Bo Tong sudah bertanya lagi, apa kedua orang tua David masih hidup?
David yang ga jadi makan, malah tertawa melihat Bo Tong yang kesal, karena ibunya cerewet sekali.


Bo Tong sudah sampai di rumah David dengan segala barang bawaannya, dia menatap rumah David dengan takjub. Bo Tong kemudian bertanya apa benar David ga akan tidur di dalam rumah? David menjawab kalau dia bisa tidur di tenda. Dia sangat menyukai Glamping (Glamorous Camping) selama 4 musim penuh.
Kemudian Bo Tong berkata dia jadi iri, dan membuat David tertawa terbahak-bahak mendengarnya.


Keesokan paginya, David Choi sudah ada di sebuah kantor, dimana seorang pria sibuk memilih warna mana yang akan dia pakai untuk membersihkan kuku nya. David hanya memandang itu dengan pandangan tak percaya.
Ternyata David sedang menawarkan kaus kaki kebersihan itu, pada pria yang sibuk dengan kuku di jari tangannya.

Pria itu dengan marah bertanya bagaimana bisa dia mempercayai kaus kaki kebersihan itu? Apa menurut David supermarketnya ini ada di pedalaman?


David berdiri kesal, dan berkata dengan nada keras, kalau dia akan mengundurkan diri. Laki-laki itu akhirnya melunak, dan mulai melihat isi dokumen David, dan David jadi senang. Laki-laki itu bertanya apa subkontrktornya sudah ada? David menjawab kalau dia masih mencari. Lelaki itu jadi kesal, dan berkaa kalau dia juga akan mencari kayu untuk memukul David.


Ma Te datang ke home shopping dimana Bo Tong sudah menunggu. Ma Te bertanya kesal kenapa Bo Tong ga menjawab teleponnya? Bo Tong menjawab kalau dia lupa bawa ponsel. Tepat setelah itu David datang membawa ponsel Bo Tong dan menyerahkannya pada Bo Tong. Bo Tong senang, tapi Ma Te terlihat bertambah kesal, apalagi Bo Tong berkata kalau dia juga yakin ponselnya ketinggalan di kamar tidurnya.


Ma Te berkata pada David kalau Bo Tong mungkin belum pernah berkencan dengan siapapun, tapi jika David berkata seperti tadi maka orang yang mendengar bisa salah paham. David bingung dan Ma Te menjelaskan orang yang mendengar bisa saja mengira Bo Tong dan David tidur bersama semalam.

Bo Tong dengan polos menjawab apa yang Ma Te bilang benar juga, semalam kan dia dan David berada di tempat yang sama. Ma Te membelalakkan matanya saking syok dengan yang dia dengar.


Kali ini, mereka bertiga bisa duduk dengan damai. David berkata kalau dia sudah berusaha melakukan yang terbaik dengan berbicara pada ketua tadi, tapi ketua tetap tidak bergeming.

Ma Te kemudian bertanya apa David bisa membuatnya bertemu dengan Ketua? David menjawab jika Ma Te berencana untuk mentraktir Ketua, maka cara itu tidak akan berhasil. Ketua benci hal-hal seperti itu.
Ma Te menatap tajam pada David dan menondongkan keplanya mendekati David lalu berkata “Apapun yang terjadi, aku akan mengurusnya. Jadi atur saja pertemuan itu”

Ma Te kemudian dengan posisi favoritnya, dengan gaya sok cool, yang dia yakini akan membuat David tidak menolak keinginannya itu.


Bo Tong mendekati Ma Te yang sedang sendiri dan menjelaskan kalau dia tinggal di rumah David, karena rumahnya sangat jauh dengan Home Shopping. Jadi ini agar memudahkannya saja. Lagian dia juga membayar di rumah David.

Ma Te malah tidak merespon yang dikatakan Bo Tong dan malah bercerita kalau dia akan mencoba menghadapi Ketua, jadi dia mau Bo Tong kembali ke rumah, dan menunggu saja.


Setelah Ma Te berlalu meninggalkan Bo Tong karena ada telepon dari peramal listrik, Bo Tong bergumam apa Ma Te cemburu padanya?

“Beginikah seorang pemalu menunjukkan rasa tertariknya?”

Bo Tong jadi tersenyum geli dia senang jika memang Ma Te cemburu padanya.


Ma Te sudah ada di ruang konsultasi peramal listrik. Peramal kali ini bersikap sangat ramah dengan berkata kalau Ma Te sepertinya sangat sibuk. Ma Te membenarkan dengan menjawab kalau dia sibuk menjual kaus kaki. Peramal heran mendengarnya.

“Ada sebuah tujuan yang harus aku penuhi dan aku dapatkan. Tapi itu masih sangat jauh, dan sulit untuk menjalaninya. Aku penasaran apa aku bisa menjalaninya dengan baik, dan sampai pada tujuan itu. Sejujurnya aku benar-benar takut. Segunung kaus kaki adalah tombol pertama yang menakutkan.”

Peramal bertanya kenapa Ma Te butuh bantuan untuk menjual kaus kaki? Yang perlu Ma Te tahu adalah bagaimana caranya berjualan. Ma Te menjawab itu sebabnya dia membutuhkan bantuan. Dia harus bisa merubah pemikiran orang lain, sehingga dia bisa menjual barangnya. Dia harus meletakkan tangannya pada dompet orang lain, agar orang itu mau mengeluarkan uang.

