Sampe detik ini aku masih takut buat ketemu sama orang tua pacar. Padahal si pacar sudah berusaha untuk mengajak aku bertemu dengan orang tuanya. Dia selalu meyakinkan kalo orang tuanya adalah orang tua yang sangat demokratis dan tidak pilih-pilih dalam menerima seseorang. Mereka adalah orang tua yang terbuka dan menghargai pilihan anak-anaknya.
Aku sih tidak meragukan hal tersebut, aku yakin bahwa orang tua pacarku adalah orang tua yang luar biasa..buktinya mampu membesarkan dan menghadirkan seorang lelaki yang bisa menerima segala kekuranganku..
Tapi perasaan takut itu selalu muncul. Bayang-bayang ditolak Camer beberapa tahun silam kembali hadir di memori otakku. Ditolak hanya karena fisik yang tidak sempurna. Aku tau, setiap orang tua pasti mengharapkan yang tebaik untuk anaknya, begitu juga orang tua mantan pacarku. Pasti beliau menginginkan menantu yang sempurna fisiknya, sehingga bisa melayani anaknya dengan sempurna juga.
Tidak bisa menyalahkan juga, karena memang aku memahami sekali perasaan-perasaan seperti itu, tapi aku kan juga tidak boleh menyesal dengan kehidupanku..apalagi dengan kondisiku. Jika aku menyesal bukankah sama saja aku menyalahkan takdir TUHAN? Bukankah sama saja aku mencela ciptaan NYA?
Aku sangat menikmati setiap lika-liku yang aku alami, menikmati setiap proses pendewasaanku dalam berfikir dan bersikap, bahkan aku menikmati kondisiku yang jelas berbeda dengan mereka yang lain. Semua luar biasa indahnya untukku.
Tapi setiap menjalin relationship dengan lawan jenis, dan ingin serius. Aku selalu terkendala restu dari orang tua pacar. Apalagi setelah mereka melihatku berada di kursi roda. Mereka bahkan tidak perlu Ba Bi Bu atau Ka Ki Ku lagi untuk menolakku. Hanya dengan sekali berfikir saja mereka pasti tidak ridho anak kesayangannya mendapat seseorang dengan kondisi sepertiku.
Sejujurnya aku sangat sedih mendapat respon negative yang demikian. Tapi aku sendiri tidak merasa berbeda, aku hanya merasa tidak bisa memfungsikan kakiku sebagaimana fungsi sebenarnya. Hanya itu.!! Sedangkan yang laen, aku merasa oke-oke saja. Aku mampu lulus di pendidikanku.. Bahkan saat ini aku sudah menyelesaikan D3ku dengan sangat memuaskan, aku juga sudah bekerja di bidang yang sangat aku sukai. Aku juga mampu melakukan aktifitas lainnya yang tentu tidak berhubungan dengan kegunaan kaki sebagai anggota tubuhku.. Lalu kenapa..??
Dan sampe detik ini perasaan takut ditolak itu masih menjadi hantu dalam hidupku. Aku yang selalu merasa optimis menatap hari esok, terkalahkan dengan kata-kata Orang Tua Pacar atau istilahnya Camer. Kubu pertahanan yang selama ini kokoh aku bangun seolah runtuh, hanya karena rasa takut ditolak untuk yang kesekian kalinya oleh Calon Mertuaku.
Semua orang bisa berkata “kalo nggak dicoba ga akan tahu hasilnya” Yah, aku tahu itu. Cukup klise kedengerannya, tapi untuk hatiku. Mampukah aku untuk terus menerima perlakuan seperti itu.? Mampukah aku untuk menerima pandangan yang terkesan menilaiku dari ujung rambut sampe ujung kaki,dan akhirnya tercengang karena kondisiku..? Mampukah aku..??
Aku sendiri sadar, aku tidak mungkin berada pada jalur seperti ini. Suatu saat pun aku pasti harus bertemu dengan Beliau. Orang yang aku harapkan kelak bisa menerimaku sebagai bagian dari keluarga mereka. Bagaimanapun, aku tidak suka Kawin Lari (soalnya aku ngga bisa lari^^) Aku masih memimpikan menikah dengan restu dari orang tua, terutama orang tua pacarku.. Semoga jika saat itu tiba, saat dimana aku harus bertemu dengan kedua orang tua pacarku.Aku sudah lebih bisa siap dari saat ini..^^