Peramal tersenyum dan berkata kalau dia sebentar lagi akan tutup, apa Ma Te mau menunggu sebentar? Ma Te menjawab penuh senyum kalau dia bisa menunggu sebanyak peramal itu mau. Peramal itupun ikut tersenyum.


Kini, Ma Te dan peramal listrik sedang jalan berdua menikmati kencan mereka. Peramal bertanya, Ma Te pasti terkejut saat melihat orang tuanya kan? Ma Te menjawab kalau dia terkejut hanya sekitar 2 detik saja. Peramal listrik pun tersenyum mendengarnya.

Peramal berkata kalau dia sadar orang tuanya berbeda dengan yang lain. Tanpa bisa berbicara dan mendengar, dia ingin melindungi, tapi ternyata malah terlalu berlebihan.

Lalu tiba-tiba peramal bertanya kalau Ma Te ingin kan belajar cara mempengaruhi orang lain.? Maka yang perlu Ma Te lakukan adalah menemukan tombol itu. Jika Ma Te bisa menemukan tombol itu, maka Ma Te akan bisa mempengaruhi orang lain.
Ma Te pun terlihat serius memikirkan kalimat peramal itu.


Ma Te sedang sibuk berfikir di apartemennya. Dia duduk dengan meja yang berisi 4 benda. Benda-benda yang memiliki tombol. Ma Te mencoba menekan tombol pertama pada benda di mejanya itu, yang ternyata sebuah lampu. Saat Ma Te menekan tombol, tentu cahaya dari lampulah yang terpancar.


Tapi Ma Te malah ga focus dan teringat pada Bo Tong yang menginap di rumah David. Dia sedang memutuskan apakah dia benar-benar penasaran dimana Bo Tong menginap atau tidak.


Bo Tong dan David sedang menikmati makan malam yang enak bersama. Bo Tong berkata kalau makan seperti ini dia benar-benar harus diet. David berkata untuk apa diet, baginya Bo Tong seringan bulu. Bo Tong tersenyum senang mendengar kalimat David.

Kemudian mereka berbicara tentang keinginan Ma Te bertemu Ketua. Bo Tong bertanya apa ga ada cara untuk Ma Te bertemu dengan Ketua secara tidak sengaja? Davidpun teringat kalau Ketua selalu pergi ke suatu tempat seminggu sekali.


Peramal listrik sedang gundah gulana, dia kemudian kesal dan membanting ponselnya. Tak selang berapa lama, ponsel peramal itu berdering dan dia jadi senang karena ternyata SMS dari Ma Te.


Pagi harinya, Ma Te berbicara dengan Bo Tong di telepon. Ma Te bertanya apa Bo Tong masih tinggal di rumah pria itu? Bo Tong menjawab iya. Ma Te kesal dan mengancam akan memberitahukan ibu Bo Tong, kalau Bo Tong bergantung pada seorang penipu.

Bo Tong ikut kesal dan berteriak pada Ma Te, apa dia punya pilihan lain saat ini? Ma Te bertanya heran apa sekarang, Bo Tong sedang berteriak padanya?
Bo Tong kembali menjadi lembut dan menjawab tentu saja tidak, mana mungkin dia akan berteriak pada Ma Te.


Ma Te ternyata bertemu dengan peramal listrik di sebuah kafe, disana Ma Te berkata kalau dia sudah berusaha menemukan tombol itu, tapi tetap ga bisa. Jadi dia mau peramal listrik langsung saja memberikan jawaban tombola apa itu, biar dia ga menderita.
Peramal listrik menjawab santai, kalau dia suka melihat Ma Te menderita. Peramal berkata seperti itu, sambil menatap seorang pengunjung lain di kafe.


Ma Te pun ikut memperhatikan arah mata si peramal yang berkata “Semua orang punya tombol tersembunyi.”

Saat itu wanita yang dipandangi oleh peramal, terlihat dalam dadanya ada sebuah tombol. Peramal juga berkata beberapa dari mereka ada yang merasa kesepian, tapi ada juga yang memiliki bekas luka di masa kecil, ketakutan atau bahkan rasa tidak aman.


Melihat Ma Te yang masih bingung membuat peramal berkata kalau Ma Te harus meneliti sambil memperhatikan tombol terdalam dari hati setiap orang. Ma Te harus melakukan penelitian, karena menemukan tombol itu tidaklah mudah.Pelajari meneliti seluruh bagian tubuh, karena bahasa tubuh menunjukkan perasaan. "Melalui tubuh juga kau akan menemukan cara menuju ke hati.”

Peramal listrik kemudian menunjuk pada pengunjung lainnya di kafe yang berpasangan. Ma Te diminta untuk mencoba meneliti pasangan itu. Ma Te mematuhinya, dengan menatap penuh keseriusan pada sang wanita, lalu kemudian beralih pada si pria.


Bersambung ke part 2

KOMENTAR :

Mampukah Ma Te membaca dan meneliti bahasa tubuh si pria?


4 comments:

  1. akhirny yg ditunggu keluar juga ..

    rada aneh lihat potongan rambut mate ...

    pasti mampu donk .. hehe

    ReplyDelete
  2. Sukki Jadi kayak abg..rambutnya dptg begitu.agak aneh sih!

    ReplyDelete
  3. Ditunggu part 2-nya.

    ReplyDelete
  4. rambutnya ma te aneh...mirip rambutnya ma ru NG tapi kok jadi gitu ya...

    ReplyDelete

Terimakasih untuk yang mau berkunjung dan memberikan
komentar di blogku ini ya,
walau aku jarang membalas tapi aku membaca semua komentar kok,
dan sangat senang.^^